Queen Boxing

Fey Hanindya
Chapter #19

Episode 19

“Rad, gue punya kabar besar buat lo!” Aldi tiba-tiba menerobos masuk ke dalam kamar Radi.

Pemilik kamar yang baru saja keluar dan hanya mengenakan boxer itu membuat ekspresi terkejut saat sedang mengeringkan rambut basahnya dengan handuk. “Mas Aldi masuk kamar orang ketok pintu dulu dong!”

Aldi keluar lagi hanya untuk mengetuk pintu kamar Radi.

“Oke, gue punya berita yang lo harus tau.” Aldi menghirup napas dalam, lantas mengembuskan pelan.

“Ternyata Dewi selama ini di penjara. Gue juga baru tau dari salah satu temen gue pas ngebahas tinju.” Aldi berhenti sejenak sambil menarik napas dalam sekali lagi.

“Dan lo tau kenapa? Dia … bunuh orang!” Reaksi terkejut benar-benar terlihat di wajah Radi. Lelaki itu berjalan mendekat ke arah Aldi untuk bertanya lebih lanjut. Sayangnya Aldi tak tahu lapas mana Dewi di tahan.

Saat itu juga Radi buru-buru mengenakan pakaiannya untuk pergi.

“Ke mana lo?” teriak Aldi saat Radi berlari ke luar kamar sambil membawa kunci mobilnya.

“Mencari kebenaran.”

Ck. Mencari kebenaran atau mencari cinta yang lama hilang? gumam Aldi sembari menggeleng-geleng kepala.

Radi melajukan mobilnya kencang menuju rumah orang tuanya Dewi. Lelaki itu seolah sedang mendapatkan cahaya ilahi. Antara sedih karena mendengar berita tidak mengenakkan tentang Dewi dan senang karena Radi punya alasan untuk bertemu pujaan hatinya lagi.

Siang itu jalanan begitu lenggang. Tak smapai 20 menit Radi sudah tiba di kediaman Pak Budi.

“Eh, Nak Radi! Sudah lama gak ke sini,” sapa Pak Budi dari dalam warungnya.

Radi tak marah dengan Pak Budi dan Bu Mila. Ia hanya sakit hati kepada Dewi. Namun, sepertinya sakit hatinya yang sudah hampir dua tahun itu mulai terlupakan.

Pria paruh baya itu menyambut Radi dengan ramah seperti biasa. Tak perlu kata pengantar untuk Radi untuk menanyakan perihal Dewi. Ia begitu penasaran dengan kabar Dewi sekarang ini.

“Apa benar Mbak Dewi dipenjara, Pak?” Keadaan tiba-tiba hening. Meskipun masih ada dua pelanggan soto yang mungkin menjadi pelanggan terakhir hari itu. Namun, angin seakan berhenti berhembus sejenak.

Pak Budi menghela napas Panjang. “Benar, Rad.” Cerita Panjang lebar tentang kejadian sebenarnya mengalir begitu saja dari mulut papanya Dewi.

Sejujurnya orang tua Dewi baru tahu kalau anaknya itu mendapatkan uang tambahan dari Black House. Tempat yang benar-benar berbahaya. Mereka semakin merasa bersalah.

Penghasilan warung tentu saja tak besar. Tak mungkin bisa membiayai pengobatan Jana. Sedangkan uang hasil pertandingan Dewi selalu habis untuk membayar hutang mereka di mana-mana.

Radi benar-benar menganga mendengar cerita itu. Ia tak habis pikir. Selama ini dirinya menanamkan kebencian terhadap Dewi. Padahal wanita itu sedang benar-benar kesulitan.

“Kenapa Bapak gak ngabarin aku?” tanya Radi yang merasa sedikit kecewa.

Lihat selengkapnya