"SELINGKUH ITU HALAL"

Agus Harun Nurdany
Chapter #15

Selingkuh

Sesungguhnya cinta yang benar itu mensucikan akal. Memberikan semangat yang tak pernah pudar, mengenyahkan kekhawatiran, memelihara akhlak yang mulia. Tapi cinta juga merupakan ujian bagi orang-orang shalih dan cobaan bagi para ahli ibadah. Cinta merupakan timbangan akal dan rasa. Cinta merupakan ciptaan yang mulia. Cinta itu sendiri adalah akhlak yang mulia.

Ruh orang-orang yang dimabuk cinta adalah titik- titik embun yang lembut. Tubuh mereka ringan dan lemas. Dua ruh yang berpasangan, salah satu ruh itu menjadi lamban untuk diarahkan. Ia baru bisa tenang jika sudah bersanding dan mengikatkan tali cinta. Ucapan kekasih tertanam di pikiran, menggerakkan jiwa, mengguncang ruh itu. Tidak sedikit para cerdik pandai yang membicarakan keadaan orang-orang yang jatuh cinta itu.

Sebagian orang berkata, "Cinta bagi ruh sama dengan kedudukan makanan bagi badan. Jika engkau meninggalkannya, tentu akan membahayakan dirimu, dan jika engkau terlalu banyak menyantapnya, tentu ia akan membinasakanmu."

Kisah tentang orang-orang yang dimabuk cinta selalu menghiasi pertemuan dan menjadi bahan perbincangan orang-orang terpandang. Ada seorang Arab dusun yang namanya sama sekali tidak pernah masuk dalam jajaran orang-orang terkenal dari kalangan raja dan pahlawan yang patriotik. Lalu setelah dia dimabuk cinta dan menjadi terkenal karena cintanya itu, maka namanya disebut-sebut di berbagai pertemuan raja dan pejabat. Kisahnya diabadikan, untaian syair-syairnya dilantunkan, dan akhirnya dia menjadi terkenal karena cintanya itu. Andaikata tanpa cinta, tentu namanya tidak akan menjadi tenar.

Hamas mendapatkan cerita tentang ketenaran Layla Majnun dari buku yang matanya tiba-tiba tertuju padanya ketika datang ke Jogja. Dia sangat mencintai buku-buku. Terhadap tumpukan buku ia jika menemukan yang buku yang bagus seperti menemukan harta karun.

_____

Di Jogja itu ia memulai suatu chat dengan Leila (namanya sama dengan nama kekasih Qais itu dalam buku novel Layla Majnum yang dibelinya). Ia men-teks Leila melalui DM Instagram.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam. Hi, apa kabar?" tanya Leila nun jauh disana, di Taipei.

"Alhamdulillah" tulis Hamas.

"Kenapa meng-unfriend aku di FB?"

"Gak kenapa-kenapa"

"Aku udah bilang suamiku loh kalau ada teman sekolahku yang meng-unfriend aku. Dan dia tahunya aku dan kamu sudah gak berteman lagi"

"Itu bagus"

"Kamu tinggal dimana sekarang?"

"Di Bogor. Tapi ini sekarang lagi di Jogja"

"Ow, lagi terbang atau lagi liburan?"

"Terbang sambil liburan" jawab Hamas diikuti emot tertawa.

"Oww, that's great. Trus ini dimana? Malioboro?"

"Ya dekat Malioboro. Di alun-alun."

"Trus, trus..?"

Hamas kurang menyukai kata-kata itu. Kata seperti itu seakan mendesak untuk terus mengisi kekosongan. Padahal hatinya tak pernah kosong. Menurutnya kesunyian itu baik. Dalam kesunyian ia bisa memancarkan cahaya hati pada seseorang yang ingin disinarinya.

"Aku minta maaf" tulis Hamas.

"Maaf buat apa?"

"Maaf sudah un-friend kamu"

"Iya itu nyebelin tau. Siapa yang request friend emank?" jawabnya panjang. "Udah di accept malah aku di-unfriend"

"Hehe..aku kan udah minta maaf"

"Trus itu FB kemana sekarang?"

"Di-banned"

"Dibanned kenapa?"

"Gak sesuai Facebook policy katanya"

"Emank habis posting apa?"

"Posting video polisi diduga mukulin anak kecil"

"Hah? Dimana? Kenapa?"

"Di Jakarta. Itu ada di medsos lagi ramai"

"Oow.. trus?"

"Bentar ya, aku pindah tempat. Sebelahku ada orang ngrokok.." ujar Hamas, ia memang tidak suka bau asap rokok. Ia lalu berpindah tempat di salah satu lesehan di pinggir alun-alun keraton.

