-Ketika wanita jatuh cinta,
dia akan menilai si pria
-Ketika Pria jatuh cinta,
dia akan menilai diri sendiri
Hamas tak kunjung memberitahu Leila akan perasaannya yang sesungguhnya. Ia terus sibuk memantaskan diri untuk wanita yang akan menjadi harapannya kelak menjalin rumah tangga. Memang bukan perkara mudah untuk membuat pengakuan pada gadis yang sangat cantik itu bahwa ia mencintainya. Ia bahkan belum memulai tahap berteman dengannya. Tapi jika ia tak mengatakannya maka seumur hidup Leila tak akan mengetahuinya. Dan bisa-bisa ia akan diambil orang lain. Dirinya semakin jauh terperosok pada rasa cinta yang tak tertahankan.
Hingga tibalah saat perpisahan yang tak bisa dikatakan perpisahan, sebab tak pernah ada yang bisa dikatakan "pertemuan". Leila sama sekali tak kenal pada Hamas sampai habis masa es-em-a.
Acara perpisahan es-em-a akan diadakan di Gedung Go Skate. Hampir semua siswa datang. Tapi Hamas tak bisa. Ia harus berangkat pagi-pagi untuk ikut tes masuk sekolah penerbang di Jemur Handayani. Gedung Go Skate yang tinggi itu nampak dari kamar tidurnya yang bekas gudang itu. Dari balik jeruji kamar yang terbuka dari udara luar ia ucapkan selamat tinggal kepada teman-temannya. Dilihatnya sinar lampu sorot yang berwarna-warni menerobos keluar dari acara yang tampaknya sangat meriah dengan panggung pertunjukan teman-temannya itu. Nampaknya diadakan suatu pentas musik dalam acara yang meriah itu. Bahkan kata teman-teman, adik-adik kelas pun akan hadir mengucapkan perpisahan kepada kakak-kakak kelasnya. Entah Leila datang atau tidak. Apabila ia tak datang lalu apa artinya semua keramaian itu?, pikirnya. Hamas menutup jeruji kamarnya dengan gorden. Sayup-sayup masih terdengar alunan lagu yang membuai karena syahdunya suara gadis yang membawakan. Hamas pun tertidur.
____
Hamas memutuskan untuk menunggu. Menguatkan diri, sabar. Ini belum waktunya, sekarang belum saatnya. Ia memutuskan ingin jadi layang-layang, meraih cita-cita namun tetap terikat dengan benang yang dipegang oleh seseorang yang dicintainya, yakni Leila.
Berbekal Sholawat Nariyah yang diajarkan ibunya, ia baca sejak berangkat dari rumah hingga usai tes di Kantor Departemen Perhubungan itu.
Pewawancara dari Perhubungan itu bertanya, "Apa alasanmu mau jadi Penerbang?'
Hamas menjawab dengan tegas, "Saya mau bantu orangtua, Pak!" "Supaya hidup lebih baik". Tentu saja ia tak menyebutkan bahwa ia tengah mencintai seseorang sebagai motivasi juga, namun ia merasa diri belum punya modal untuk mengajaknya menjadi pasangan.
Beberapa bulan kemudian seluruh proses tes telah usai dan kini Hamas siap menjalani pendidikan pilot di sekolah milik pemerintah itu.
____
Lagu Frankie Sahilatua yang bertajuk "Pada Bukit Pedesaan" yang dirilis tahun1987 mengalun dalam angkot yang membawa Hamas ke sekolah barunya di daerah Tangerang. Melewati persawahan yang hijau, kini ia lepas dari penat Ibukota dan hiruk-pikuk lalu lintas dan pabrik-pabrik yang ia lewati tadi. Desa Curug ini hijau dan menenangkan hati.
Pagi
Hening pagi margasatwa pun bernyanyi
Kulepas rindu hati pada bukit dan petani
Matahari pun terluka
Bukit
Lama sudah kita tak pernah jumpa
Hari-hariku tenggelam di sela-sela bis kota
Jiwaku beku gelisah
____
Hamas turun dari angkot. Di gerbang sekolah itu berdiri monumen pesawat latih kecil berwarna putih dibagian atas dan merah yang memudar dibagian bawah. Dengan hidung yang nampak catnya lebih awet daripada badannya. Hamas segera melangkah masuk dibawah gerbang bertuliskan "Cewama Eka Tayai" itu. Kesedihannya memikirkan Leila sedikit terhibur dengan suasana kampus yang asri. Pepohonan di sepanjang jalan, burung-burung beterbangan kesana kemari, dan anak-anak burung bernyanyi-nyanyi. Di depan barak telah menunggu para pembina dan beberapa orang taruna berseragam biru muda dan met warna biru tua dengan lambang burung garuda di puncaknya.
