“Haaah” Fitri menghempaskan raketnya setelah kalah dua set langsung dari Putri Kusuma saat sedang latihan tanding sore itu. Raket itu peyot tapi yang paling mengkhawatirkan adalah ekpresi adik-adik yang terkejut dengan kejadian itu. Bukankah ini hanya pertandingan latihan saja?
Setelah kejadian itu pelatih memanggil Fitriani. Ini bukan sesuatu yang bisa ditolerir, Putri Kusuma yang baru tahun lalu masuk sebagai tunggal Utama memang sedang bersemangat. Tahun 2021 itu Putri Kusuma beberapa kali berhasil menyulitkan para atlet-atlet papan atas dari berbagai negara. Di tahun yang samapun Pelatnas telah menerima pemain-pemain platnas baru seperti Bilqis, Komang, dan Ester.
“Kalian lihat adik-adikku itu, kan? Mereka punya potensi yang luar biasa, Putri, Bilqis, Komang, Ester dan yang lainnya akan mengangkat derajat tunggal putri ini nantinya.” Ucap Fitri dihadapan Kepala Bidang Disiplin ketika dipanggil ke kantor.
“Maka itu, kenapa kau harus berlaku seperti tadi di lapangan!”
“Agar kalian memanggilku!”
“Apa maksudmu?”
“Aku mungkin akan habis, aku telah kalah diberbagai pertandingan tapi aku tidak bisa tetap diam melihat kalian terus saja diam dan membiarkan orang mencaci maki kami!”
“Tentang ini lagi, Fit?”
“Ya! Berulang kali ku katakan dimana pembelaan kalian kepada kami?”
“Mana mungkin kita menyerang pendukung kita sendiri Fit!”
“Lalu mereka boleh menyerang kami sesukanya? Sejak 2018 tidak ada pratama yang berhasil masuk ke tim utama, kalian tahu kan kenapa? Mereka adalah atlet-atlet potensial yang harus layu sebelum berkembang, mereka hancur oleh ejekan dari orang-orang yang mengaku pendukung itu!”
“Tetap saja kita yang harus meningkatkan diri dan berjuang sebaik-baiknya!”
“Kalian pikir kami tidak berjuang? Para seniorku meninggalkan Padepokan ini karena terus diejek. Temanku, sekarang juniorku juga telah pergi bahkan yang berhenti bermain bulu tangkis juga ada. Lihat itu wajah Ester, Bilqis, Komang, kalian tega mereka kembali hancur karena caci maki netizen itu heh?”
“Cukup Fit! Atlet harus punya sikap yang baik!”
“Kalian yang menjadikan ku dan Jorji sebagai senior di tempat ini dan aku tidak akan diam lagi. Kalian mau menuduhku tidak punya attitude silakan, aku tidak peduli! Selama kalian tidak melakukan sesuatu kepada para netizen itu aku akan terus bersuara!”
“Lalu menurutmu apa yang harus kami lakukan?”
“Penjarakan beberapa dari mereka! Mereka sudah memaki dan menyamakan kami dengan binatang, setan, bahkan pelacur dan kalian diam saja!”
Fitri meninggalkan ruangan Kabid Disiplin PBSI itu dengan membanting pintu. Sejak dua tahun yang lalu Fitri sudah mencoba melakukan dialog dengan para pengurus untuk melakukan tindakan agar caci maki yang diberikan kepada atlet bisa berkurang. Sejak dua tahun itu PBSI tetap saja bergeming dan mengatakan bahwa hal-hal seperti itu termasuk biasa, para pendukung hanya sedang merindukan prestasi dan sebagai atlet, Fitri dan kawan-kawan diminta untuk tidak baper.
Malam itu Putri Kusuma mendatangi kamar Fitri.
“Kak, Aku minta maaf soal tadi!”
“Minta maaf?”
“Iya kak?”
“Kau meminta maaf setelah mengalahkanku? Kau pikir aku ini siapa, heh?”
Seketika terjadi keributan di lorong kamar tunggal putri. Jorji langsung berdiri diantara Fitri dan Putri. Putri terlihat bersimpuh di lantai sedangkan Fitri mengamuk.
“Berdiri! Ini perintah seniormu!”