Queen Jorji

Eza Budiono
Chapter #1

BAB 1 : Masuk Asrama

“Gak mau, nanti Jorji tinggal dengan siapa di asrama?”

Kalimat itu terus disampaikan oleh Jorji ketika dirinya diterima di Klub Mutiara Cardinal saat kelas V SD. Jarak rumahnya dari Klub Mutiara Cardinal yang membutuhkan waktu 6 jam menggunakan mobil itu tentu sangat jauh untuk seorang anak seusia Jorji. Papa dan Mama sudah berupaya membujuk, Papanya Maryanto bahkan sampai marah kepadanya.

“Bukankah bulu tangkis ini memang pilihan kamu?” Ucap Papa ketika perwakilan dari Klub Mutiara Cardinal meninggalkan rumah mereka.

“Jorji di sana dengan siapa, Pa?” Jorji menangis, dalam hatinya dia ingin sekali bisa terus berprestasi dalam bulu tangkis yang sudah dicintainya sejak masih usia lima tahun itu.

“Ada pelatih, atlet lain, kamu harus siap! Papa tak ingat pernah membiarkan kamu punya mental lemah seperti ini!”

Jorji diam dan mencoba menatap ke arah Mama yang kali ini tidak membela. Benar memang, bulu tangkis adalah pilihannya. Sejak usia lima tahun ketika melihat pertandingan Taufik Hidayat di televisi, Jorji mencintai bulu tangkis. Dia meminta Papa membelikan raket dan menolak memainkan olahraga lain. Sejak saat itu, setiap hari Jorji bermain bulu tangkis di depan rumah bersama Papa. Jorji juga mengajak teman-teman di sekitar perumahannya untuk bermain bulu tangkis bersama. Usia 6 tahun, saat kelas 1 SD Papa menyadari bahwa Jorji serius mencintai bulu tangkis, Papa yang tidak punya darah bulu tangkis mencoba memberikan pelatihan kepada anak perempuannya itu.

Usia 6 tahun itu Maryanto memberikan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan fisik Jorji. Fisik Jorji dilatih dengan berlari, push up, sit up, melompat dan lain sebagainya. Papa juga mengajari Jorji untuk terus mengasah pukulan dan footworknya. Setiap sepulang sekolah hingga sore, Jorji dan Papa menggunakan bekas garasi untuk dijadikan sebagai tempat latihan.

Lihat selengkapnya