Jenna duduk bersimpuh di hadapan ranjang kedua orang tuanya. Tangisnya pecah, menyayat hati siapa saja yang mendengarnya. Raja Arven dan Ratu Letizia sekilas tampak seperti normalnya orang sedang tidur. Yang membedakannya mereka sudah tidak akan bangun lagi dari tidurnya. Sangat sulit bagi Jenna untuk menerima kenyataan itu. Baru semalam ia bermanja-manja pada ayah dan ibunya. Meminta untuk diizinkan berkeliling di Wonderland. Tapi ayah dan ibunya menolak permintaan Jenna, dengan alasan demi keselamatan Jenna sendiri.
"Ayah, ibu izinkan aku berkeliling wonderland besok. Besok adalah musim salju pertama." Jenna memohon sambil mendekap ibunya. Begitulah kebiasaan raja dan ratu, selalu meluangkan waktu untuk berbincang hangat di ruang keluarga sebelum mereka tidur. "Tidak Jenna, karena besok adalah musim salju pertama ayah tidak mengizinkanmu kemana pun. Tetaplah di kamarmu." Raja Arven melarang putri kesayangannya dengan penuh ketegasan. "Tapi kenapa ayah? Bukankah selama ini aku juga banyak melakukan kegiatan di luar istana. Dan aku baik-baik saja." Jenna merasa heran, karena tidak biasanya ayahnya tidak memberi izin. Ratu Letizia tersenyum melihat putrinya yang tampak tidak terima. "Dengarkan saja ayahmu, Jenna. Raja tidak selalu melarangmu kan? Hanya besok." Ratu Letizia mengelus sayang kepala putri kesayangannya. Lalu memberikan kecupan lembut disana. "Tapi bu..." Jenna masih menatap ayahnya tidak senang. "Anggap saja ini adalah perintah dari seorang raja, Jenna." Raja Arven kembali menegaskan dengan tatapan mengintimidasinya. Sayangnya Jenna tidak merasa diintimidasi sama sekali. "Hemm...baiklah ayah. Aku tidak akan kemana-mana. Aku akan pergi tidur saja sekarang." Jenna menghela nafasnya, berusaha menghormati kedua orang tuanya. Mengecup pipi ayah dan ibunya secara bergantian. "Selamat malam ayah, ibu." Jenna beranjak memasuki kamarnya. "Selamat malam juga putriku sayang." Ratu Letizia tersenyum simpul melihat pada suami dan anaknya yang perlahan menjauh menuju kamarnya. "Kapan kita akan memberitahunya sayang?" Letizia menatap Arven serius. "Di ulang tahunnya yang ke-23 sayang." Raja Arven menatap sang ratu dengan raut yang tidak terbaca.
Jenna sungguh tidak mengerti hal apa yang akan membahayakannya di Wonderland yang begitu damai. Semua orang juga tau Jenna terlahir dengan kekuatan supranatural yang menakjubkan. Siapa yang akan berani pikirnya? Tapi demi menghormati kedua orang tuanya, Jenna menahan diri untuk tidak berkeliling Wonderland.
Saat pagi datang, semuanya berubah. Jenna tidak lagi mendengar omelan ibunya agar ia segera bangun dan sarapan bersama. Melainkan para pelayan telah mengabarkan bahwa ayah dan ibunya meninggal tanpa sebab yg jelas. "Sudahlah tuan putri, ikhlaskan saja mereka. Kita harus segera mengurus pemakaman untuk raja dan ratu." Bujuk seorang pelayan tua, yang sudah mengasuh Jenna sejak kecil.
Pelayan itu bernama Anora. Anora telah bekerja di kerajaan itu kurang lebih 25 tahun. Mengabdikan hidupnya hanya untuk raja dan ratu, juga sebagai pengasuh Putri Jenna. "Tapi Anora, ini seperti mimpi buruk. Semalam mereka masih baik-baik saja. Kenapa sekarang jadi seperti ini?" Ucap Jenna sambil sesengukan. Air matanya belum juga mau berhenti. Selama ini ia dikenal sebagai sosok yg ceria, tidak pernah terlihat murung atau apapun. Kecuali hari ini. "Tenanglah tuan putri, aku ada disini bersamamu." Anora menarik Putri Jenna ke dalam pelukannya, mencoba memberikan ketenangan dengan mengelus-ngelus surai coklat kemerahan milik Jenna.
Jenna memang tidak memiliki siapapun lagi selain para pengawal dan pelayannya. "Terimakasih Anora, aku beruntung mempunyai pelayan sepertimu." Ucap Jenna sambil menghapus air matanya. "Sama-sama Putri Jenna. Aku sudah menganggapmu seperti putriku sendiri." Anora ikut tersenyum, lalu menuntun Jenna keluar kamar untuk mempersiapkan upacara pemakaman, serta memberi penghormatan terakhir kepada Raja dan Ratu.
Dengan meninggalnya Raja Arven dan Ratu Letizia, Putri Jenna resmi menjadi penguasa tunggal di Wonderland. Ia menjadi ratu termuda di negeri itu. Rakyat pun tidak menolaknya. Karena mereka tau sekalipun Jenna masih berusia muda, ia terbilang cerdas dan sangat bijaksana.
"Hidup Ratu Jenna...Hidup Ratu Jenna." Seru rakyat wonderland secara serempak, sambil mengangkat tangan mereka penuh semangat. Jenna yang berdiri di pelataran kastilnya tersenyum haru, melihat antusias rakyatnya. Ratu Jenna, demikian ia kini disebut. Tampak semakin cantik saat mengenakan pakaian kebesarannya yang berwarna kuning ke'emasan, dengan jubah panjang dan juga mahkota ratu di kepalanya. Mata birunya tampak begitu cemerlang, menampilkan ketulusan hatinya. Senyum Jenna seperti mempunyai sihir, membuat orang lain ikut tersenyum dengan sendirinya. Ia melambaikan tangannya kepada seluruh rakyat wonderland yg menghadiri penobatannya sebagai ratu baru.