Saat ini Nathaniel, Alvin, Andrian dan Bella sedang berada di dalam mobil milik Nath. Mata pelajaran teakhir telah selesai setengah jam yang lalu. Dan saat ini mereka sedang menuju ke rumah pemuda itu.
Ya, kali ini mereka tidak pergi ke gudang yang telah mereka klaim sebagai tempat pertemuan mereka. Mereka perlu membahas suatu hal penting dan dengan bodohnya Nath meninggalkan berkas penyelidikan mereka di rumahnya, lebih tepatnya di dalam sebuah kotak yang berada di dalam lemari milik pemuda tinggi itu.
"Alvin, tadi kamu kemana? Kamu lupa dengan janjimu yang akan mentraktirku makan pulang sekolah tadi." Andrian yang berada di kursi penumpang tepat di belakang Nath yang sedang mengendarai mobil itu, bertanya pada Alvin yang saat ini sedang sibuk memainkan sebuah cooking game di Smartphone milik Bella di sampingnya.
"Ohh. Tadi aku ada urusan. Maafkan aku sayang. Aku akan mentraktirmu besok. Aku janji." Alvin menjawab Andrian tanpa mengalihkan pandangannya dari game-nya itu. Pelanggannya sedang banyak-banyaknya, dia sedikit kewalahan menangani pesanan mereka.
"Urusan apa? Sok sibuk sekali." Bahkan Bella yang sedari tadi sedang bergelayut manja di lengan Nath ikut menimpali sepupunya itu.
"Hunting gadis-gadis cantik dan sexy bersama William dan Randy." Alvin menyodorkan Smartphone milik Bella kepada pemiliknya yang diterima dengan baik oleh gadis itu. Dia menyerah.Dia tidak dapat memenuhi permintaan pelanggannya itu.
"Cih, yang benar saja. Hanya karena itu kamu melupakan janjimu. Dasar." Andrian merotasikan bola matanya. Terlalu jengah mendengar jawaban Alvin yang terlalu sering mempermainkan para penggemarnya itu. Sekedar informasi saja, Andrian bilang jika Alvin tidak sebaik kelihatannya.
"Tenang saja Andrian. Aku tidak akan menduakanmu." Alvin menggerling nakal pada Andrian yang saat ini sedang menatap jijik padanya. Yang benar saja, harus berapa kali Andrian katakan bahwa dia itu masih normal. Dia itu lurus, sangat lurus. Dia masih menyukai gadis-gadis cantik dan imut dibandingkan dengan pemuda tampan.
"Terserahmu saja Alvin. Aku lelah berdebat denganmu."
"Baiklah. Kalian berdua, berhentilah berdebat. Kita sudah sampai dan apa kalian tidak mau turun? Dan Bella, lepaskan lenganku babe." Bella mencebik kesal dan melepaskan lengan kekasihnya itu dan mengikuti Nath yang telah berjalan terlebih dahulu menuju rumahnya. Dan tak lama diikuti oleh kedua orang yang sedari tadi tidak bisa diam sepanjang perjalanan.
"Hai, tante. Apa kabar?" Andrian segera menyapa ibu Nath yang saat ini telah bergosip ria bersama calon menantunya -read: Bella-
"Oh, hai Andrian dan Alvin juga. Sangat baik seperti biasa."
Tak jauh dari ruang tengah tempat mereka berbicang-bincang, terlihat Nath yang baru saja menuruni tangga dengan sebuah kotak sedang di kedua tangannya.
"Kalian sudah mau pergi? Cepat sekali. Bahkan kalian belum makan siang. Ibu akan masakkan." Ibu Nath menatap mereka bergantian dengan tatapan berharap. Berharap mereka tetap tinggal dan menemaninya siang ini. Dia terlalu sering ditinggal suaminya bekerja dan Nath yang selalu pulang pada saat petang telah menyapa.
"Ayolah, mom. Ada yang harus kami kerjakan segera. Dan sebaiknya tidak disini." Nath tentu saja protes pada ibunya.
"Kalian bisa mengerjakannya disini."
"Tap---"
"Menurutku tidak masalah." Sahut Andrian dengan snack yang memenuhi mulutnya.
"Bukan ide yang buruk." Kali ini Alvin menimpali dan diikuti oleh Bella yang mengangkat kedua bahunya tanda dia mengikuti setiap keputusan mereka.
"Aarrgh... baiklah. Kita ke kamarku. Kami ke atas dulu, mom." Ibu Nath tersenyum senang karena kali ini bisa mengalahkan ego anaknya yang keras kepala itu. Sangat mirip dengan dirinya.