Kemudian hening beberapa waktu. Sebenarnya Hamas merasa tertantang, situasi ini melecehkan dirinya. Ia bukan lagi orang yang sama seperti dulu yang bila berbicara dengan wanita lalu membeku. Ia sama sekali berbeda. Ia seorang yang ahli berkomunikasi sekarang walaupun kini hanya lewat sebuah chat. Ia sudah melahap banyak buku komunikasi dan mempraktekkannya. Sebut saja, "How to Win Friends and Influence People" yang ditulis Dale Carnegie, "Crucial Conversations: Tools For talking When Stakes Are High" yang berbahasa Inggris, hingga "19 Menit Menaklukkan Orang-Orang Di Sekitar Anda" yang ditulis oleh orang Indonesia yang mungkin tak begitu dikenal namanya.

Oleh karena Leila suka terus-terusan mengatakan "trus?", Hamas berkesimpulan ia suka mengejar-ngejar agar orang berbicara lebih banyak padanya. Hal itu mungkin karena ia tinggal jauh dari Indonesia dan suka membicarakan hal-hal yang terkait dengan Indonesia dan yang terkait dengan kejadian-kejadian di dalam negeri sini. Ia begitu rindu pada Indonesia jika ada sebuah berita lalu ada teman bicara ia semangat bertanya seperti seorang investigator saja. Hamas pun tak ragu untuk banyak berbicara.

Hamas lalu melanjutkan,

"Aku tadi cari buku bekas di Taman Pintar, belakang Pasar Beringharjo, trus ini mau makan gudeg"

"Hahaha...siapa yang tanya?" πŸ˜‚πŸ˜¬

Mendengar kata "buku" Leila tak begitu tertarik.

"Jadi kamu udah jadi pilot sekarang?" Leila balik bertanya.

"Dari dulu aku pilot, cuma belum dapat kesempatan" tulis Hamas sabar.

"Anak berapa sekarang?"

"Tiga, kamu?"

"Alhamdulillah, tiga juga".

"Rumah masih di Jakarta selatan?"

"Aku di Taipei sekarang. Tapi rumahku masih di Jaksel dekat sama rumah ortuku dulu"

"O..ya. Aku kemarin habis ke rumah saudara juga disana. Silaturahmi"

"Trus apa hubungannya sama aku?" Nadanya judes.

Jempol Hamas berhenti mengetik. Dahi dan keningnya berkeringat dingin. Kata-kata tak sensitif itu menyakiti pikirannya. Ia tak bisa dijudesin. Semua orang menghargainya karena ia selalu menghargai semua orang. Kata-kata tak boleh menyakiti orang lain. Namun ia segera memaafkan dalam hatinya.

"Ya sekedar mengingat jalan yang pernah kulalui dulu habis dari rumah orangtuamu." tulisnya sambil tersenyum tulus.

"Oiya. Makasih ya atas kamus dan foto wisuda itu. Padahal foto itu sebenarnya kurang bagus. Makanya aku gak beli"

"Sayang tapi kalau dibiarkan di pinggir jalan. Makanya aku pungut"

"Ya udah ya. Ini masku mau pulang. C u ya"

"Ya udah, maaf dan selamat beraktifitas ya. Assalamualaikum.." Hamas mengakhiri chat.

Dipandanginya foto Leila di Instagram, Lalu sebuah telaga terbentuk di kedua matanya. Disimpannya dalam gallery foto itu. Dipandanginya terus menerus. Selagi jalan-jalan, selagi terbang, diputarnyalah sebuah surat Al-Quran dari hapenya. Didengarnya dengan earphone surat Al-Isra yang dilantunkan Syeikh Mahmood Shahat, qori favoritnya yang membawakan surat itu demikian syahdu. Kisah perjalanan Nabi Muhammad yang penuh keajaiban itu begitu menyentuh hati. Ia ingat Nabi dan ia ingat juga akan kesedihan cinta dalam hidupnya ini. Memandangi wajah Leila di layar hape, seketika hatinya melemas, dan perlahan air kembali bersumber membentuk telaga di matanya.

_____

Kembali ke buku.

Hamas menemukan dua buah buku yang tak ternilai harganya. Keduanya adalah karya sastra yang ditulis oleh penulisnya dengan sepenuh hati dan ikhlas. Mungkin juga ditulisnya dengan airmata dan darah. Karena itu kisahnya abadi.

