Queen Jorji

Eza Budiono
Chapter #14

BAB 14 : KALAH MENTAL

Bagaimanapun Jorji menguatkan diri, kepergian Fitri dengan cara yang seperti itu semakin membebaninya. Bagaimapun Ruselli membantunya untuk kuat dan tidak membebani diri dengan status senior dan panutan tetap saja Jorji kelimpungan dengan angan-angan kepada dirinya sendiri itu. Jorji melempem, tahun 2020 itu berjalan tidak menyenangkan bagi Jorji.

Penampilan buruk Jorji terus belanjut hingga tahun 2021, Olimpiade Tokyo yang menjadi Olimpiade pertamanya itu harus diakhiri pada babak 16 besar. Kekalahan Gregoria itu membuat dia semakin sering menjadi bulan-bulanan netizen. Jorji dituduh melempem, tidak punya daya juang dan menyedihkan.

Saat-saat itu Jorji benar-benar dalam kondisi terpuruk dan tidak tahu bagaimana cara untuk bangkit. Sejak lima tahun mulai bermain bulu tangkis, akhirnya di momen inilah Jorji benar-benar ingin berhenti. Jorji ingin lari dari letihnya berlatih dan bermain bulu tangkis untuk kemudian dicaci maki oleh orang-orang.

Setiap hari Jorji menangis, mencari tempat agar orang-orang tidak tahu bahwa dia menangis. Keadaan Jorji yang memburuk dan tak kunjung membaik itu semakin diperparah ketika Ruselli dikeluarkan dari Platnas. Jorji tidak mampu lagi mengatakan apapun ketika pengurus PBSI mengatakan Ruselli telah dikeluarkan dari Platnas ketika Perhelatan Olimpiade sedang dilakukan. Jorji sudah terlalu terbiasa melihat senior, teman dan juniornya pergi meninggalkan padepokan, kehilangan Ruselli hampir tidak lagi membuat dia menangis tapi dai tahu hatinya benar-benar terluka.

Tahun 2021 itu lagi-lagi menjadi mimpi buruk bagi Jorji ketika dia harus kalah dalam ajang Olahraga Antara Negara Asean atau Sea Games. Jorji yang menjadi unggulan pertama tunggal putri se Asia Tenggara dan digadang-gadang akan memenangkan emas dengan mudah malah hancur lebur. Dalam nomor perseorangan, Jojri kalah pada pertandingan pertama.

Nomor beregu putri pun sama saja, Indonesia yang seharusnya mampu membawa medali emas dengan mudah harus kalah di partai semifinal melawan tuan rumah Vietnam. Dalam setiap pertandingan Jorji selalu diturunkan sebagai tunggal putri pertama Indonesia tapi sayangnya dia tidak pernah menang sama sekali. Karena kekalahan yang terus menerus itulah menjadi penyebab netizen menjadikan Jorji sebagai kambing hitam kekalahan 2-3 di Partai Semifinal.

Keadaan itu semakin memburuk ketika selepas pertandingan Semifinal itu Jorji di wawancara oleh wartawan. “Aku benar-benar telah kalah mental, aku sudah kalah sejak awal!” Kalimat yang dilontarkan oleh Jorji itu membuat para pencinta bulu tangkis berang. Orang-orang mulai menghakimi dan menyerang Jorji membabibuta.

“Harusnya dikatakan kepada pelatih, agar kau tidak dimainkan!”

“Sudah tahu kalah mental, masih juga menjadi atlet. Pensiun sajalah!”

“Jadi apa gunanya uang pajak kami untuk makan kalian selama ini?”

“Memalukan, tunggal putri pertama se Asia Tenggara nih, Bos!”

“Jangan banyak cerita lah, disogok kan, Lo?”

“Berapa sih dibayar Vietnam sampai semua pertandingan dia kalah terus!”

Tuduhan-tuduhan itu terus berdatangan. Jorji tidak menanggapi itu semua namun hatinya terluka setiap kali membaca komentar-komentar itu. Dia tidak pernah ingin kalah, seperti para senior dan teman-teman yang lain Jorji selalu menginginkan kemenangan. Jorji juga punya cita-cita yang sama dengan seluruh atlet badiminton di dunia yaitu menjadi pemenang olimpiade. Jori menginginkan itu.

Sea Games yang berakhir pada 2 Desember tahun 2021 menjadi penutup pertandingan yang diikuti Jorji pada tahun itu. Jorji membatalkan keikut sertaannya pada salah satu pertandingan internasional yang akan dilaksanakan setelah sea games tersebut.

Tentu saja keputusan untuk membatalkan keikutsertaannya itu bukan keputusan Jorji sendiri. PBSI memberikan hukuman kepada Jorji disebabkan oleh kata-katanya kepada wartawan tentang kalah mental. Menurut PBSI Jorji tidak seharsunya mengatakan hal-hal seperti itu di depan publik. Akibat hal itu Jorji bahkan diizinkan pergi dari padepokan untuk libur natal dan tahun baru lebih dulu daripada para koleganya.

Jorji pulang dengan senyum yang palsu dan air mata yang disembunyikan. Tapi sayangnya, bagaimanpun Jorji menyembunyikan semua kesedihanya itu orang tua pasti akan selalu tahu. Mama dan Papa juga membaca komentar-komentar negatif yang diberikan orang-ornag kepada Jorji. Mereka pun sama, menangis setiap malam akibat cercaan kepada putri kesayangannya itu.

Orang-orang memang tidak pernah menduga bahwa perundungan, cacian, makian bukan hanya berefek kepada satu orang saja. Orang-orang di sekitar korban pun juga akan merasakan sakit yang sama. Tidak ada orang yang boleh di rundung, begitupun para atlet yang telah berjuang mati-matian, melepaskan masa mudanya untuk membela nama Indonesia.

“Liburanmu kali ini cukup lama, Jor. Bukankah teman-temanmu masih di Padepokan?” Akhirnya Papa membahas bulu tangkis setelah tiga hari Jorji berdiam diri di rumah.

“Jorji dipulangkan lebih cepat, Pa”

“Kenapa?”

“Diminta untuk merenung, kata-kata setelah Sea Games itu dianggap tidak layak untuk disampaikan.”

“Menurutmu?”

Lihat selengkapnya