QUBA - Perjalanan Menjadi Bayangan

Manna wa Salwaa
Chapter #1

Aksa

~ Imbauan untuk kamu, Pemilik hari yang terasa tidak menyenangkan, "Kamu tidak sendiri" ~

Langit bandara Soetta tidak semendung angkasa Quba. Di ruang tunggu ditemani Mas Saaih, aku menatap jendela besar, bersengguk, bersedu sedan. Tulang pundakku naik turun tak kuat membendung tangis. Gigiku kuat menggigit ujung kain di pergelangan tangan agar pita di tenggorokan tidak menghasilkan jerit.

Menyikapinya, Mas Saaih menghampiriku, menepuk pundakku, menjatuhkan kepalaku dalam dekap bahunya. Dielusnya puncak kepalaku.

"Ahya ragu Mas.. Ahya takut…" Ucapku di sela tangis

Air mataku membasahi sweater birunya.

"Ahya bisa, Mas yakin itu."

Belum sempat aku menjawab ujarnya, terdengar nomor penerbanganku ada dalam panggilan keberangkatan dengan sederet nomor milik yang lain. Mendengarnya, Mas Saaih melepas rengkuhnya atasku. Aku mendongakkan kepala, menatapnya dalam. Mas Saaih mengusap air mataku sambil tersenyum kecil, aku ikut mengerlingkan bibir.

Lihat selengkapnya