“hidup adalah tentang menjalani setiap detik dengan penuh makna”.
-reallygreatsite.com-
Hidup itu adalah “pilihan” tergantung pilihan mana yang diambil, jalan yang mudah kah, susah, atau sedang-sedang saja. Pilihan itu sendiri ada yang baik dan ada yang buruk, bergantung dari sisi mana kita melihat dan memilih. Hidup ini juga tidak selamanya datar maka selalu ada tantangan agar hidup ini jadi lebih indah dan menarik untuk dijalani. Kalo bagi aku pribadi kesimpulannya hidup itu terdiri dari 3 bagian yang saling berkaitan satu sama lain yaitu Nasib / Takdir, Usaha / Proses, Ikhtiar / Doa. Percayalah ketiga hal itu menjadi penentu dalam kehidupan. Aku sendiri selalu berfikir hidup seperti apa yang ingin ku jalani ? Apa yang harus dicari dalam hidup ini ? Sampai berapa lama untuk mencari jati diri ? Dan seberapa penting penilaian orang lain dapat mempengaruhi hidup ku ? Semua pertanyaan itu selalu muncul dibenak ku. Jawaban atas pertanyaan itu hanya aku sendiri yang bisa menjawabnya. Aku selalu berusaha menilai diriku dan memandang hidup ku dengan tidak melihat dari satu sisi seperti kacamata kuda. Tahukah kalian bahwa kacamata kuda hanya memberikan ruang pandang depan saja tanpa memberikan ruang pandang kiri dan kanan sehingga ruang pandangnya menjadi sempit, alasanya agar kuda bisa lebih mudah dikendalikan. Sehingga kacamata kuda diadopsi sebagai kata atau ungkapan bagi orang-orang yang berpikiran atau memiliki sudut pandang sempit.
Dan itulah mengapa aku selalu mencoba membuka dan mengubah pola pikir ku, melihat diriku dari banyak sisi berbeda, dari sisi pribadi ku, teman ku, pasangan ku, maupun orang tua ku. Sehingga aku bisa membuka diri dan belajar memahami diriku sendiri. Melihat dari setiap sisi yang berbeda tentang diriku sehingga tidak seperti kacamata kuda. Sebagai seseorang yang berpendidikan sudah seharusnya memiliki sudut pandang dan cara berfikir yang luas, karena sudut pandang inilah adalah menentukan cara berfikir seseorang. Itulah yang selalu ku tekankan dalam diriku.
Orang-orang sukses yang kemudian benar-benar mencapai semua nya dari bawah mengawali sesuatunya dengan usaha dan kerja keras. Mereka selalu mempunya visi misi tujuan ke depan (goal yang ingin dicapai). Aku pribadi menilai dan mengamati, rupanya orang-orang sukses itu lahir dengan pola pikiryang dapat di identifikasi misalnya : visioner karena memiliki visi yang jelas tentang apa yang ingin dicapai dan berkomitmen konsisten untuk mencapainya. Selain itu tentu optimis dan selalu semangat. Berani mengambil risiko, setiap mimpi yang ingin dicapai profesi apapun itu ketika sudah terjun di dalamnya maka harus berani ambil risiko untuk mendapatkan tantangan dan pengalaman baru serta percaya pada prosesnya, bahwa kehidupan adalah proses sehingga harus fokus pada setiap tahap proses dan pembelajarannya. Mampu membaca peluang yang ada dengan intuisi yang tajam, jangan pernah takut gagal, karena gagal menjadikan kita belajar akan kesalahan yang pernah dilakukan untuk tidak mengulanginya lagi. Menjadi kreatif dan berwawasan luas.
Motto ku adalah agar hidup ini tak sekedar hidup, tapi juga bisa bermanfaat untuk aku dan orang-orang disekitar ku. Terkadang kita sendiri bisa melihat rumput tetangga selalu lebih hijau dari rumput sendiri. Padahal sebenarnya pun hidup yang kita jalani sekarang ini adalah hidup yang juga di inginkan orang lain, kalau kata orang jawa disebut sawang sinawang.
