Quin&King Wedding Organation

Fransiska Ardani
Chapter #6

Chapter #6

Udara segar masuk melalui tirai kamar Clara yang telah dibuka. Gadis itu melihat jam kecil di meja sebelah tempat tidurnya. Sudah jam enam pagi, tapi rasanya masih ingin bergelung di tempat tidur.

Ponselnya bergetar dan dia segera meraih benda pipih itu di atas meja. Ada beberapa pesan masuk dan salah satunya dari Jaya. Clara membiarkannya. Satu lagi dari nomor asing yang belum dia ketahui. 

[Boleh hari ini kita ketemu? Monic.]

Monic rupanya, Clara segera mengetikkan sesuatu sebagai balasan. 

[Bisa. Ketemu di mana?]

Belum ada respons dari Monic. Clara turun dari tempat tidur berjalan keluar dan seketika terkejut. Lampu studio alternatif menyala. Pasti Jonathan lupa mematikan. Clara menyeret kakinya menuju ruang itu. Pintunya juga tidak terkunci saat gadis itu memutar kenopnya. 

"Jo?" 

Dahinya mengernyit melihat empunya ruangan duduk bersila di sana. Lelaki itu mengepaskan posisi tripod dan peralatan lain. Mata Clara terpaku pada sebelah dinding yang telah berubah bentuk. 

"Kapan lo bikin photo shoot ini?" Clara masuk dan takjub mendapati gua buatan yang terlihat sangat alami. "Eh, sumpah. Ini bagus banget. Lo buat sendiri?"

Blitz kamera menerpa Clara sebelum dia siap. "Heh! Ngapain foto gue." Gadis itu blingsatan dengan kostumnya yang hanya memakai celana pendek dan kaos santai. Rambutnya masih digelung ke atas.

"Lo ngapain disitu? Minggir kalo nggak mau jadi objek." Jonathan mengangkat wajahnya setelah selesai. 

"Kapan lo buat ini? Pagi amat sampai sini, siapa yang bukain pintu?"

"Kemarin sama Ardian, tapi dia udah pulang jam sepuluh."

"Dan lo?" Clara menyipitkan matanya. "Jangan bilang lo tidur di sini." 

"Gue malah belum tidur." 

Jadi, semalaman Jonathan bekerja di sini sendirian? Kenapa tidak terdengar suara sama sekali? Apa Clara terlalu pulas tidurnya? 

"Jaga kesehatan, Jo. Jangan begadang kaya gini. Emang nggak punya kesibukan lain apa?" 

"Ada. Ngurusin cewek patah hati yang belum bisa move on." 

"Ah, rese lo. Cari pacar sana." Clara meninggalkan tempat itu dan menutup pintunya dari luar. 

"Gue masih nunggu dia siap." 

Clara sudah menghilang dari sana, tapi masih bisa mendengar jawaban Jo yang terlontar sebelum pintu benar-benar tertutup.

***

Tangan Mondy sangat terampil mengacak-acak rambut Clara. Pagi ini setelah mandi, gadis itu buru-buru turun dan mencari Mondy. Dia ingin tampil beda. Minimal gaya rambutnya harus berubah. 

"Mau ke mana? Tumben mau dandan?" 

"Sesekali biar gue kelihatan cantik." 

Mondy mewarnai rambut Clara. Membuat highlight super keren tapi masih kelihatan kalem. Dia juga memotong sedikit bagian yang kurang rapi. 

"Mau kencan? Ketemuan lagi sama si brengsek itu?"

"Tuh kan, negativ mulu pikirannya," tuding Clara. 

Mengapa setiap aktivitasnya selalu dikaitkan dengan Jaya? Mulai hari ini, Clara mengeraskan hatinya. Dia memblokir nomor Jaya sejak pesan terakhirnya pagi tadi. Gadis itu tidak membalas sama sekali pesan yang masuk. 

"Sound good. Gue seneng lo berani menampik soal dia." 

Clara mengedikkan bahu menanggapi Mondy. Sebentar lagi Monica Sandra datang. Clara tidak ingin pergi keluar, jadi gadis itu mengundang Monic ke tempat ini. Lagipula, Clara tidak tahu apa tujuan Monic mengajaknya bertemu. Tiba-tiba sekali, bahkan tidak ada basa-basi yang menanyakan kabar sebelumnya setelah Clara memberikan kartu nama beberapa hari yang lalu. 

Lihat selengkapnya