DENGAN terburu-buru, gadis berambut hitam sebahu itu menghampiri seorang laki-laki tinggi. Tak ada warna dalam raut wajah laki-laki itu.
Dentuman musik dari dalam rumah, suara percakapan, dan tawa bagaikan teredam baginya saat ia melihat manik mata laki-laki itu.
Cemas? Mungkin, laki-laki itu kadar kecemasannya memang tinggi. Marah? Mungkin, sebenarnya dia tidak pernah melihat laki-laki itu marah. Takut? Sudah pasti. Semuanya terlihat jelas di mata laki-laki itu.