Wanita itu mati.
Ada perasaan menyesal dalam diri Dewi. Lagi-lagi ia marah akan dirinya yang tak bisa mengontrol emosinya. Pengaruh alkohol juga menyebabkan Dewi kalap. Siapa sangka alkohol bisa membuat Dewi membunuh seseorang? Kini hidupnya benar-benar berakhir.
Hahaha. Dewi menyengir dengan sempoyongan mengingat betapa takdir baik sering tak memihaknya. Mulai dari masa mudanya, sang adik, dan kini kariernya benar-benar tak bisa diselamatkan lagi. Mati aja lo, Wi!
Malam itu Dewi pulang ke rumah dengan sempoyongan. Orang tuanya begitu khawatir dengan putrinya itu. Mereka mengerti karena Dewi sangat terpukul dengan kepergian Jana. Namun, memangnya siapa yang tak terpukul?
Tak butuh waktu lama, keesokan harinya sebuah mobil polisi mendatangi rumah Pak Budi dan Bu Mila.
“Selamat siang. Apakah ini kediaman saudari Dewi?” Begitulah kira-kira pertanyaan awal salah seorang polisi yang datang.
Pak Budi menjawab dengan gagap. “Siang. Benar, Pak. Itu anak kami. Ada apa ya?”
“Anak Bapak dilaporkan telah melakukan pembunuhan atas saudari Raihana semalam.” Pernyataan tegas dari polisi tersebut membuat Pak Budi terkejut. Ia sampai terbata-bata tak tahu harus mengatakan apa.
“Tidak mungkin itu anak kami, Pak.” Bu Mila yang mencuri-curi dengar menyerbu dua polisi itu dengan suara lantangnya.
“Silakan jelaskan lebih rinci di kantor polisi nanti.” Polisi itu langsung memborgol tangan Dewi yang dari tadi memandang datar ke arah mereka dari dalam rumah.
Sempat beberapa tetangga melihat Dewi diseret oleh polisi. Namun, mereka memilih untuk diam daripada menyebar gosip. Terlalu kasihan dengan kondisi keluarga Pak Budi. Mereka baru saja kehilangan seorang putri.
Proses penahanan berjalan cepat menuju proses pengadilan. Tuduhan atas pembunuhan kepada Dewi diakui olehnya tanpa sangkalan apapun. Dewi mengatakan dengan jujur dan pasrah. Tak ingin membela diri.
Dua tahun penjara adalah hukuman yang harus diterima oleh Dewi. Banyak pertimbangan yang dilakukan oleh para hakim. Terutama Dewi yang tersulut emosi karena perkataan korban.
Karena perkara yang dialami Dewi, para polisi menggerebek Black House. Namun, tak banyak yang bisa mereka temukan. Tante Cindy benar-benar wanita yang picik dan lihai.
Dua bulan masa tahanan Dewi, ia menolak semua kunjungan bahkan orang tuanya. Aku benar-benar anak tidak berguna, gumamnya pada diri sendiri tiap kali teringat dengan papa atau mamanya.
Keadaan Bu Mila semakin memburuk pasca Dewi masuk penjara. Kehilangan satu putrinya sudah membuat kondisi kesehatannya menurun. Sekarang ditambah putri pertamanya yang menjadi narapidana karena kasus pembunuhan.
Beberapa kali Bu Mila harus diinfus karena kondisinya yang menurun drastis. Tubuhnya melemah hari demi hari. Hingga akhirnya Dewi luluh dan mau menemui orang tuanya,
***
Semenjak hantaman yang sangat keras mengenai rahang Radi, lelaki itu memilih untuk tidak lagi menemui Dewi. Hatinya sangat sakit. Selama ini yang selalu berada di sini keluarganya saat dia ke Bangkok. Aku yang menemani adiknya ke rumah sakit. Aku, semua aku. Ikhlas. Tapi kenapa Mbak Dewi harus memuntahkan kemarahannya seperti itu padaku?
Hanya senyum kecut yang muncul di wajah Radi saat kejadian itu teringat kembali. Lelaki yang berprofesi sebagai komika itu memilih untuk fokus pada karir dan tugas akhirnya.
“Rad, kenalin ini Indah. Temen satu jurusan sama aku. Dia bisa masak, loh. Cocok nih jadi partner di dapur sama Bu Ratih.” Jaka tiba-tiba muncul dari luar rumah membawa seorang cewek berkulit putih dengan gaun selututnya.
Radi yang sedang duduk di atas sofa menikmati camilan sambil menonton televisi melirik sekilas. “Oh ya, salam kenal. Aku Radi,” ucapnya yang kembali fokus pada tontonannya.