Queen Jorji

Eza Budiono
Chapter #20

BAB 20 : ADIK-ADIKU HEBAT, KAN?

Tujuh orang atlet dan tiga orang tim kesehatan berada di ruang ganti pemain Indonesia. Jorji, Apriani/Siti, Ester, Kusuma/Pertiwi dan Komang akan bermain di laga Final melawan China. Satu langkah lagi Indonesia akan membawa pulang piala Uber setelah 29 tahun lamanya.

Jorji yang bermain luar biasa pada pertandingan semifinal tidak pernah tahu bahwa dirinya menjadi tranding topik. Dia tidak tahu bahwa Queen Jorji membahana di seluruh saentro Indonesia. Jorji menjadi pemain bulu tangkis paling banyak di bahas sejak semalam karena berhasil menari anggun di lapangan dan mengalahkan Si Anak Ajaib.

Hari ini dia akan bertanding melawan Chen Yu Fei dari China yang rekor pertemuan mereka cukup seimbang dengan Jorji berhasil menang 4 kali dan Yu Fei 5 kali dalam sembilan kali pertemuan mereka. Penonton sangat yakin Jorji bisa mengalahkan Yu Fei jika berhasil bermain seperti pertandingan sebelumnya.

Tapi Jorji akhirnya kalah dengan dua set langsung. Ketika kok akhirnya jatuh di lapangan permainannya dan memberikan skor 23-21 untuk kemanganan Yu Fei Jorji hanya bisa menangis. Jorji bersimpuh di atas lapangan dengan air mata bercucuran, “Sedikit lagi, sedikit lagi, sedikit lagi Tuhan!” ucapnya dalam hati.

Jorji melangkah masuk ke dalam ruang ganti melihat Ester, Komang, Pratiwi dan Kusuma yang duduk menunggu waktu pertandingan. Mereka jelas tahu bahwa Jorji telah kalah, tim pengurus pasti memberi tahu mereka.

“Aku baik-baik saja, kalian bermain lah dengan sungguh-sungguh dan tetaplah menjadi diri kalian sendiri!” Ucap Jorji sebelum satupun dari teman-temannya itu berbicara. Mereka mengangguk, paham makna dari ucapan Jorji itu bahwa dia sedang tidak ingin mendengarkan nasihat dari siapapun. Jorji mengambil pakaian ganti lalu permisi meninggalkan ruang ganti dengan alasan ingin ke toilet.

Di dalam toilet, Jorji menangis tanpa suara. Kekalahan itu selalu menyakitkan namun kalah di final selalu lebih menyakitkan dari kekalahan-kekalahan lainnya. Tidak pernah ada yang tahu bagaimana piala Uber dua tahun yang akan datang. Tidak pernah ada yang tahu apa yang bisa dia lakukan pada piala uber selanjtunya, Jorji menangis karena merasa hanya satu langkah lagi untuk menjadi pemenang, satu langkah lagi untuk mengukir sejarah dan membawa pulang piala uber yang selalu dirindukan itu.

Lama Jorji mengurung diri di kamar mandi hingga akhirnya sebuah ketukan terdengar. “Ini Aku Apri, ayo kita ke lapangan!” Jorji bangkit terkejut ketika mengetahui Apri sudah selesai bertanding.

“Aku kalah, Jor!” Ucap Apri begitu Jorji membuka pintu toilet. “Tiga puluh lima menit saja!” Tambah Apri lagi yang kali ini ditemani oleh derai air mata. Jorji dan Apri berpelukan di depan toilet, mereka berdua merasakan kepedihan yang sama.

“Ayo kita ke lapangan, Kapten!”

Jorji dan Apri mengganti pakaian lalu kembali ke ruang ganti dimana hanya tersisa Kusuma, Pertiwi dan Komang. Ester sedang melakukan pertandinganya. Jorji meninggalkan barang-barangnya dan mengepalkan tangannya kepada Pertiwi, Kusuma dan Komang.

“Kalian bermainlah seperti biasanya!” Ucap Jorji yang pukulannya itu disambut oleh ketiganya.

“Siap, Kapten!” Ucap mereka serentak.

Lihat selengkapnya