Buku yang ditemukan Hamas itu adalah kisah "Layla Majnun", yang artinya "Gila Layla". Kisah Layla dan Majnun adalah salah satu legenda cinta paling abadi dalam sastra Timur Tengah, sebuah cerita yang berdenyut dengan gairah dan kesedihan, menghunjamkan makna cinta sejati ke dalam hati pembacanya. Baiklah kami ceritakan sedikit karena gen-Z dan gen milenial mungkin tak mengenal kisah yang masyhur ini:

Qais, adalah seorang pemuda tampan, sedangkan Layla adalah seorang gadis yang menawan. Mereka tumbuh bersama di desa yang sama. Mereka merasakan getaran cinta suci sejak masih kanak-kanak. Namun, cinta Qais pada Layla meluap bagai sungai yang tak terbendung, membuatnya kehilangan kendali akan dirinya. Ia meratap, melantunkan puisi, menyebut nama Layla tanpa henti, hingga masyarakat memanggilnya "Majnun," yang berarti "si gila.". Layla pun demikian, ia sangat mencintai Qais.

Cinta yang dalam dan membara ini tak menemukan jalan bahagia. Orang tua Layla menolak lamaran Qais, yang membuat Qais menjadi gila karena ia dipisahkan dari Layla. Orang tua Layla menikahkan Layla dengan pria lain, memaksa cinta itu terkubur dalam penderitaan. Layla hidup dalam sangkar emas, tubuhnya milik suaminya, namun hatinya hanya berdetak untuk Majnun. Sementara itu, Majnun memilih kehidupan sebagai pengembara di padang pasir, berteman dengan bintang-bintang di langit dan angin yang membawa namanya. Bahkan binatang-binatang padang pasir menjadi sahabat majnun,Tak terkecuali binatang buas. Mereka malah menjaga Majnun karena kasihan pada laki-laki yang gila karena cinta itu.

Di setiap malam yang sepi, Layla dan Majnun tetap bersatu dalam jiwa meski dunia memisahkan mereka secara jasad. Majnun menulis sajak-sajak cinta yang abadi, mengukir namanya di bebatuan gurun, mencurahkan seluruh rasa rindunya kepada alam semesta.

Akhirnya, Layla meninggal dalam kesedihan, tak pernah sepenuhnya hidup tanpa cintanya yang sejati. Mendengar kabar itu, Majnun bergegas ke makamnya. Di sana, ia rebah, melepaskan nyawanya di samping kekasihnya. Keduanya pun bersatu, bukan di dunia fana yang kejam, tetapi dalam keabadian, di mana cinta mereka hidup selamanya.

____

Buku yang kedua adalah, "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk" karya Buya Hamka.

"Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck" adalah kisah cinta yang memadukan hasrat yang bergejolak dan takdir yang getir, di mana cinta terhempas di antara gelombang adat dan kebanggaan yang angkuh. Begini kisahnya:

Zainuddin, seorang pemuda berdarah campuran Minang-Bugis, datang ke Batipuh, Sumatera Barat, dengan harapan mencari jati diri sekaligus mengenal lebih dalam akar leluhurnya. Di sana, ia bertemu dengan Hayati, seorang gadis desa yang jelita dan lembut. Dari pertemuan pertama, benih cinta tumbuh di hati Zainuddin, bagai kuncup bunga yang tak sabar merekah. Hayati pun membalas cinta itu, namun takdir mulai mempermainkan mereka.

Cinta mereka tak diakui. Bagi keluarga Hayati, darah Zainuddin yang bukan sepenuhnya Minang menjadikannya tak pantas untuk menjadi pasangan sang gadis. Adat yang teguh berdiri, memisahkan mereka dengan dinding ketidaksetujuan yang kokoh. Zainuddin, yang hatinya terluka oleh penolakan itu, mencoba bertahan dengan surat-surat yang ia kirim kepada Hayati, mengungkapkan kerinduannya yang dalam. Namun, pada akhirnya, Hayati dijodohkan dengan Aziz, seorang pria terpandang yang dianggap lebih layak.

Zainuddin, yang hancur oleh kenyataan pahit itu, berjuang keras mengatasi deritanya dengan menulis. Karyanya, yang dipenuhi puisi-puisi cinta dan kerinduan, menjadikannya seorang sastrawan ternama. Namun di balik kesuksesan itu, hatinya tetap kosong, terikat oleh bayangan Hayati yang tak pernah pudar.

Tak lama, kehidupan pernikahan Hayati dengan Aziz retak. Aziz jatuh miskin dan kehilangan kehormatan. Aziz meninggal bunuh diri. Dalam keputusasaan, Hayati yang telah melihat lukisan dirinya di kamar Zainuddin, berlayar dengan kapal Van Der Wijck meninggalkan Zainuddin yang tak mau memaafkannya. Takdir kembali memainkan peran tragisnya ketika kapal itu tenggelam di lautan. Hayati terombang-ambing di antara puing-puing kapal, hingga akhirnya maut menjemputnya.

