Keesokan harinya, suasana di Surabaya masih menyimpan kehangatan dari petualangan mereka sebelumnya. Mia terbangun dengan semangat baru. Dia merasa terinspirasi oleh semua yang telah dilihat dan dilakukan bersama Son. Rencananya untuk menjelajahi lebih jauh lagi kota ini semakin menggebu.
Setelah sarapan, Mia meraih ponselnya untuk menghubungi Son. “Hey, Son! Gimana kalau kita lanjutkan petualangan kita? Aku denger ada festival seni di dekat sini!”
Son langsung membalas, “Wah, itu ide yang bagus! Aku sudah siap! Kita bisa lihat berbagai karya seni dan mungkin ketemu seniman-seniman hebat.”
Dengan semangat, mereka sepakat untuk bertemu di lokasi festival. Saat Mia tiba, dia melihat Son sudah menunggu di depan gerbang festival dengan kaus berwarna cerah dan senyum lebar di wajahnya.
“Selamat datang di festival seni Surabaya!” Son menyambutnya dengan antusias.
Mereka masuk ke dalam area festival, dikelilingi oleh berbagai stan yang menampilkan karya seni dari berbagai medium. Mia terpesona melihat lukisan, patung, dan instalasi seni yang semuanya menciptakan atmosfer yang penuh warna.
“Lihat itu!” seru Mia, menunjuk ke arah sebuah instalasi besar yang terbuat dari daur ulang. “Ini sangat kreatif!”
Son mengangguk, “Bisa jadi inspirasi untuk patungku yang berikutnya. Kita juga bisa bikin sesuatu yang ramah lingkungan.”
Mereka terus berkeliling, berinteraksi dengan seniman dan berbincang tentang karya-karya mereka. Mia semakin terinspirasi, mencatat ide-ide di ponselnya, sementara Son mengamati detail teknik yang digunakan oleh seniman.
Di satu sudut, mereka menemukan area di mana anak-anak sedang berlatih menggambar. Son melihat ke arah Mia dan berkata, “Bagaimana kalau kita ikut menggambar juga? Ini bisa jadi cara seru untuk mengeksplorasi kreativitas kita.”