Mahasiswa Abadi: OSPEK

Muhaimin
Chapter #8

Terbukanya Gerbang Kesadaran

Senin, 13 Agustus 2007, tepat pukul enam pagi. Seluruh mahasiswa baru kampus barat dan kampus selatan telah berada di area fakultas masing-masing. Pagi ini, mereka semua berbaris di lapangan fakultas masing-masing. Para dekan di masing-masing fakultas membuka penerimaan mahasiswa baru jilid II dengan pertama-tama mensosialisasikan aturan mengenai orientasi studi dan pengenalan kampus (OSPEK). Dalam sesi pertama dalam sambutan, sesuai dengan perintah rektor, para dekan membacakan aturan yang harus ditaati panitia penerimaan mahasiswa baru serta aturan yang harus dipatuhi oleh peserta penerimaan mahasiswa baru.

“Istirahat ditempaaaat, grak!” Komando ketua penerimaan mahasiswa baru, kanda Farid, kepada panitia penerimaan mahasiswa baru dan seluruh mahasiswa baru yang berbaris di lapangan menghadap ke panggung. Mereka akan mendengarkan kalimat sambutan dari pak dekan.

“Kepada seluruh panitia penerimaan mahasiswa baru, saya percaya bahwa kalian semua telah memahami dasar hukum yang mengatur pelaksanaan orientasi studi dan pengenalan kampus. Diharapkan agar mulai saat ini praktek-praktek berupa tekanan verbal dan/atau fisik kepada mahasiswa baru tidak lagi dilakukan. Kita semua harus move-on dari kebiasaan lama. Tidak semua yang menjadi tradisi itu pantas kita pertahankan. Jika itu keluar dari norma, maka akan jauh lebih bagus jika kita hilangkan. Kalian para panitia jangan lagi terpaku pada kebiasaan lama.”

“Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya ingin menyampaikan bahwa berdasarkan instruksi dari rektor, perlu diangkat dewan pembina penerimaan mahasiswa baru dari kalangan dosen. Berdasarkan hasil keputusan, saya mandatkan kepada prof. Sam untuk bertindak sebagai ketua dewan pembina. Oleh karena itu, masa orientasi studi dan pengenalan kampus (OSPEK) yang kini telah berganti nama menjadi penerimaan mahasiswa baru atau disingkat ‘PMB’ saya nyatakan resmi dibuka.”

Riuh tepuk tangan mahasiswa baru terdengar seolah balas-berbalas dari dua fakultas di kampus selatan - Fakultas Bahasa dan Sastra dan Fakultas Olahraga. Di fakultas sebelah diwaktu yang hanpir bersamaan, prof. Andi juga sedang menyampaikan pidato pembukaan penerimaan mahasiswa baru. Gema suaranya yang keluar dari pengeras suara dapat terdengar hingga ke Fakultas Bahasa dan Sastra. Permintaan beliau untuk melaksanakan prosesi penerimaan mahasiswa baru di area Fakultas Olahraga dikabulkan rektor. Ia memandang bahwa prosesi pengenalan kampus seharusnya dilakukan diarea fakultas - bukannya diluar fakultas. Namun tak ada yang bisa ia lakukan saat itu selain mengalah demi kebaikan bersama.

Menindak-lanjuti tuntutan mahasiswa saat demonstrasi hari sebelumnya, pak Rektor memutuskan untuk memindah-tugaskan tujuh puluh persen personel keamanan kampus pusat ke area kampus selatan untuk menjaga kondusifitas pelaksanaan penerimaan mahasiswa baru tahun ini.

Bagi mahasiswa senior dan pemangku jabatan struktural dari dua fakultas pada lingkup kampus selatan, prosesi penerimaan mahasiswa baru tahun ini benar-benar terasa seperti angin segar yang membawa kedamaian. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya yang bahkan untuk memarkir kendaraan saja harus pilih-pilih lokasi yang aman. Salah perkiraan bisa menyebabkan kendaraan harus berhari-hari menginap di bengkel. 

