PUTRI SENJA DAN REMAH ROTI

Maz Li
Chapter #33

Perjalanan Agung Arkais

Tugas Arkais selesai.

Telah sempurna semua mimpi yang ditulis Aura di buku catatan rencana perjalanannya. Sebenarnya ada sebuah pertanyaan yang muncul dibenak Arkais, mengapa Aura tidak mencantumkan pantai-pantai yang ada di Pulau Jawa. Apakah belum sempat atau memang ada alasan lain? Pertanyaan itu mengendap lama, hingga malirkan lebih banyak tanda tanya di kepala Arkais.

Sepulang dari Sabang, Arkais berniat mengunjungi Masjid Baiturrahman di Banda Aceh. Ia memilih jalur yang melewati pesisir pantai. Setelah melewati gunung sampah, ia sampai di muara sungai Krueng Aceh. Sungai yang menjadi saksi sejarah atas lahir dan hancurnya kerajaan-kerajaan di Aceh. Sungai yang menyimpan cerita-cerita purba. Sungai yang tmengendapkan kelamnya masa lalu. Sungai yang mengalirkan berbagai peradaban. Sungai yang pernah menjadi urat nadi kehidupan bangsa-bangsa di dunia.

Ketika menyusuri Sungai Krueng Aceh, ia melihat kapal-kapal besar bersandar. Kapal-kapal dengan berbagai ukuran dan ukiran yang luar biasa. Dari yang ukuran kecil hingga ukuran raksasa. Dari yang sederhana hingga megah meriah.

Arkais serasa kembali ke masa dimana galiung-galiung besar dari berbagai dunia bersandar di pelabuhan masa lalu. Namun, dari sekian banyak kapal yang nampak indah dan perkasa. Ada satu kapal yang membuat jantungnya berdegup aneh, kapal yang diliputi aura misterius. Kapal yang seakan tercipta untuk dirinya.

Arkais membayangkan bagaimana sang kapal  menebas gelombang, melawan badai, dan mengambang di laut tenang. Sore itu, selain menikmati senja di halaman Masjid Baiturrahman. Hatinya jatuh tertambat pada kapal yang ia lihat di sungai Krueng Aceh. Ia meminta Bang Hasan untuk mencari informasi siapa pemilik kapal itu.

Tiga hari setelah itu, Bang Hasan mengatakan bahwa kapal itu milik seorang pelaut bernama TuanHamfauri. Arkais berkunjung ke rumahnya di pesisir sungai Krueng Aceh, tidak jauh dari kapalnya.

Tuan Hamfauri sangat ramah, wajahnya bercahaya penuh kebijaksanaan. Tatapan mata serta garis-garis tegas wajahnya seolah menceritakan petualangan menghadapi amuk badai samudera dan perjalanan melintasi batas-batas laut dan benua jauh.

Setelah berbasa-basi, Arkais menyampaikan keinginannya untuk membeli kapal beliau. Pada awalnya, beliau sangat keberatan. Sebab, itu adalah kapal yang belum genap berusia tiga tahun. Beliau masih sangat sayang pada kapal itu.

Lihat selengkapnya