Quin&King Wedding Organation

Fransiska Ardani
Chapter #15

Chapter #15

Clara terbangun setelah tiga jam terlelap di mobil. Dia duduk di kursi tengah bersama Isyana. Mondy yang mengemudikan mobil, katanya nanti gantian jika google map mulai eror. Padahal yang berperan sebagai google map ya Jonathan yang duduk disebelahnya. Hari ini mereka memulai perjalanan panjang yang mungkin melelahkan, tapi bisa saja mengasikkan.

Di kursi paling belakang ada Ari---asisten fotografer yang dipaksa Jo ikut liburan---sendirian. Di sampingnya ada tas Mondy dan Isyana yang tidak cukup ditaruh bagasi.

"Di kardus bawah, belakang, ada air mineral kalo haus." Jonathan melihat Clara mencari-cari sesuatu ketika mengatakan itu. Gadis itu duduk di belakang Mondy. "Atau ini aja. Masih utuh." Lelaki itu mengulurkam sebotol air minum untuk Clara.

"Thank's, Jo."

Clara menunggu saat yang pas untuk menenggak minuman itu. Biasanya bakal ada tragedi nyembur kalau Mondy tiba-tiba menginjak rem. Beruntung ada lampu merah, jadi gadis itu bisa lebih tenang meneguknya. "Wow, udah setengah tiga. Tujuan pertama ke mana dulu?"

"Tantenya Jo. Kita ngerampok dulu di sana," jawab Mondy.

"Ini?" Gadis itu berpikir dan melihat sekeliling di luar mobil. "Kok cepet udah sampai sini? Lo ngebut ya, Mon? Baru tiga jam."

"Kita lewat Tol, Sayang." Mondy tetap memandang ke depan karena jalan sedikit menanjak dan disusul tikungan.

"Ya baguslah kalo gitu. Biasanya kalo lewat Jogja kan lama."

Tidak perlu menunggu lama, mereka sudah sampai di rumah tantenya Jonathan. Udara segar langsung memerpa begitu mereka turun dari mobil. Jonathan mengetuk pintu kayu berpelitur. Rumah berlantai dua itu terlihat lebih modern daripada sekitarnya. Halamannya cukup luas.

"Ngapain ke sini?"

Seorang ibu membuka pintu dengan wajah ketus dan sinis. Dress bermotif bunga selutut dan rambut berombak yang dibiarkan tergerai rapi membuat penampilannya terlihat elegan. Ditambah kulitnya yang cerah, serta keriput yang belum terlihat, mungkin tante Jonathan masih sekitar empat puluh tahun. Namun, Clara pernah dengar cerita Jonathan jika wanita itu hanya terpaut tiga tahun  dengan ibu Jonathan. Jadi, sudah pasti penampilannya menipu.

"Tante, nggak lucu ah. Mereka takut tahu."

"Tante kemarin bilang apa?"

"Ada, salah satunya," bisik Jo ketika mendekat pada telinga tantenya. Jarak Clara cukup dekat dengan mereka, jadi masih terdengar percakapan antara ponakan dan tante itu. "Tapi jangan tanya aneh-aneh," lanjutnya.

Dahi Clara berkerut. Salah satu apa? Tanya aneh apa? Memangnya ada yang aneh? Lalu mata wanita itu melebar dan sebuah senyum terbit dari bibirnya. Dia mempersilakan mereka masuk. Rupanya Tante Linda---begitu Jo memanggilnya---sudah menyiapkan semuanya. Beliau menunjukkan kamar di lantai dua dengan balkon menghadap pada hamparan perkebunan luas.

"Makasih, Tante." Clara melihat sekeliling kamar itu. Sangat nyaman dengan udara sejuk yang berembus dari jendela. Di sana ada satu bed besar yang akan dia pakai bersama Isyana. Pintu kamar itu ada dua, pertama pintu masuk dari dalam rumah, kedua pintu yang tembus langsung ke balkon. Balkonnya cukup panjang dan menyatu dengan kamar sebelah, tempat Jonathan dan yang lainnya.

Tante Linda juga menunjukkan pantry kecil yang bisa dipakai. Jadi jika butuh air panas tidak perlu turun.

Clara membuka pintu balkon dan merasakan udara yang masuk semakin banyak. Dia keluar dan menikmati hamparan luas kebun teh di kawasan itu.

"Is, bagus banget ya, sini deh."

"Ini kenapa nggak dibuat semacam resort ya, Ra?"

"Nggak tahu juga. Mungkin udah ada kali yang dipakai buat resort."

Dua gadis itu mengisi paru-paru mereka dengan udara bersih sebanyak mungkin. Suatu anugerah yang jarang di dapat. Seringnya harus berperang melawan polusi untuk menghirup oksigen.

"Hei yang di atas. Ini mau dilempar dari sini atau kalian turun?" Mondy berteriak menunjuk koper di bagasi.

"Lo cakep kalo mau angkatin punya kita." Clara terkekeh melihat Mondy lebih muram dari biasanya. "Ayo kita turun," lanjut Clara. ***

Mondy sudah naik disusul Isyana dan Ari. Barang mereka lumayan juga. Tinggal milik Clara yang masih tertinggal. Gadis itu sempat pamit ke kamar mandi ketika yang lain sudah turun.

Lihat selengkapnya