Dari atas, semuanya tampak kecil. Rumah-rumah, sekolah, dan berbagai bangunan. Bahkan manusia sudah tidak tampak lagi dari ketinggian ini.
Berada di atas pesawat seperti melihat kehidupan manusia. Bangunan-bangunan di bawah bagaikan sebuah masalah yang dimiliki oleh semua orang. Semakin tinggi pengalaman dan ilmu orang itu maka beberapa masalah akan tampak kecil. Meskipun beberapa hal masih tampak besar, tapi itu merupakan masalah dengan jenis berbeda.
Lain halnya ketika seseorang memiliki cara pikir dan ilmu yang dangkal, semua permasalahan terlihat lebih besar dan berat.
Perjalanan yang akan memakan waktu selama hampir 18 jam itu dimanfaatkan oleh Dewi untuk menonton beberapa pertandingan tinju untuk dipelajari. Sejak dua bulan sebelum hari ini, Dewi tak pernah absen mempelajari dan mengasah kemampuan tinjunya. Bisa dikatakan 15 jam/ hari digunakan Dewi untuk tinju.
Usai menempuh empat jam perjalanan, mereka berjalan masuk ke dalam bandara untuk dipindahkan ke pesawat lainnya.
“Halo, Ma. Kami baru tiba di Bangkok. Transit dulu di sini, baru lanjut ke Pattaya,” lapor Dewi pada mamanya sesaat setelah ia tiba di dalam gedung bandara.
“Hati-hati, ya, Nak. Semoga sampai di sana dengan selamat.”
Waktu transit tak begitu lama. Hanya satu jam saja. Kemudian mereka langsung bergegas untuk naik ke pesawat selanjutnya bersama dengan penumpang baru lainnya.
Perjalanan yang memakan waktu cukup lama itu membuat Dewi tertidur, terbangun, membuka video, tidur lagi, dan bangun lagi. Tak ada hal lain yang bisa ia lakukan dalam situasi ini.
“Argh ….” Willa mengerang sembari merenggangkan tubuhnya saat pesawat sudah mulai berhenti perlahan. Beberapa bola mata melirik ke arah wanita itu. Namun, bukan Willa namanya jika ia tahu malu.
“Ayok bergegas! Yang jemput sudah tiba dari tadi. Jangan ada barang yang tertinggal di pesawat. Mengerti!” Pelatih memberi komando kepada mereka semua sebelum ia menuju pintu keluar pesawat lebih dulu.
Semua penumpang pesawat ini tertib mengantre menuju pintu keluar. Tidak ada yang berdesakan dan saling mendahulukan orang yang lebih membutuhkan.
Kaki Dewi melangkah semakin cepat ketika berhasil keluar dari pesawat. Namun, ada yang membuatnya terhenti. Sepertinya panggilan alam sedang menanti kehadiran Dewi persis saat ia tiba di tempat tujuan.
“Wil, lo duluan aja. Gue ke kamar mandi dulu. Udah kebelet banget nih,” ucap Dewi cepat. Perempuan itu segera berlari sambil melemparkan pandangannya ke berbagai arah mencari kamar mandi.
Willa yang masih mencerna permintaan Dewi memutuskan pergi menemui pelatih dan menunggu Dewi di luar gedung.
15 menit berlalu.