“Sering kali kita “menjudge” seseorang hanya dari satu titik di hidup nya, tanpa melihat ke proses panjang yang di alami. Sering kali kita merasa seseorang lebih sukses dari kita dan membuat kecil hati. Saya belajar bahwa setiap manusia akan diproses berbeda, punya talenta berbeda, cara memandang kesuksesan pun berbeda. Jadi jangan hanya membandingkan diri dengan orang lain. Jalani proses masing-masing dan bersyukur. Perseverance is not a long race, its many short races one after the other. Jalan pelan, berhenti, resapi dan jalani kembali. Jangan lupa dinikmati dan bersyukur. Because life is indeed one beautiful journey”.
Sebelum aku lulus SMA aku pernah mengikuti psikotes tentang kepribadian diri, baik melalui psikolog maupun secara online. Aku melakukannya selain untuk persiapan kuliah dan kerja, juga untuk melihat kesiapan mental dan diriku untuk lebih mengenal siapa aku ? Rupanya hasil tes kepribadianku ini membuatku kaget tapi juga memahami dan mengerti, oh ya ini lah diriku. Kalau bisa ku jelaskan singkat hasil tes tipe diriku adalah (Protagonis) ENFJ-A, artinya Ekstrovert, Intuitif, Perasa dan Penilai. Tapi memang itulah aku, hasilnya membahas bahwa tipe orang seperti diriku merasa terpanggil untuk melayani tujuan yang lebih besar dalam hidup, bijaksana dan idealis, tipe kepribadian ini berusaha keras untuk memberikan dampak positif bagi orang lain dan dunia disekitarnya. Mereka jarang menghindar dari kesempatan untuk melakukan hal yang benar, bahkan ketika hal tersebut sulit untuk dilakukan. Mereka dengan tipe ini terlahir sebagai pemimpin yang menjelaskan mengapa kepribadian ini dapat ditemukan diantara banyak profesi. Semangat dan karisma mereka memungkinkan mereka untuk menginspirasi orang lain, tidak hanya dalam karir mereka tetapi juga dalam setiap aspek kehidupan mereka termasuk hubungan mereka.
Selain itu tipe kepribadian ku ENFJ-A memiliki beberapa kekuatan :
Beberapa pekerjaan yang cocok untuk tipe kepribadian seperti ku adalah yang berhubungan langsung dengan menciptakan pengalaman positif bagi orang lain, salah satunya profesi konsultan. Ketika aku mengetahui tentang hasil tes ku ini, aku jadi lebih percaya diri dan tertantang dengan apa yang akan ku jalani kedepannya. Bahkan aku jadi lebih mengerti tentang siapa diriku (who i am ?). Itulah kenapa semua pertanyaan dibenak ku diawal rupanya terjawab dan hanya aku yang bisa menemukan jawabannya. Inilah hasil tes singkat yang ku lakukan mengenai diriku.
Namaku Avisena Aulia Anita, panggilanku Avi atau bisa juga Sena. Biasanya orang suka memanggil ku Avi. Aku lahir di Samarinda, Kalimantan Timur 16 Juli 1994, sekarang di tahun 2024 ini usia ku 30 tahun, termasuk periode emas bagiku. Samarinda ibukota dari Kalimantan Timur adalah kota kecil bagiku, kota yang masih terbilang berkembang pada saat aku masih SMA. Tidak seperti saat ini yang mungkin menjadi lebih maju semenjak bakal menjadi IKN (Ibukota Nusantara). Karena ikut orang tua bekerja disana, jadilah aku lahir dan besar di Samarinda sampai SMA, bisa dibilang merantau selama 17 tahun. Jadi sudah pasti memahami bagaimana kota samarinda dan lingkungannya. Aku juga terlahir dari keluarga yang sederhana dan biasa-biasa saja. Ayahku wiraswasta dibidang perkapalan karena di Samarinda ada pelabuhan besar dan bisnis usaha kebanyakan disana adalah batubara, minyak, tongkang, dll. Sedangkan ibuku adalah dokter umum PNS disalah satu rumah sakit daerah disana. Aku anak perempuan pertama dari dua bersaudara, punya adik laki-laki yang beda usia kami 4 tahun. Semenjak dulu aku selalu diberikan pandangan oleh ibuku kalo lulus sma mau jadi apa dan profesi apa yang cocok untuk aku jalani, selain itu ibu juga berharap ada yang meneruskan seperti dirinya untuk menjadi dokter. Tahukah kalian kenapa namaku Avisena, bagi yang paham dan tidak asing dengan nama ini jelas mengetahui. Bahwa mimpi ibuku dan aku adalah bisa menjadikan ku seorang dokter, bahkan nama ini pun akhirnya diberikan pada ku sebagai bentuk apresiasi ibuku terhadap profesinya dan kelahiranku, bahwa nama adalah sebuah doa dan harapan, sebesar itu pula harapan kedua orang tua terhadap ku. Nama Avisena atau bisa disebut Ibnusina adalah nama seorang ahli kedokteran muslim arab pertama di dunia. Ibu memberi nama avisena karena aku adalah seorang perempuan mungkin lain cerita kalau aku laki-laki pasti namaku akan jadi ibnusina. Orang barat memanggilnya dengan sebutan Avicena (ejaan lama). Singkatnya dimasa lalu Avisena adalah seorang dokter, astronom, penulis, dan filsuf paling berpengaruh di era pra modern dan dikenal dengan bapak kedokteran modern. Nama dan harapan inilah yang melahirkan seorang avisena saat ini.
