“Ayo nonton konser!” Ruselli membuka percakapan setelah mereka bertiga hanya diam melihat langit sore yang hari itu mencurahkan hujan gerimis. Latihan sore baru saja berakhir, Fitri seperti kebiasaannya langsung berjalan ke luar gedung olahraga untuk melihat langit dan menghirup udara luar, Jorji dan Ruseli mengikutinya. Kegiatan ini telah menjadi agenda rutin mereka, sesekali Fitriani hanya sendiri, lebih sering berdua dengan Jorji namun beberapa kali Ruseli juga ikut serta.
“Konser siapa?” Jorji bertanya
“Mikha Angelo!”
“Siapa itu, Sel?”
“Aduh, aku juga gak tahu tapi dia buat konser di cafe dekat sini, terbatas!”
“Aku tidak ikut, ya!”
“Ayolah, Fit. Kita juga butuh refreshing kan?”
“Kita tidak punya waktu untuk itu Sel, kita harus berlatih.”
“Loh, kita kan diizinkan untuk keluar dari Padokan setiap akhir pekan. Aku bisa pesankan tiket, besok setelah latihan sore kita pergi ke sana dan sebelum tengah malam kita sudah kembali ke sini!”
“Aku mau latihan, kau tidak risau dengan keadaan kita ini Sel?”
“Fit, setelah risau, lalu apa? Apakah pertandingan kita membaik?”
“Aku setuju, ayo kita nonton konser, Fit!”
“Aku tidak tahu dengan kalian berdua. Tapi aku benar-benar tidak pernah memikirkan setiap ejekan di media sosial itu. Tentu saja aku tidak senang, tapi kupikir untuk apa aku memikirkan mereka. Aku juga bisa pastikan kepada kalian berdua bahwa aku tidak akan pernah mundur dari Padepokan, aku akan berlatih keras setiap hari dan mencoba untuk bermain sebaik mungkin dalam setiap pertandingan.”
“Tapi hasilnya apa?”