Ketika jenazah Hayati tiba di hadapan Zainuddin, ia terhenyak oleh kesedihan yang tak tertahankan. Cinta yang selama ini membara dalam dadanya, yang tak sempat dipertemukan dengan takdir yang adil, kini hanya meninggalkan duka yang abadi. Di atas pusara Hayati, Zainuddin hanya bisa meratap, menyadari bahwa cinta mereka telah tenggelam, seperti kapal Van Der Wijck, dalam samudra takdir yang tak terhindarkan.

Hamas merasa nasibnya hampir sama seperti Qais dan Zainuddin. Barangkali dialah Qais itu di zaman modern ini. Jika dulu Qais menderita karena tak bisa bertemu Layla dan melihatnya. Maka Hamas justru lebih menderita. Ia dapat melihat foto Leila tapi justru itu menambah penderitaannya karena ia tak bisa berbuat apa-apa. Overthinking istilah zaman sekarang. Berputar-putar pada suatu masalah namun tak kunjung menemukan solusi atas permasalahan ini. Cobaan Hamas justru lebih berat. Namun ia menolak untuk menjadi gila seperti Si Majnun itu. Dan ia juga menolak untuk menjadi seperti Zainuddin atas kesalahannya yang tak mau berdamai dengan keadaan, padahal seharusnya mudah ia untuk memaafkan Hayati, oleh sebab cintanya yang mendalam. Agama mengajarkan untuk bersedih secukupnya saja. Tak boleh berlebihan apalagi sampai menjadi gila karena kesedihan.

Banyak orang menyangka bahwa skenario setan hanya menggoda manusia untuk korupsi, minum khamer, dan berzina. Padahal ada misi besar lain yang sangat disenangi oleh setan tanpa seseorang sadari.....yaitu mendatangkan kesedihan. Tidak ada sesuatu yang paling difavoritkan setan kecuali memasukkan kesedihan ke dalam hati orang beriman. Karena setan ingin melemahkan hati seseorang dengan perasaan sedih dan mematikan harapannya kepada Allah. Setan ingin menanamkan pikiran-pikiran negatif berputar-putar di dalam kepalanya. Demikianlah nasehat dari seorang ustadz yang sedang berceramah ketika Hamas mengunjungi Masjid Jogokariyan usai chat pertamanya dengan Leila.

_____

Rasulullah SAW telah bersabda bahwa "mata itu berzina, hati juga berzina. Zina mata adalah dengan melihat yang diharamkan, zina hati adalah dengan membayangkan, sementara kemaluan membenarkan atau mendustakan semua itu".

Pandangan orang seringkali negatif kepada para pilot. Disangkanya pilot-pilot itu semua tukang selingkuh dengan pramugari. Padahal tidak demikian. Banyak juga pilot-pilot yang benar-benar menjaga hati dan pergaulannya. Demikian juga para pramugari. Mereka cukup profesional dengan pekerjaannya, dan menjaga martabatnya.

"Wah, pak kapten enak ya. Terbang, tinggal di hotel sama pramugari yang cantik-cantik", ujar seorang jamaah suatu hari usai sholat Ashar di masjid.

"Waduh, kita ini terbang sudah capek pak. Sampai hotel sudah lemas langsung tidur. Boro-boro mikirin pramugari." Jawab Hamas.

"Lagipula kebanyakan pramugari juga sudah bersuami"

"Oh iya ya. Istri orang ya. Bahaya" kata si bapak tertawa.

Untuk meminimalisir pandangan negatif tersebut, Hamas tak pernah meng-upload foto kebersamaan bersama rekan-rekan kerjanya tersebut. Ia selalu menjaga adab dalam pergaulan. Demikian juga dengan rekan-rekan kerjanya yang notabene adalah anak-buahnya. Tak pernah ia melecehkan mereka dengan cipika-cipiki yang kadang dilakukan oleh rekan-rekan pria kepada rekan wanita yang akrab. Apalagi sampai tidur bersama di kamar hotel yang sepi. Naudzubillahi min dzalik.

Ada sebuah kisah dari kisah-kisah zaman dulu. Suatu ketika,...

Seseorang bernama Abdurrahman bin Abu Ammar tiba di Makkah. Dia adalah orang yang dikenal sebagai ahli ibadah, sehingga dia dijuluki pendeta karena kerajinannya dalam ibadah.

