Qodrat Merancang Tuhan Karyawala

Lilis Alfina Suryaningsih
Chapter #24

Bab 23 | Hak Setiap Manusia

Manusia memiliki hak dan kewajiban masing-masing yang dimana semua itu harus dilaksanakan agar hidup bahagia

***

 

Akhirnya Ariel membereskan kelas pagi yang memang membutuhkan waktu yang lama. Sekarang udah masuk jam makan siang dan kelas baru saja bubar, sebenarnya masih ada satu kelas lagi dan itu masih sekitar beberapa jam dari sekarang. Ia berharap jam kelas berikutnya tidak selama jam pertama.

Ariel memilih untuk menuju kantin tempat di mana ia melepas penat, setelah berkutat dengan pelajaran yang tidak ia sukai. Dengan menggunakan setelan biasa di tambah jaket kulit, Ariel duduk dan menikmati pemandangan orang yang lalu lalang disini.

Dengan membuka laptop Ariel mulai duduk sambil membuka ponselnya. Tidak lama berselang akhirnya kedua sahabatnya datang dan sepertinya mereka juga baru selesai dengan kelas mereka masing-masing.

"What's app bro. Baru kelar nih," sapa Riki.

"Iya nih. Gue baru kelar kelas pagi," jawab Ariel.

"Tunggu! Baru kelar satu kelas, kirain udah dua kelas. Jadi masih lama dong," sahut Hari.

"Gue mah udah kelar, satu kelas doang juga," heboh Ariel.

"Enak banget lo? kita masih ada satu kelas lagi," keluh Aiman

"Oh ya bro, kemarin lo tidur dimana?" Hari mulai kepo dengan Ariel, memang selama ini Ariel tidak memberitahu ketiga sahabatnya tentang ia tidur dimana soalnya kemarin ia memilih untuk kembali ke rumah kedua orang tuanya hanya untuk berdiam diri tidak melakukan apapun.

"Ada deh," jawab Ariel sewajarnya.

"Lo kenapa kagak ngasih tahu kita-kita sih. Kita juga kan sahabat lo, harusnya lo bisa kasih tahu."

Sebenarnya memang sih sebagai sahabat satu sama lain harus tahu keadaan masing-masing karena memang mereka telah bersama jadi sudah tahu seluk-beluk keluarga, asmara bahkan konflik masing-masing. Ariel terbuka akan hal itu namun tidak dengan pelariannya, sebenarnya ketiga sahabatnya tahu tentang konflik antara dirinya dan keluarganya akan tetapi untuk pelarian Ariel menutup rapat-rapat seolah membiarkan ia menanggung sendiri.

"Guys, sorry. Bukan gue gak percaya sama kalian. Tapi gue gak bisa kasih pelarian gue kemana, cukup tahu gue baik-baik saja. Itu sudah bahagia kan, jadi jangan khawatir ya," jawab Ariel dengan kata-kata yang bijak.

Kata-kata sukses membuat ketiga sahabatnya bungkam dan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Cukup lihat dan tahu itu saja cukup bagi Ariel, Apalagi ditambah dengan kata-kata Zayn yang terus tengiang-ngiang di kepalanya

"Sip. Oke kami janji gak akan bicara apapun lagi soal perlarian lo," ucap Aiman paham.

"Gue juga sama," sahut Riki

Lihat selengkapnya