Tok! Tok! Tok!
Malam beranjak. Sebagian besar murid penghuni sebuah asrama di lereng gunung itu sudah terlelap. Hujan yang turun sesorean tadi menyisakan dingin. Setiap sudut asrama pun dilingkupi kesunyian. Pintu gerbang asrama, lorong-lorong, dapur asrama, kantor keamanan, lumbung yang digunakan untuk penyimpanan kayu bakar, dan kolam ikan di depan kamar. Sekilas tidak terlihat bahwa malam itu akan terjadi sesuatu.
Gerry, seorang penghuni asrama itu masih terjaga di kamar asramanya. Di atas lantai berserakan buku-buku pelajaran dan lembar latihan soal. Beberapa lama ini dirinya terus memforsir diri untuk belajar karena mengejar target berkuliah di universitas favoritnya. Tidak tanggung-tanggung, dia bahkan membidik Fakultas Kedokteran di sebuah universitas ternama.
Dan tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamarnya.
Gerry menghela napas, kemudian bangkit untuk membukakan pintu kamar. Pikirnya, mungkin itu adalah teman sekamarnya yang baru saja kembali dari kamar sebelah. Atau mungkin teman dari kamar lain yang hendak meminjam sesuatu di kamarnya atau ada perlu. Atau siapapun.
Gerry tertegun. Di depan pintu kamarnya terlihat seorang pemuda berkemeja kotak-kotak dan seorang pria paruh baya berpakaian safari. Ia tidak mengenal dua orang laki-laki itu. Dalam hati dia bertanya-tanya, siapa gerangan dua pria yang datang malam-malam itu? Ada apa?
’’Kamu yang namanya Gerry?’’ tanya lelaki berpakaian safari. ’’Bunda kamu baru saja meninggal dunia karena kecelakaan mobil yang cukup parah. Jenazahnya sudah hampir tidak dapat dikenali lagi.’’