"SELINGKUH ITU HALAL"

Agus Harun Nurdany
Chapter #8

Menjadi guru Leila

Hamas mendatangi alamat rumah Leila di Jakarta Selatan. Ia naik bus metromini dari Pasar Rebo. Memakai baju putih lengan panjang dan celana kain biru muda. Rambut disisir rapi. Ia juga memakai parfum yang wangi. Diapitnya sebuah textbook pelajaran kursus bahasa inggris. dan di tangan kanannya membawakan beberapa buah segar yang akan ia berikan buat Leila. Senyum mengembang di bibirnya. Sebentar lagi akan bertemu dengan Leila. Wajahnya berseri-seri. Seakan-akan mendapati halaman terbaik dalam hidupnya yang pernah ditulis Ilahi. Bila orang lewat dapat mendengar detak jantungnya yang bersemangat. Hawa panas ibukota tak membuatnya gerah. Buatnya hari ini panas ibukota justru sangat menyegarkan.

Setelah turun di rumah sakit Fatmawati. Ia harus melanjutkan perjalanan dengan angkutan umum lain. Hatinya senang dan penuh harapan. Seekor burung pipit hinggap pada tanaman bougenville dekat halte tempatnya berdiri. Ia dengar dari burung itu bahwa gadis itu menunggunya pula dirumahnya dengan perasaan cemas. Bisa saja karena Leila lupa siapa dirinya, atau bahkan tak kenal sama sekali. Hal itu tentu membuat rasa penasaran dan cemas.

Hamas menjadi ragu ketika ia sudah sampai di dekat alamat yang ditujunya. Bagaimana jika wajahnya tidak kelihatan segar lagi akibat berteman dengan debu metromini? Atau rambutnya yang tadi sudah pakai shampo kini bau matahari? Bagaimana jika badannya yang kurus tak terlihat menarik hati? Bagaimana jika Leila tak mengenalinya sama sekali atau lupa? Ia bukan siapa-siapa di es-em-a. Bahkan pikiran yang terlalu dipikirkan seperti bagaimana jika baju yang ia pakai terlalu santai untuk memberi les, karena ia selalu mengajar di tempat kursus dengan baju formal? Segera ia buang jauh-jauh pikiran-pikiran negatif itu. Ia disini untuk mengajar Leila. Bagaimanapun ia sudah berpengalaman dalam mengajar selama 3 tahun. Murid-muridnya dari mulai anak-anak sampai orang kerja, pernah diajarnya. Ia bisa bergaul dengan orang dari berbagai usia. Tapi ini Leila...Ah, ia putuskan tak ingin berpikir terlalu rumit dan berbuat bodoh dengan menyia-nyiakan kesempatan emas ini sebagaimana ia menyia-nyiakan kesempatan sewaktu di lin dulu bersama Leila.

_____

Rumah bertingkat itu besar dan asri. Warna muka rumahnya biru muda. Ia suka warna itu, biru adalah warna favoritnya. Pepohonan di kanan dan kiri. Dua ekor angsa putih yang gemuk tengah asyik masyuk berdua di kolam dekat pagar sebuah lapangan rumput. Dua angsa itu mengibas-ibaskan ekornya, bergembira di bawah bayangan pohon. Hamas melangkah ke rumah tak berpagar itu, Berdiri sejenak di teras lalu mengucapkan salam.

"Assalamualaikum..."

Seseorang menjawab dari dalam rumah.

"Waalaikumsalam.."

Seorang Ibu membukakan pintu.

"Leila ada,Bu?"

"Oo..ya, temennya Leila ya? Ada. Silakan masuk.."

Hamas melangkah melewati pintu. dan duduk di ruang tamu. Leila tak segera keluar. Hal ini membuat hati Hamas kian berdegup kencang.

Lalu datanglah seorang bidadari dari dalam rumah. Ia sangat cantik sekali. Lebih cantik dari waktu ia masih berusia remaja. Makin dewasa ia makin terlihat bak bintang kejora. Mata yang cemerlang itu membuat bunga-bunga jadi layu. Wajah putih bersihnya membuat semua angsa di dunia kembali ke kandang karena tak bisa lagi disebut angsa putih. Pipinya tak semontok dahulu. Ia nampak lebih langsing bak biola spanyol yang sempurna sekarang. Dan dari rambut Leila yang wangi, harum semerbak mengalahkan segala macam wewangian yang pernah Hamas kenal selama hidupnya. dan rambutnya yang lebih panjang dari yang ia lihat sejak Leila remaja lagi-lagi mengeluarkan cahaya pelangi di sore hari yang gerimis ini.

"Hi.." suara Leila bak seruling dari surga. Hamas terkesima, lalu cepat-cepat menundukkan pandangannya.

"Hi.." balas Hamas. "Maaf.."

Leila tertawa. Dan tawanya itu membuat seluruh serangga di taman akan berdatangan.

"Ha,,ha..ha.. kenapa minta maaf?" tanya Leila.

"Maafkan bila aku melihatmu seperti tadi"

"Seperti apa?' goda Leila kembali tersenyum.

"Ah..seperti orang bodoh"

"Ha..ha..ha", ia tertawa lagi sambil menutup bibirnya dengan tangannya yang putih.

Hamas diam sejenak, mengambil nafas, lalu melanjutkan.

"So are we going to have an English lesson today or just talk?", ia berhasil mengucapkannya dengan lancar dan menutupi kegugupannya.

"Just talk first", jawabnya.

"What do you want to talk about?

"I dont know..may be an introduction?"

"That... is exactly what the first lesson is about"

"Ha..ha..ha..." Leila tertawa renyah.

Hamas bagaikan dibawa terbang ke langit mendengar suara tawa itu.

"Hello my name is Hamas"

"..And I am Leila"

"It's nice to meet you... again" Hamas menyeringai. Tapi kalimat itu keluar dari lubuk hatinya yang terdalam.

Leila tersenyum, " It's nice to meet you, too".

Dan conversation mereka berlanjut.

"Kemana saja selama ini?" tanya Hamas dalam bahasa Inggris "...after High school?"

Lihat selengkapnya