Hamas segera bergabung bersama para calon siswa penerbang yang segera diperintahkan berbaris rapi sambil memanggul tas masing-masing. Setelah briefing oleh Kepala Balai, anak-anak yang baru lulus es-m-a itu diperintah jalan jongkok menuju asrama sambil bernyanyi.
____
Hampir satu tahun sudah ia dan teman-temannya seangkatan sejak masuk pendidikan tak kunjung latihan terbang. Hanya disuruh corvee dan corvee. Memotong rumput di lapangan, membersihkan kelas, mendorong-dorong pesawat untuk di-refuel dan lebih banyak pekerjaan lain yang tak ada hubungannya dengan terbang. Ia tak mengeluh. Tak ada gunanya mengeluh itu. Waktu itu ia hanya bisa berkirim surat kepada Ibunya di kampung halaman bahwa semua baik-baik saja, dan segera akan latihan terbang, padahal pesawat tak banyak, masih menunggu antrian untuk yang lebih senior.
Ia juga selalu rindu pada Leila namun tak tahu harus berkirim surat kemana. Kalaupun ada alamat, ia tak tahu harus bagaimana? Memperkenalkan diri bahwa ia teman es-m-a yang selama tiga tahun tak pernah menyapa? Hanya sekali waktu di lin E berjumpa, dan itupun tak menyebut nama. Seandainya ia bilang nama pun dalam suratnya, tak tahulah Leila yang mana orangnya.
Disebut apa keadaan seperti ini?, pikirnya. Ia punya teman di es-em-a tapi tak dekat. Ia pikir itu biasa. Ia terlalu fokus belajar kala itu. Terlalu memikirkan masa depan dan cita-cita. Orang bilang, Carpe Diem, Genggamlah Hari ini, ia tafsirkan buatlah yang terbaik hari ini, setiap hari. Bukan nikmatilah hari ini. Ia tidak menikmati masa remaja yang kata orang masa hura-hura itu. Masa senang-senangnya. Tapi semua sudah terlambat, kini ia disini dan harus menggenggam hari ini untuk jadi penerbang tapi tak berdaya karena tak kunjung diberi latihan.
Di sekolah ini, ia berkawan baik dengan seseorang bernama Anshari. Ia se-daerah dengannya namun agak lebih pinggiran, di daerah Gresik. Perawakan Anshari hampir sama dengannya. Kurusnya, tingginya, dan perilakunya tak jauh beda dengan Hamas. Dikatakan dalam sebuah buku agama bahwa ruh-ruh itu akan berkumpul dengan sesama ruh yang sejenis. Ruh yang baik akan berteman dengan ruh yang baik. Sedangkan ruh yang buruk akan berteman dengan ruh yang buruk. Kedua jenis itu tak akan bercampur.
Anshari selalu sholat lima waktu. Dan bila berkata hanya yang baik-baik. Ia orang yang lurus. Tak takut mengatakan yang benar, kepada senior, atau instruktur sekalipun. Anshari jugalah yang mengawali ajakan ke masjid untuk sholat berjamaah, sehingga menjadi kebiasaan baik dua sahabat ini, Anshari dan Hamas jalan bersama-sama ke masjid di subuh buta sebelum teman-teman yang lain bangun untuk lari pagi bersama.
Seringkali dalam kajian subuh yang singkat, atau biasa disebut kuliah tujuh menit atau kultum, Hamas mendapatkan pelajaran-pelajaran atau hikmah agama. diantaranya yang berkesan, Ustadz yang mengisi kultum itu mengatakan:
"Perhatikanlah hujan itu. Bagaimanakah terjadinya? Ia datang dari laut, lalu naik ke langit. Bergabung bersama-sama kumpulan awan yang lain, sehingga ia makin berat dan bertambah berat, hingga satu titik awan tak mampu menahannya, dan melepasnya ke bumi, sehingga turunlah hujan. Begitu juga manusia ketika ia menanggung beban berat seperti rindu dalam hidupnya, ia akan mulai menangis. Tapi bukan berarti ia tak sabar. Ia tahu bahwa air itu dirindukan tumbuhan, hewan, dan manusia untuk membasahi bumi, menghilangkan dahaga orang lain.Seperti itulah hujan memberi contoh tentang ikhlas."
Dalam benak Hamas, bayangan Leila bertanya pada dirinya,
"Ikhlaskah engkau mencintaiku?"
"Tentu," jawab Hamas
"Maka bersabarlah," pinta Leila.