Satu hal baru lainnya terjadi padaku setelah putus dari Alres yaitu aku selalu mendapatkan kejutan cokelat merek terkenal yang di hias pita merah jambu. Pelaku meletakkannya di lokerku setiap hari sekolah sebelum aku sampai di sekolah. Itu sungguh sangat tidak menyenangkan. Justru itu gila dan menakutkan. Siapa sih yang mau makan cokelat yang tidak jelas siapa pemberinya dan apa alasannya memberikan. Hal gilanya juga bagian mana ia bisa mengakses loker yang menggunakan pengamanan dua lapis, sidik jari dan sandi.
Mungkin buat orang lain hal ini bisa dikatakan manis secara misterius tapi enggak buat aku. Lagi pula bukankah lebih simpel jika memberikan langsung saja? Aku selalu membuang cokelat berhias pita merah jambu itu. Aldira selalu menegur aku tentang itu. Aldira bagian dari orang lain yang menganggap cokelat berhias pita merah jambu itu sebagai hadiah misterius yang manis. Aku menggelengkan kepala.
Aku menatap langkahku ke ruangan klub penyiarangan. Aku sedikit terkejut mendapati hanya Alres seorang dalam ruangan itu. Aku berniat buat menunggu di luar ruangan tapi suara Alres menghentikan niatku.
“Kamu di dalam, biar aku yang menunggu lainnya di luar.” ujar Alres.
Tanpa bersuara, aku mengiyakan. Alres keluar dari ruangan klub melewatiku begitu saja tanpa kata. Aku juga langsung memilih duduk di sofa membelakangi pintu masuk ruangan klub.
Mode getar tanpa dering adalah mode notifikasi ponselku selama aku berada di area sekolah. Aku mengeluarkan ponselku dari saku rokku. Nama kontak Alres tertera di layar sebagai identitas pengirim pesan. Aku membuka pesannya.
“Kamu tampak baik-baik hari ini, selalu seperti itu ya.”
Entah apa motif Alres tapi Alres rutin mengirimkan pesan seperti itu kepadaku setiap kami habis bertemu semenjak kata putus Alres keluarkan untuk mengakhiri hubungan yang Alres sendiri mulai. Satu pesan lagi masuk. Masih dari orang yang sama.