Malam ketika Rin pulang diantar oleh Arkais adalah malam ketika ia ingin mengatakan bahwa Aura sedang berada dalam bahaya. Namun, ia mengurungkan niatnya karena ia telah berjanji untuk tidak menceritakan hal itu kepada siapapun.
Aura bilang, ia sendiri yang akan menceritakannya pada Arkais.
Saat masuk ke kamar, ia tersentak kaget. DI tempat tidurnya, Aura duduk sambil menangis sesegukan. Saat melihat Rin berdiri di depan pintu, Aura langsung menghamburkan diri, memeluk Rin sambil menangis sesegukan.
“Ya Tuhan Aura, apalagi yang ayahmu lakukan kali ini?” Rin membalas pelukan itu dengan sangat erat sambil membelai rambut Aura, pelan-pelan ia membimbing Aura duduk kembali di tempat tidurnya.
“Ra, aku gak tahan lagi liat kamu kayak gini. Aku bakal ajak orang tuaku untuk laporin ayah kamu ke kantor polisi.” tTambah RIn dengan nada tegas.
Ia hendak berdiri memanggil ibunya, tetapi Aura dengan cepat mencegah. Aura menggeleng cepat, tangisnya terdengar semakin pilu.
“Jangan Rin, jangan. Dia ayahku Rin, jangan Rin aku mohon,” Aura memelas dengan air mata masih membanjiri wajahnya.
“Ini udah kelewatan Ra. Kamu tega lihat bunda selalu disiksa sama ayah kamu?”