“...Untuk prosesi selanjutnya, saya menyerahkan sepenuhnya kepada panitia pelaksana penerimaan mahasiswa baru untuk mengakomodasi adik-adik mahasiswa baru terkait agenda-agenda akademik di kampus kita. Namun sebelumnya, sekali lagi perlu saya tegaskan bahwa seluruh kegiatan dan perlakuaan inkonstitusional yang keluar dari acuan hukum memiliki konsekuensi pidana. Beberapa perilaku inkonstitusional yang dimaksud meliputi perilaku agresif berupa kontak dan/atau kekerasan fisik, verbal, dan non-verbal baik yang dilakukan secara langsung maupun secara tidak langsung. Saya percaya seluruh mahasiswa yang tergabung dalam kepanitiaan telah memahami secara terperinci poin-poin yang saya maksudkan. Selanjutnya, gedung yang akan kita gunakan selama prosesi penerimaan mahasiswa baru adalah gedung DA - gedung yang berada pada sisi paling barat. Untuk sementara, tidak boleh ada aktivitas di gedung HD; selain untuk menghindari potensi konflik juga karena gedung tersebut sedang dalam tahap perbaikan.”

“Akhir kata, saya sebagai ketua dewan pembina penerimaan mahasiswa baru mengucapkan selamat memasuki fase kedewasaan kepada seluruh mahasiswa baru angkatan 2007. Fase ini sangat krusial dalam hidup kalian karena di fase ini kalian akan menapaki jalan yang penuh kebingungan dan dilema. Masalah-masalah yang dahulu kalian gantungkan pada orang tua sebentar lagi akan kalian bebankan di pundak kalian sendiri. Fase ini akan menjadi gerbang kematangan berpikir, kematangan bertutur, dan kematangan bertindak bagi kalian semua para mahasiswa baru.” Tutup prof. Sam, ketua dewan pembina, dalam akhir kalimat sambutannya.

“Adik-adik mahasiswa baru sekalian. Setelah melewati lobi-lobi yang alot, akhirnya kita semua dapat kembali bersua disini - di fakultas yang akan membesarkan dan akan menjadi rumah bagi kita semua untuk beberapa tahun kedepan. Adalah kewajiban kita semua untuk mengucap syukur sebanyak-banyaknya kepada pencipta dan penguasa semesta alam raya yang telah menakdirkan kita semua untuk kembali melanjutkan prosesi penerimaan mahasiswa baru yang telah resmi dibuka ini. Adapun agenda kita selanjutnya adalah mengikuti pembekalan umum mahasiswa baru di aula fakultas yang akan dibawakan oleh kanda Astrid berpartner dengan kanda Ical.”

Ratusan mahasiswa baru yang sebelumnya berada di lapangan kini bergerak dalam barisan menuju aula. Dengan modal jaminan keamanan yang mereka dengar dari dosen, didukung dengan bukti visual yang mereka lihat sendiri, semuanya kini nampak sangat siap menerima materi.

“Bagaimana prosesi penerimaan mahasiswa baru disana, prof?”

“Kami baru saja selesai pembukaan. Berkat kebijakan dari bapak, sekarang para mahasiswa baru telah berada di aula untuk menerima pembekalan umum. Sudah di-handle oleh panitia.”

“Oooh, syukurlah.”

“Maaf, pak Rektor sedang di rektorat?”

“Iya, kebetulan saya baru saja masuk ruangan. Ada apa, prof. Kis?”

“Kalau bapak ada waktu pagi ini, saya berencana berkunjung kesana. Ada yang ingin saya bicarakan dengan bapak. Bisa, pak?”

“Kesini saja, prof. Kis. Saya tunggu.”

“Baik, prof.” Prof. Kis menutup telepon.

Panitia penerimaan mahasiswa baru, selain dari kanda Astrid dan kanda Ical yang sedang membawakan materi, duduk berbaris didepan mahasiswa baru pada salah satu sudut aula fakultas. Sesekali mereka terlihat melempar pandang kearah kanda Astrid dan kanda Ical lalu melontar pandang kearah mahasiswa baru yang masih terlihat lugu dan sangat polos. Tidak satupun dari mereka yang menyangka momen kebersamaan tersebut masih akan terjadi setelah pak Rektor mengumumkan pengalihan penerimaan mahasiswa baru ke pesantren beberapa hari yang lalu. Kanda Wahyu dan kanda Ical adalah dua sosok yang paling bersyukur karena tindak-tanduk mereka nyaris terendus oleh teman-teman panitia yang lain.

“Selamat datang, prof. Kis. Silahkan duduk.” Sambut pak Rektor di ruangannya yang megah.

“Terima kasih, prof.”

“Minum teh atau kopi, prof?”

“Kopi saja, prof.”

Pak Rektor mengetuk dua kali jendela yang terpasang mati pada salah satu sisi tembok ruangannya.

“Kopi hitam dua.” Gerak bibir disertai simbol jari pak Rektor kepada staffnya yang berada dalam ruangan dibalik jendela yang diketuknya tadi.

Lihat selengkapnya