Suatu hari dia melewati rumah seorang gadis yang sedang bernyanyi. Dia pun berhenti dan mendengarkan nyanyiannya. Namun pembantu gadis itu sempat memergokinya dan justru menyuruhnya untuk masuk ke rumah gadis itu. Namun Abdurrahman menolaknya. Pembantu itu berkata,

"Kalau begitu duduklah di suatu tempat, sehingga engkau bisa mendengarkan nyanyiannya tanpa harus melihatnya,"

Maka Abdurrahman melakukan saran itu, sehingga dia semakin tertarik kepada wanita itu.

"Apakah engkau berkenan jika saya mengatur agar dia bisa bertemu denganmu?" kata pembantu sang gadis memberi saran.

Abdurrahman tampak ragu-ragu, namun akhirnya dia memberi jawaban yang mengisyaratkan persetujuannya. Setelah mereka benar-benar bertemu, maka Abdurrahman jatuh kepada wanita itu, begitu pula sebaliknya. Akhimya seluruh penduduk Makkah mengetahui cinta mereka.

Suatu hari wanita itu berkata kepadanya,

"Demi Allah, aku mencintaimu"

"Demi Allah, aku pun begitu pula," Abdurrahman menimpali

"Demi Allah, aku ingin sekali bibirku berpagutan dengan bibirmu," kata wanita itu.

"Demi Allah, aku pun juga ingin melakukannya," jawab Abdurrahman.

"Lalu mengapa engkau tidak segera melakukannya? Toh tempat ini sepi," kata sang wanita.

"Celaka engkau! Sesungguhnya aku mendengar Allah telah berfirman,

"Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa."

"Demi Allah, aku tidak ingin hubungan di antara kita di dunia ini akan berubah menjadi permusuhan pada hari kiamat."

Setelah itu Abdurrahman beranjak pergi sambil meneteskan air mata karena cintanya kepada wanita itu.

_____

Ditempuhlah suatu cara agar dirinya tidak terseret kepada pergaulan yang tidak baik diantara para kru. Cara itu adalah ia cukup memandang foto Leila. Karena dengan mengingat Leila, ia teringat akan cinta yang suci, cinta tanpa nafsu. Cinta yang tak bisa dimatikan, tak boleh juga dibunuh karena ia anugrah Tuhan. Membunuh cinta sama saja dengan melecehkan pemberian Tuhan. Demikian pendapat sebagian ulama yang ia baca dari sebuah buku agama yang menjelaskan tentang cinta.

Kami mempertanyakan kenapa Hamas menempuh jalan semacam itu, yakni memandang foto Leila, bukannya memandang foto istrinya sendiri? Ini hal yang sungguh aneh.

Kami pernah dapati ia mengutip sabda Nabi yang mulia. Ia tuliskan di dalam bukunya itu,

β€œBila engkau melihat seorang wanita, lalu ia memikat hatimu, maka segeralah datangi istrimu! Sesungguhnya, istrimu memiliki seluruh hal yang dimiliki oleh wanita yang engkau lihat itu.” (HR. At-Tirmidzi)

Mungkin ia lupa.

_____

Hamas membuka buku hariannya yang berisi hal-hal serius itu. Dan ia mulai mengisi lagi dengan tulisan-tulisan yang berhubungan dengan keadaan jiwanya..., dan cintanya:

"Aku memuaskan mataku dengan memandang wajahnya, memuaskan hatiku dengan mendengar perkataannya, aku menahan diri darinya dari apa-apa yang tidak disukai Allah, tidak membuka kecuali apa yang dihalalkan. Aku akan memenuhi panggilan cinta jika ia datang dan menentang syetan jika menyuruh berbuat dosa. Aku tidak ingin merusak cinta yang telah bersemi selama puluhan tahun.

"Apakah cinta itu?" Aku bertanya.

Sebuah suara menjawab,

"Demi Allah, ia sangat jelas untuk disembunyikan, namun tersembunyi jika mau dilihat, Cinta itu seperti api di dalam sekam. Jika dikipasi ia akan menyala dan jika dibiarkan, tetap tersembunyi dan tak tampak."

Setelah itu dia menulis puisi setelah sekian lama tak pernah ia menulis puisi itu lagi. Penanya mendapatkan nyawa. Pena tersebut perlahan-lahan berpijar dan kembali hidup setelah bertahun-tahun menjadi benda mati. Lalu ia bergetar dalam genggaman tangan Hamas,

Aku menjalin cinta dengan seorang wanita

Lalu aku menemuinya kala itu

Kami berbincang dan aku mengajarinya

Sungguh aku mengajarinya

Tak pernah aku berbuat tak senonoh

Hanya saja,

Lihat selengkapnya