Namun, terkadang keinginan itu bisa saja tidak sesuai harapan. Karena hidup seseorang tetap ditentukan oleh nasib dan takdir serta didukung usaha. Aku menganggap bahwa kegagalan itu bisa jadi kesuksesan yang tertunda, karena akan ada masanya kegagalan itu bisa jadi kesuksesan dimasa depan. Hari ini mungkin gagal tapi tidak akan ada yang tahu bahwa akan menjadi buah dari keberhasilan dan kesuksesan dimasa depan, siapa yang tahu ya kan.
“jika kamu hidup cukup lama, kamu akan membuat kesalahan. Tetapi jika kamu belajar dari kesalahan tersebut, kamu akan menjadi orang yang lebih baik”.
-Bill Clinton-
Kisah ini berawal di tahun 2012 saat aku lulus SMA di Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Saat itu mimpi ku dan cita-cita ku adalah menjadi seorang dokter, karena dokter adalah salah satu profesi yang sangat mulia dan membanggakan tentunya, selain karena ibu ku adalah seorang dokter juga. Saat di SMA hal yang terpikirkan dari ku hanyalah belajar giat mendapatkan nilai bagus di jurusan IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), mengikuti Bimbel (Bimbingan Belajar) untuk mempersiapkan kelulusan serta mendapatkan nilai passing grade yang bagus agar bisa masuk ke perguruan tinggi negeri impian. Satu-satunya yang menjadi keinginan ibu ku pastinya, anaknya bisa masuk ke perguruan tinggi negeri seperti ibu, maklum karena aku anak perempuan pertama, bahkan bisa masuk melalui jalur SNMPTN tulis yang pada masa itu dianggap prestigious dan bisa terbilang murah tarif masuknya dari pada melalui jalur Mandiri atau masuk Perguruan Tinggi Swasta. Karena niat yang besar itulah dan keinginan yang bisa dibilang dianggap ambisius. Ibu dan ayahku memutuskan setelah aku lulus SMA kami semua pindah ke pulau Jawa tepatnya Jawa Timur hingga rela ibu memutuskan mutasi kerja ke Kota batu dan ayah pensiun dini, adik ku pun juga pindah sekolah ikut bersama ku. Semua orang yang bertanya padaku akan selalu heran jikalau orangtua ku pindah ke jawa untuk mengikuti anak, padahal biasanya anak lah yang mengikuti orang tua. Sebegitu besarnya harapan orangtua pada ku. Sehingga upaya dan perjuangannya tentu kurasakan sampai sekarang, yang terkadang aku berpikir bagaimana cara membalas apa yang sudah dilakukan diperjuangkan orang tua ku selama ini untuk ku.
Perasaan pertama, aku tiba di Kota Batu pasti belum merasa terbiasa dengan lingkungan dan situasi yang berbeda. Tentu saja karena perbedaan cuaca yang mana kalimantan sangat panas dan kota batu dingin karena rumah ku berada diatas gunung. Selain itu juga karena ayah, ibu dan aku merantau selama 17 tahun di Samarinda, Kalimantan Timur. Sehingga perubahan ini membuat kami harus terbiasa. Kami tiba dirumah baru, sebenarnya kalo dibilang rumah baru juga tidak, karena ini rumah sudah dibeli sejak aku SMP dan memang direnovasi untuk suatu saat bisa dihuni saat ayah dan ibu pensiun dan bisa tinggal di Jawa beserta keluarga besar, karena mereka asli Jawa Timur. Hingga pada kenyataannya kami pindah lebih cepat dari perkiraan yang mana benar-benar karena mengikuti ku ke jawa untuk kuliah. Saat dibatu pun karena masih masa transisi, yang mana barang dan kendaraan dari kalimantan dikirim melalui kargo laut sehingga baru bisa sampai sekitar berminggu-minggu ke jawa. Sehingga jika mau kemana-mana pun mobilisasi kami sekeluarga ya sementara menggunakan jasa angkutan umum, angkot, bemo atau bis kota. Biasanya bis yang ku pakai untuk bepergian dari batu ke malang menggunakan bis antar kota namanya bis puspa indah atau bagong, yang berhenti dihalte depan rumah atau diterminal kota batu. Pasti yang sering naik bis kota ini paham.
