“Tunggu sebelumnya aku harus memanggilmu bagaimana? Boleh kutahu siapa namamu?” Alice terus mencairkan suasana.
“Aku Fransiskus. Panggil saja Mr Frans.” balasnya tersenyum menyentuh tanganku yang kuletakan di atas meja. Aku menarik tanganku, aku masih sadar bahwa ia menyentuh tanganku, bukan Alice. Mungkin Alice tertawa dalam hatinya.
“Oh maaf hehe aku hanya belum terbiasa. Jadi bagaimana?” Alice.
Tuk…tuk… suara pintu, “Masuk…!” teriak Frans. Kemudian Aku melihat dua pria yang langsung menarik perhatianku, bukan keduanya tapi yang satunya. Yeah aku seperti tidak asing dengan wajah itu. Mereka memasuki ruangan dan menghampiri meja Mr Frans.
“Selamat pagi Mr Frans…” sapa Pria bertubuh bagus itu yang melirik Alice dengan tatapan yang berbeda dia tersenyum genit, tapi yang menarik perhatianku adalah pria di sebelahnya. Wajah dingin, tampan, matanya yang besar dan menawan, potongan rambutnya yang rapih, alisnya yang tebal, bibirnya yang merah muda, kulitnya yang putih, tapi sayangnya ia sama sekali tidak menunjukan sikap baik kepadaku.
Alice tersenyum kepada keduanya.
“Ada apa pagi-pagi sudah mendatangiku? Bukankah kalian sudah mendapatkan posisi yang baik?” Frans.
“Sebenarnya kami ingin berbicara sesuatu tapi sepertinya kau sedang,…” uajr pria tampan itu memikirkannya.
“Tidak apa. Oia Alice.” Frans melirikku dan melanjutkan kalimatnya, “Kau akan di antar oleh Carlito ke ruang kerjamu.” ujar Frans dan aku menebak-nebak siapa Carlito? Apakah itu Pria tampan di sana?
“Oh yeah ini pagi yang sangat membuatku menjadi orang yang sangat beruntung.” ujar Pria di sebelahku, jadi? Dia yang bernama Carlito? Bukan si penarik hatiku itu? Tunggu ya ampun, aku pasti bercanda, aku seperti anak SMA yang jatuh cinta pada pandangan pertama. Lebih tepatnya aku memang tertarik melihat wajahnya, karena tidak asing.
“Carlito antar dia ke ruangan sekertaris dia bagian penataan. Yah kau tanya saja dengan pimpinan di sana.” Frans.
Laki-laki ini? Ya yang bernama Carlito mengantar Alice ke ruangan kerjanya, selama melangkah bersama ia selalu bertanya dan dengan senang hati Alice menjawabnya selalu dengan senyuman. Sampai pada saat aku berdiri tepat di hadapan meja kerjaku yang dibatasi oleh meja pegawai lainnya.
“Jadi kau juga baru berkerja di sini?” tanya Alice.
“Iya aku baru di sini. Dan sebenarnya aku tidak mengerti marketing tapi aku berusaha memperlajarinya. Kau juga pasti bisa.” Carlito dengan senyumannya, dia tampan tapi tak setampan Pria yang tadi.
Carlito melirik wanita yang meja kerjanya berhadapan dengan meja kerja Alice. Aku melihat wanita dengan rambut di atas bahunya, warna rambutnya pirang, ia memakai kaca mata besar dan aku tau itu bukan kaca mata minus.
“Hey…Ronny ini rekan kerja barumu. Namanya Alice kau pasti akan sangat senang bersamanya.” ujar Carlito mengenalkannya.Wanita yang bernama Ronny hanya menunjukan senyuman simpul, Alice mengucapkan dalam hatinya, “Sama seperi Alyson.” Ha? Kita sedang bersama kau berani mengungkapkan itu, tapi lupakan saja. Dia memang sepertinya tidak menyukai keberadaanmu Alice. Alice menjawab lagi, “Tidak dia hanya malas berbicara sama seperti kau.” Aku hanya bisa ya diam, aku memang hanya bisa diam.
“Jadi?” Ronny duduk di kursinya dan membenarkan posisi laptopnya. Tapi di mejaku tersedia PC, ini dia rencana pertamaku.
Alice tersenyum kepada Ronny namun tak ada balasan lagi Ronny selain mengalihkan pandangannya pada laptop di hadapanya, sombong.
“Haha tenang saja Alice dia memang seperti itu. Sampai kau tau siapa dia, kau akan ketagihan berbicara dengannya tapi ingat jangan ajak dia bicara jika dia sedang seperti itu.” bisik Carlito menepuk pundakku dan tersenyum. “Aku akan datang kembali jam makan siang.” ujar Carlito seraya meninggalkan Alice. Tunggu? Alice tidak menyuruhnya untuk kembali tapi kenapa dia mengatakan itu?
Aku masih berdiri di sini memandang Ronny, entah mengapa aku jadi terus memandanginya. Aku memejamkan mataku sebentar ya, aku mendengar itu, “Dia menawan…aku suka dia, aku suka dia…!” Alexa berteriak di kamarnya. Omg! Alexa bersabarlah jangan ganggu Alice.