Mahasiswa Abadi: OSPEK

Muhaimin
Chapter #14

Epilognya Prolog

Sekali lagi, puluhan ribu kata yang tereksplisit dalam seri ini hanyalah sebuah prolog - hanya sekadar kulit luar yang membungkus inti cerita tentang Deka dengan filosofi ‘Mahasiswa Abadi’-nya.

Dalam dunia kampus, ‘OSPEK’ adalah prolog dari akumulasi perjalanan seorang mahasiswa dalam mengarungi samudera ilmu dan pengetahuan. Tergambar pada sampul prolog ini! Matahari terbenam! Ya! Deka adalah matahari terbenam itu. Saat ini ia harus membenamkan dirinya dan bergerilya untuk menerangi belahan bumi yang lain. Bagian bumi yang saat ini gelap ia tinggalkan akan ia terangi esoknya - setelah ia belajar. Demikian seterusnya!

Novel ini bahkan belum ditulis - kecuali prolognya saja. Satu lagi, novel ini tanpa epilog. Tidak ada epilog dalam perjalanan hidup seorang mahasiswa sejati - ‘Mahasiswa Abadi’. Belajar adalah bernafas. Berhenti belajar adalah berhenti bernafas. Berhentilah belajar ketika nanti kalian berhenti bernafas.

Prolog yang ditulis dalam empat belas bab ini secara kebetulan sesuai dengan jumlah tahun yang telah Deka habiskan dibangku kuliah - dari strata satu hingga strata tiga. Jumlah huruf yang membentuk frasa ‘Mahasiswa Abadi’ - yang berjumlah empat belas huruf - adalah kebetulan lain yang menyertai prolog ini. Tidak perlu menghitung jumlah huruf ‘Mahasiswa Abadi’. Percaya saja, totalnya empat belas huruf. Jika Anda masih juga menghitungnya, berarti Anda seorang cerdas dan jenius. Jangan tersenyum membaca kalimat itu!!! Itu sama sekali bukan hal yang patut dibanggakan. Ketahuilah, sebelum penulisan prolog ini dinyatakan selesai, penulis sudah tahu bahwa pembaca prolog ini pasti bukan orang sembarangan. Karakter Anda telah tertebak bahkan sebelum Anda mulai membaca prolog ini.

Tidak mudah menarasikan cerita yang tertawan parameter total tahun dan total huruf. Tapi ‘sepanjang seseorang tidak berpikir mustahil, maka hal itu mustahil untuk menjadi mustahil’. Hal ini juga mengandung pesan bahwa banyak, atau mungkin semua, kebetulan di dunia ini bisa dijelaskan.

Saat Anda tiba pada baris ini, ketahuilah bahwa ditempat yang lain Deka sedang berusaha melunasi utang-utang membacanya. Akhir-akhir ini ia benar-benar sedang sibuk membaca. Jika tidak, sudah pasti ia akan tampil dihadapan publik dan menghaturkan banyak terima kasih karena pandemi Covid-19 yang sedang ‘gentayangan’ ini telah berhasil membuat filosofi ‘Mahasiswa Abadi’-nya terekspos dan mewabah. Hal yang jauh lebih penting, pandemi ini telah membuat banyak sosok potensial seperti Anda terprovokasi untuk banyak membaca. Deka sudah menunjukkan sedikit kemajuan. Ia sudah bisa mengambil hikmah dibalik pandemi yang melanda dunia. Untuk pembaca sekalian, berjanjilah untuk tidak berhenti sampai disini. Bacalah semua yang bisa dibaca. Semuanya!!!

Deka akan melanjutkan kisahnya di strata satu yang ia selesaikan selama lima tahun - tergolong lama untuk aktor social science. Tapi belum sekarang!!! Berikan Deka sedikit waktu untuk melunasi utang-utang membacanya sebelum ia mulai menulis kisahnya di strata satu, dua, dan tiga. Saat ini ia masih sedang sibuk membaca. Tapi ia berjanji akan kembali setelah ia puas dengan kuantitas dan kualitas membacanya. Berapa lama? Entahlah! Intinya ini tidak akan lama. Seberapa ‘tidak lama’-kah ‘tidak lama’ itu? Banyak-banyaklah membaca agar pikiran kalian tidak tertawan dalam penungguan.

Sama seperti Anda, membaca telah menjadi bagian dari keseharian Deka juga. Ketika sosok ‘Deka’ harus dideskripsikan, ‘rajin membaca’ adalah sifat yang paling Deka dambakan. Tapi Deka tidak akan memamerkan itu. Biarlah kualitas isi kepala saja yang berbicara. Kira-kira akan demikian respon Deka jika ia dimintai pendapat tentang dirinya sendiri yang sudah mulai rajin membaca.

Filosofi ‘Mahasiswa Abadi’ telah mengubah Deka kembali menjadi manusia. Ia sedang dan akan terus memanusiakan dirinya sendiri melalui bacaan dan membaca.

Lihat selengkapnya