Akhir-akhir aku berbahagia karena Om dan Tanteku pergi liburan bareng. Suasana rumah terasa tenang dan aku tidak perlu di repotkan dengan berbagai permintaan Tante Leina yang nggak tanggung-tanggung. Jangan lupakan dengan kebebasan aku menggunakan mobil Om Faiz. Tapi kebahagiaan itu pudar seketika aku melihat kehadiran Tante Leina menyambut aku pulang dari rutinitas ku di luar hari ini.
Aku inginnya sampai rumah langsung ke kamar dan istirahat tapi melihat kedatangan Tante Leina harus ku hentikan keinginan aku itu. Tante Leina memintaku untuk membuatkannya makan malam. Ayolah, ini sudah jam sepuluh malam dan Tante Leina itu tipikal perempuan yang sangat menjaga berat badannya. Ini tidak biasa tapi ya sudah, aku malas beradu argumen untuk menolak permintaannya yang tidak biasa ini.
Sampai dapur, aku meletakkan tas sekolahku di salah satu kursi makan. Setelah itu, aku mulai memutar otak memikirkan menu apa yang cocok untuk dikonsumsi malam-malam seperti ini. Namun dasarnya, aku sudah lelah dan malas, jadilah, aku membuat nasi goreng udang saja. Aku menghidangkan nasi goreng buatanku di depan Tante Leina saat jam dinding di ruang tengah sudah menunjukkan jam setengah sebelas malam.
“Jangan protes, tante. Aku lagi capek.” kataku menghalangi Tante Leina mengomentari menu makanan yang aku buatkan untuknya.
“Tapi, ini nasi goreng, Reina. Tubuh tante bisa melar kalo makan ini. Buat menu yang lain.” ujar Tante Leina tegas tidak perduli dengan kata-kataku sebelumnya.
“Sudahlah, makan ini aja, tante. Aku sudah capek banget.” Aku merayunya untuk menerima nasi goreng buatanku.
“Kamu capek atau tidak, itu bukan urusan tante. Yang jelas, tante mau kamu buat menu yang lain.” ujar Tante Leina menolak luluh pada rayuanku.
Aku mengacak-ngacak rambutku kesal pada penolakan itu. Aku pun kembali ke dapur sembari membawa nasi goreng buatanku. Aku menyimpan nasi goreng buatanku di westafel. Buang-buang makanan ini namanya. Aku merogoh ponselku dari saku baju seragamku. Mulai mencari resep di internet.
Aku mengetik resep makanan simpel dan sehat di konsumsi malam-malam di kolom pencarian. Menunggu sejenak untuk proses searching setelah itu tampilah puluhan video yang terkait dengan kata kunci penelusuranku. Aku mengecek satu persatu resep video itu dan akhirnya menemukan satu yang cocok.
Aku membuat satu menu itu dalam waktu setengah jam. Setelah menyajikannya ke dalam piring, aku membawanya ke hadapan Tante Leina. Aku meletahkan hidangan itu di atas meja sofa ruang tengah depan Tante Leina.
Aku sudah berbalik berniat pergi namun Tante Leina kembali menghalangi langkahku dengan memanggil namaku tegas. Aku kembali menghadap Tante Leina, menatap lelah istri dari Om Faizku itu.
“Ada apa lagi, tante?” aku bertanya.
“Besok langsung pulang setelah sekolah usai.” ujar Tante Leina, tidak bisa di katakan jawaban untuk pertanyaanku ini.
“Buat apa, tante?” aku bertanya maksudnya.
“Lakukan saja perintah tante, jangan bertanya-tanya.” jawab Tante Leina mulai meraih piring hidangan yang baru saja aku buat.
“Aku tidak bisa, aku ada rapat klub besok sepulang sekolah, tante.” kataku jujur. Tadi, saat aku masih di rumah muridku, aku menerima pesan dari Reisita kalo rapat yang kacau tadi akan dilanjutkan besok.
“Pulanglah tepat waktu, mengikuti rapat klub itu tidak ada gunanya, buang-buang waktu.” ujar Tante Leina tegas.
“Terserah.” kataku lalu berlalu dari hadapan Tante Leina.
Hari berikutnya, aku tetap mengikuti rapat klub seusai kegiatan belajar-mengajar namun tidak sampai selesai. Aku pulang setelah aku memberitahu semua peserta rapat bagian tugas mana yang tidak bisa aku lakukan pas porseni kabupaten nanti. Beruntungnya peserta rapat dapat mengerti alasan aku tidak mengikuti rapat sampai selesai.