Saat untuk mempersiapkan kuliah, aku di daftarkan oleh ibu untuk ikut bimbel yang ada di surabaya, (bimbel ini cukup terkenal pada masa itu) jadi aku di kirim dari Kota Batu ke Surabaya untuk benar-benar ikut bimbel intensif dan eksklusif agar benar-benar bisa lulus SNMPTN tulis dan diterima di perguruan tinggi negeri favorit. Disinilah awal mula perjuangan ku benar-benar di uji, suka duka yang dilewati, hingga cemohan tangisan kebahagiaan setiap hari selalu terjadi dimasa itu. Aku dikirim ke Surabaya untuk tinggal ditempat eyangku. Selama beberapa bulan aku dititipkan dirumah eyang karena tempat les ku bisa dilewati dengan bersepeda atau naik angkot (saat itu sepertinya belum ada Grab ya….) karena bimbel intensif pastinya terbilang cukup mahal dijaman itu, serta hanya berisi 10 murid dalam satu kelas yang mana dari seluruh Indonesia (kalau tidak salah teman-temanku berasal dari Sidoarjo, NTB, Pontianak, Surabaya, dll). Kami berbaur satu sama lain saling berkenalan dan pastinya juga memendam persaingan, secara semua ingin masuk perguruan tinggin negeri bahkan tujuan nya sama agar bisa masuk Fakultas Kedokteran dan passing grade yang bagus. Setiap hari kami benar-benar di latih uji coba soal untuk bisa menilai kemampuan dan nilai kami masing-masing sebelum Ujian SNMPTN. Selain mendapatkan pembelajaran kami para murid juga mendapat konseling dari para tutor sebagai acuan guna persiapan masuk perguruan tinggi negeri. Termasuk aku salah satunya yang mendapatkan konseling dari tutor, saat itu aku bilang ingin melanjutkan sekolah untuk ke perguruan negeri tinggi karena dorongan motivasi dari orang tua serta aku pribadi sendiri ingin masuk Fakultas Kedokteran, sebagai anak SMA yang saat itu masih labil dan idealis, seperti belum mengetahui “dunia persilatan” bahwa persaingan untuk masuk FK tentu butuh usaha kerja keras, selain modal yang besar pastinya karena biaya masuk yang mahal. Setelah berbulan-bulan mengikuti bimbel, ada masa dimana aku pernah mengalami rasa lelah, jenuh, bosan. Lelah karena setiap hari harus bergulat dengan soal eksak (fisika, kimia, biologi), jenuh karena pasti ada tekanan dari orang tua yang menuntut ini itu, dan bosan karena ingin berlibur jika ada waktu dan kesempatan karena maklum selama pindah aku dan keluarga belum sempat piknik atau sekedar jalan-jalan menikmati Kota Batu tetapi harus buru-buru dikirim ke Surabaya untuk persiapan ujian.
