"Hai, Mon."
Clara duduk di depan cermin besar tempat Mondy bekerja. Dia memainkan sisir dan merapikan rambutnya sendiri.
"Tumben. Biasanya nggak peduli penampilan." Mondy mencibir gerak-gerik Clara. "Efek pacar second atau kencan sama Jo?"
Clara menyipitkan mata melihat Mondy. Gadis itu juga tersenyum kecut. "Mau tahu banget?"
"Jelas donk." Mondy terbahak melihat Clara mulai sewot. "Jadi gimana? Jaya udah ada kabar lagi?"
Clara menggeleng lalu mengecek ponselnya yang dia taruh di depannya. Kosong, tidak ada notifikasi sama sekali selain dari instagram. Itu pun pemberitahuan jika Isyana memajang foto baru di IG Quin&King.
"Berapa hari ini? Lo sebagai pacar harus nunggu lagi, lagi, dan lagi." Mondy menyilangkan sebelah kakinya ke lutut. "Sorry nih gue tanya. Perasaan lo ke Jaya gimana sih?"
Dahi Clara berkerut mendengar Mondy lebih cerewet dari biasanya. Sebelumnya lelaki itu sama sekali tidak mau peduli jika menyangkut Jaya. Tidak emosi saja sudah bagus. Lalu hari ini menanyakan perasaan Clara untuk Jaya?
Clara menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Benar juga, Jaya sudah lama tidak menghubunginya. Kali ini Clara ingin melihat bagaimana keseriusan Jaya. Jadi gadis itu mendiamkan tanpa mengirim pesan atau apa pun kepada Jaya.
"Bukan apa-apa, lo kaya fine aja dia cuek."
Ucapan Mondy ada benarnya juga. Gadis itu diam sembari jarinya mengetuk meja. "Jadi, yang keterlaluan gue atau dia?"
Mereka terbahak. Clara pun masih santai di tempat duduknya. Sepertinya gadis itu tidak terlalu ambil pusing masalah Jaya.
"Bulan ini kok ada tanggal merah? Dalam rangka apa itu?" Clara melebarkan matanya mengamati kalender yang tergantung di belakang Mondy.
Mondy mendekat pada kalender yang tergantung di dinding. "Satu muharam. Jamnya kebo digiring keliling kota," jawabnya.
"Libur seneng kali, ya?" Clara menggoda Mondy dengan menaik turunkan alisnya. Liburan ditanggal merah itu merupakan suatu bencana bagi Mondy.
"Salon tetep gue buka." Mata Mondy menyipit tidak suka. "Bonus gue bisa berkurang kalo tutup pas liburan," lanjutnya.
Clara masih tidak bisa menyembunyikan tawanya ketika Jonathan dan Isyana bergabung di sana. "Kalo setelah tanggal merah? Biasanya sepi kan, pas bulan-bulan itu."
"Mau ngapain?" Isyana menaruh setelah jas berwarna hitam yang masih terbungkus di dalam lemari etalase.
"Bos kita mau liburan. Dia ngasih kita jatah libur juga."
"Cocok tuh. Gue mau pulang Depok kalo libur," sahut Isyana. "Jadi liburnya?"
"Gue pikirin dulu," jawab Clara santai. "Jo, Senin depan jadwal Simon, kan?"
Lelaki itu mengangguk. Tangannya masih tersimpan di saku celana jeans. Terlihat pas dengan kemeja biru dongker yang lengannya digulung sampai siku.
"Tempatnya?"
Jonathan menarik kursi mendekat, lalu duduk agak serong di depan Clara dan Mondy. "Atas sudah siap kalo dia mau. Udah gue tawarkan ke mereka. Kelihatannya Natasya tertarik."
"Gua buatan itu?"
"Kamu lihat lagi deh," jawab Jo sambil melirik pada Clara.
"Ok, selesai prewednya Simon kalian boleh libur seminggu."