Akhir pekan menghampiri. Sudah jadi kebiasaan buruk aku tidak pernah bangun dibawah jam delapan di hari libur seperti hari ini. Bergelung di bawah selimut abu-abu polos di kamar Kim Ri-An, aku mencoba mengumpulkan kesadaranku sepenuhnya. Jam dinding menunjukkan sekarang sudah jam 9. Kebiasaan burukku tetap ada walau aku telah berpindah tempat.
Aku merapihkan tempat tidurku kemudian masuk kamar mandi buat bersih-bersih. Menggunakan kaos hitam polos berpadu dengan celana kain warna biru navy, aku keluar dari kamar.
Refleks mengambil langkah mundur mendapati kehadiran Kim Ri-An di ruang tamunya. Kim Ri-An menertawakan reaksiku, aku melotot. Kim Ri-An berdehem tanda tawanya usai. Kim Ri-An berdiri lalu menghampiriku.
“Aku punya ekspektasi kalau pagi ini aku akan di sambut kehadiran kamu di dapurku menyiapkan sarapan buat kita, realita benar-benar berbeda dari ekspektasi ya. Bahkan kamu melewatkan waktu sarapan. Aku akan mengingat itu dengan baik.” celoteh Kim Ri-An. Sungguh, aku tidak benar-benar memahami perkataannya. Aku hanya paham, aku tidak sesuai ekspektasi nya. Selebihnya tidak paham.
“Maaf.” kataku seraya menundukkan kepala.
“Bukan masalah tapi ya harus akui kebiasaan tidur hingga jam 9 pagi itu bukanlah kebiasaan baik. Aku tadi masak sup ayam sesudah sholat subuh, mungkin sudah dingin sekarang, mau di panaskan dulu baru kita makan?”