Sampai suatu ketika aku pulang ke Batu untuk sekedar pulang karena ayah dan ibu kangen, jadilah aku naik bis dari Terminal Bungurasih Surabaya turun di Terminal Arjosari Malang. Lalu aku oper dengan bis kota batu yang turun didepan rumah ku. Saat tiba dirumah ibu ayah menyambut dan membuatkan makanan enak kesukaanku karena tahu bahwa aku jadi makan tidak teratur kalo tinggal dirumah eyang dan juga karena sibuk bimbel. Saat malam tiba ibu mengajak aku untuk berdiskusi dan bercerita tentang kegiatan ku selama di Surabaya. Saat itu kami berbicara empat mata dari hati ke hati dimana aku benar-benar meluapkan emosi perasaan yang ku pendam selama ini, termasuk bagi ibuku juga. Pertama, dari sisi ibu beliau cerita dan bilang dengan tegas bahwa :
“ibu bisa bantu mewujudkan keinginan mu untuk benar-benar kepingin masuk FK, dengan catatan kamu juga harus kooperatif avi. Benar-benar disiplin belajar rajin dan tekun, karena masuk bimbel intensif itu mahal, selain itu masuk kedokteran pun juga butuh biaya banyak alias mahal, sehingga kontribusi dan usaha mu akan sepadan dengan hasilnya, ingat bahwa yang sugih, yang pintar, yang hebat, yang punya koneksi itu banyak vi dan juga ibu berharap sekali kamu masuk perguruan tinggi negeri. Seandainya masuk Swasta pun hanya tertentu seperti UMM”. (dalam bahasa jawa).
Saat ibu berkata demikian aku pun terhentak dan terdiam sejenak, memikirkan bahwa aku pun harus berjuang dengan tekanan yang bagaimanapun aku harus tetap maju dan bisa untuk benar-benar mengupayakan itu. Saat itu fikiran anak SMA yang masih lugu, polos, idealis, ambisius, seperti inilah pertama kalinya bagiku untuk bersikap bijak, dewasa dan bertanggung jawab karena sebentar lagi akan masuk perguruan tinggi dan kuliah yang pada akhirnya menjadi langkah awal ku untuk bisa menentukan jalan hidup ku sendiri yang mana orang tua ku tentu hanya mengarahkan kearah kebaikan. Ibu juga bercerita ada sisi positif dan negatif nya menjadi anak FK, dengan ibu bercerita seperti ini diharapkan pola pikir ku benar-benar harus berubah dan berpikiran terbuka. Sisi positif menjadi anak FK tentu menjadi kebanggaan dan prestigious, menjadi tertantang dengan ilmu serta bersaing dengan teman-teman dengan begitu akan timbul sebuah ambisi dan tujuan yang harus dicapai yang mana bisa membuat mu berkompetisi. Anak FK cenderung memiliki empati yang tinggi, ketertarikan pada ilmu pengetahuan dan kesehatan, memiliki ketahanan emosional dan mental, kesabaran dan keuletan, kemampuan dalam menyelesaikan masalah, keinginan untuk selalu belajar, kemampuan bekerja baik secara individu maupun dalam tim serta bertanggung jawab dan integritas. Sisi negatif menjadi anak FK, waktu belajar yang panjang, kurang istirahat itu pasti yang mana jam tidurmu akan berkurang, dituntut untuk aktif dalam keilmuan sehingga quality time mu dengan keluarga dan untuk dirimu sendiri pasti berkurang, biaya pendidikan yang mahal, tuntutan prestasi yang tinggi.
Selain itu ibu juga bilang, apakah sudah siap dengan plan A, B ,C apabila nanti ternyata hasil akhirnya tidak sesuai yang diharapkan agar aku pun tidak kecewa. Aku terdiam dan berfikir, bahwa yang dikatakan ibu itu benar. Aku tidak punya pilihan dan keinginan lain selain FK. Ibu juga berpesan bahwa hidup ini terkadang tidak mudah dan kadang tidak sesuai keinginan dan impian sehingga perlu rencana agar aku bisa menata diri dan hidup. Ibu berpendapat setidaknya second opinion ini bisa membantu. Aku bertanya, apa itu bu ?. Mengikuti SNMPTN Tulis dengan jalur IPC. Jadi saat itu ada ujian untuk SNMPTN Tulis (IPA, IPS, IPC) yang mana gabungan dari IPA dan IPS jadi aku diminta mengerjakan dua bagian soal, yaitu IPA dan IPS. Sebenarnya apa yang ibu bicarakan ini pun hal yang sama juga dibahas oleh tutor ku saat melakukan sesi konseling di Bimbel. Saat itu tutor juga bilang bahwa aku pun harus punya second opinion jika memang aku andaikata pilihan terburuknya adalah tidak diterima di FK maka harus memilih untuk masuk program studi IPS (bisa jadi ekonomi, sosial, ataupun hukum). Hal yang belum terpikirkan selama ini bagiku, dan tidak terpikir sejauh itu pada ku. Tetapi pada akhirnya ibu mengatakan hal yang sama dengan tutor.