Quin&King Wedding Organation

Fransiska Ardani
Chapter #8

Chapter #8

Clara bersiap turun setelah memainkan catok rambut yang Mondy tinggalkan di privat room-nya. Rambut lurusnya menjuntai sampai punggung disertai riasan tipis pada wajah yang membuat penampilannya hari ini lebih segar. Gadis itu memakai celana pensil di atas mata kaki berwarna coklat dan t-shirt kopi susu yang terlihat senada.

Dia mengurungkan niatnya untuk segera menginjak lantai satu setelah membaca pesan masuk di ponselnya. Sampai sekarang, nomor itu belum juga Clara simpan. Namun dia tahu siapa pengirim pesannya. 

Berulang kali gadis itu duduk di sofa, berdiri, jalan mondar-mandir, lalu duduk lagi. Seribu kali dia memikirkan matang-matang tawaran Jaya kemarin malam dan saat ini dia menanyakan jawaban Clara. 

Mungkin gadis itu butuh waktu, tapi bukan berarti harus secepat ini juga Clara memberi jawaban. Entahlah, Clara memilih mengabaikan pesan itu lalu bergegas turun. Sudah jam sepuluh pagi, waktunya membuka pintu sebelum Mondy mengomel. 

Ini memang hari Minggu, tapi atas usulan semua karyawan, Quin&King tetap melayani tamu. 

"Orang perawatan itu biasanya weekend. Kalo nggak Sabtu ya Minggu," celetuk Isyana waktu itu yang disambut raut cemberut dari Mondy. 

Sesampai di lantai bawah dan membuka kunci pintu kecil, Clara masuk ke ruang kerjanya. Pintu kecil dibiarkan tetap tertutup. fungsinya sebagai pintu masuk karyawan sebelum kantor benar-benar siap melayani tamu. 

Gadis itu memeriksa pembukuan dan beberapa rekap laporan yang disodorkan Isyana kemarin. Terdengar Mondy bersenandung ketika melewati ruang tamu yang terlihat dari tempat kerja Clara. Dia menuju tempat favoritnya, membersihkan dan merapikan beberapa rambut palsu. 

"Lo tumben rapi banget," sapa Mondy tanpa basa-basi.

Clara mendongak dan melihat Mondy sudah berdiri menempel pada pintu ruang kerja Clara. 

"Masalah?" 

"Nggak juga sih." Mondy terlihat memikirkan sesuatu lalu tersenyum jahil. "Nih buat lo." Dia menyodorkan secangkir kopi untuk Clara. 

"Tumben lo baik." Gadis itu menarik cangkirnya lalu menyesap sedikit sebelum melanjutkan pekerjaannya lagi.

"Btw, gue mau tanya."

"Tanya apa?" Clara menaikkan alis mendengar Mondy sok misterius seperti itu. 

"Lo sadar nggak, Jo sekarang kaya lebih hidup ya?"

"Maksudnya?" Clara sudah memegang laptop dan mengetikkan sesuatu di sana ketika Mondy mulai merecoki. Rupanya bukan hanya gosip selebriti yang dia korek, gosip temannya juga dimakan. 

"Lebih perhatian aja sama orang," sahutnya terjeda. "Terutama sama elo."

Clara menyipitkan mata mendengar Mondy mulai berbicara ngawur. "Maksudnya apaan nih?"

"Jadi gini ya, dia itu kan paling cool diantara yang lain. Apalagi kru pribadinya. Lo sendiri sering dapat komplain kalo dia sok cuek atau apalah itu dari klien."

"Hemmm, terus?" Clara semakin tidak tahu arah pembicaraan Mondy. 

"Nah, gue lihat dia lebih ramah sekarang." 

"Ya bagus, donk. Terus masalahnya apa?" 

Clara melanjutkan menarikan jemarinya diatas laptop. Kalau mendengar perubahan sikap Jonathan ke arah lebih baik, bukankah itu progres yang bagus? Quin&King memang masih sepi, mungkin sebentar lagi baru pada datang. 

"Masalahnya?" Mondy sengaja menggantung kata-katanya. "Dia baiknya sama elo doank. Nah itu yang mau gue tanyain. Elo ada apa sama dia?"

"Hah?" Clara melotot pada Mondy. "Sembarangan lo."

"Semalam kemana lo sama dia?"

"Nonton." 

"Tuh kan. Kencan diem-diem di belakang gue." 

Ya Tuhan, Clara tidak berpikir bahwa itu kencan. Apa mereka terlihat seperti itu? 

Lihat selengkapnya