"Suatu Hari" Buku Dari Seorang Sahabat

Ganang Winaryadi
Chapter #2

BUNTU

Sudah hampir delapan jam aku berada di depan leptop kesayanganku ini, ya benar sekali, aku sedang menulis. Aku mencoba untuk menulis bukuku sendiri, itulah cita-citaku semenjak aku pertama kali di berikan sebuah buku, oleh seorang sahabat yang paling aku kagumi. Delapan jam kuhabiskan di depan leptop tapi tak ada satu katapun yang tertulis, otakku serasa beku, aku tak tahu cerita apa yang akan aku tulis, lebih tepatnya cerita apa yang akan ku bagikan ke orang lain melalui bukuku sehingga buku milikku menjadi best seller nantinya. Sial kenapa otakku buntu? Apa aku tak bisa menulis? Apa aku hanya bisa membaca tulisan dan mengagumi cerita orang lain tanpa bisa membuat ceritaku sendiri? Setiap hari aku menghabiskan separuh hariku untuk membaca, ku rampungkan membaca halaman demi halaman, judul demi judul, buku demi buku dari mulai karya penulis yg tak terlalu terkenal. Sampai karya penulis tersohor yang bukunya terjual dimana-mana hingga tersebar di seluruh dunia.

Akan tetapi tampai detik ini pun aku masih tak tahu apa yang akan ku tulis. Apa aku yang terlalu bodoh? Setiap aku mencoba untuk menulis, aku selalu kesulitan untuk menemukan ide. Di saat aku mendapatkan ide dan menuliskannya. Sialnya aku selalu mendapat kebuntuan, dan tulisanku tak pernah rampung. Apa-apaan ini? Apa aku terlahir hanya untuk membaca karya orang lain? “Dancuuukkkk” aku berteriak dan tanpa sadar ku pukul papan ketik leptopku sekeras kerasnya. Mataku terbelalak saat ku lihat di dalam Microsoft Word yang tadinya hanya ada lembar kosong, tiba-tiba huruf demi huruf mulai berceceran dan berhamburan. “Mateng aku... Rusaaaak..?! loooh...loooh.... Ojo rusak sek!” dengan panik aku dan ketololanku memencet semua tombol yang ada di papan ketik dengan harapan leptopku bisa kembali normal.

Benar saja, selang beberapa saat aku mulai putus asa dan berhenti memencet ngawur semua tombol. Huruf yang tadinya terketik sendiri akhrinya berhenti. Lega rasanya, yang tadinya punggungku tegang kaku mulai melamas. Kemudian kuseka keringat yang terbendung di keningku. Entah kenapa saat ku tatap hamparan huruf-huruf yang tercecer tak beraturan itu dengan seksama terlihat seperti membentuk sebuah gambar. terlihat sangat mirip dengan sebuah pigura yang di dalamnya ada lukisan abstrak. “Loh harus aku simpan ini” dengan cepat aku pencet tombol Ctrl + S “ttttuuuuuuuuttttttttt” suara nyaring melengking keluar dari leptopku berbarengan dengan layar leptopku menjadi biru kosong tak ada tulisan atau huruf apapun. “Dancuuukkk” aku berdiri sambil kuangkat leptopku tinggi-tinggi dan ingin rasanya ku banting ke lantai.

Lihat selengkapnya