Langit sore itu kelabu, seperti menyimpan luka yang enggan sembuh. Di bawah pohon angsana tua di belakang sekolah, aku melihatnya—seorang gadis berdiri sendirian, menatap langit dengan pandangan kosong, seolah berbicara pada seseorang yang tak terlihat.
Namanya Nayla.
Namaku Arvan.