Raden dan Elris

Ira A. Margireta
Chapter #2

1. Kebiasaan

Sekolah SMA Merah Putih, Senin 23 Agustus 2015, pukul 08.45 WIB.

 

“Family tree adalah pohon keluarga atau istilah lain dari silsilah keluarga… Family tree merupakan bagan yang menunjukkan silsilah hubungan dan garis keturunan dari suatu keluarga. Bagan ini akan memudahkan kalian untuk melihat keturunan secara visual… kalian sudah mempelajari ini pada kelas 7 kan… maka dari itu...” penjelasan Bu guru yang belum terselesaikan.

Seseorang sedang tertidur di atas meja, menimbulkan suara mendengkur. "Krok krok krok!"

“Siapa yang tidur di kelas saya!” bentak Bu Guru. Bu Guru menghampiri ke sumber suara. “Elris!!!’ teriak Bu guru. Bu guru geram dengan tingkah Elris. “Elris bangun!!!” teriak Bu guru sambil menggebrak meja.

Elris perlahan bangun dari tidurnya. Dia menunjukkan rasa tidak bersalahnya kepada Bu Guru. “Sudah berapa kali kamu tidak mendengar ibu menjelaskan materi di kelas! ini masih kelas 10! apa kamu tidak mau naik kelas!” teriak Bu guru marah-marah. “Jika begini terus, aku akan panggil orang tuamu kesini!”

Berdiri dengan santainya. “Silahkan panggil mereka," kata Elris dengan tatapan dingin. Langkah kaki membawa dia pergi.

“Kamu mau kemana?! kamu mau meninggalkan kelas saya!” teriak bu guru. “Kumpulkan tugasnya tepat waktu besok!!! kamu dengar gak! Elris!!” teriak keras geregetan Bu Guru, mungkin kelas sebelah bisa mendengar. “Dasar nih bocah, anaknya siapa sih, bikin rusuh kelas!… kita kembali ke pelajaran," kata Bu guru yang sangat geram.

 

***

 

Elris duduk di bangku yang ada di lapangan, di bawah pohon. Melihat lapangan yang hanya terdapat rumput. Suasana sunyi, tidak ada orang yang berkeliaran kesana kemari.

Seseorang meletakkan susu coklat di atas meja. 

“Kamu… kenapa kesini?” kata Elris sambil mengambil susu coklat.

“Ini masih jam masuk, kenapa kamu gak masuk?” tanya Raden balik.

“Bosen, gak ada serunya di kelas!” jawab Elris kemudian minum susu.

“Apa ada masalah?” tanya Raden.

“Gak ada… kamu sendiri kenapa kesini? bukannya kamu juga masuk!” kata Elris.

“Guru hanya memberikan tugas, baru saja selesai ngumpulin di kantor… terus gak sengaja liat kamu sendirian di lapangan, aku langsung kesini,” terang Raden.

“Lo khawatir sama gue?” tanya Elris.

“Gak juga sih, soalnya aku malas masuk kelas,” jawab Raden.

“Kenapa? bukannya lo tuh kutu buku,” ejek Elris.

“Emangnya aku gak boleh menikmati hiburan?” kata Raden.

“Maksudnya? aku ini hiburan buatmu?” tanya Elris memastikan.

“Mungkin seperti itu,” kata Raden.

Menghela nafas, “Udah ah, aku mau masuk kelas dulu, kayaknya tuh guru udah keluar,” kata Elris. Langkah kaki melewati Raden yang duduk di sampingnya,

“Kamu tidur di kelas lagi?” tanya Raden.

“Seperti biasa,” balas Elris.

“Kalau kamu sering tidur di kelas, itu akan mempengaruhi nilaimu!” ujar Raden.

“Ok, makasih atas infonya!” teriak Elris membalas perkataan Raden.

Raden melihat Elris sudah masuk gedung sekolah. Dia pun pergi kembali ke kelas.

 

***

 

Pada jam istirahat. Elris tidur dengan menyumbat telinganya menggunakan headset. Tapi, tidak menimbulkan suara di dalamnya. Siswi yang berada di sekitarnya mulai menggunjingnya.

“Itu anak baru masuk kelas, sudah bikin rusuh!” kata Mega dengan tatapan sinis.

“Emang ini sekolah punya dia, seenaknya keluar masuk!” tambah Fifi.

“Aku juga penasaran seperti apa orang tuanya, dan bagaimana orang tuanya mendidik!” kata Naya.

“Aku merasa kesal, karena dia berada di kelas yang sama dengan kita!” kata Fifi.

“Sepertinya ketua kelas dibuat tambah beban olehnya… you know, tugas kemarin belum diselesaikan, dan juga mereka satu kelompok!” terang Naya.

“Kedepannya aku gak mau satu kelompok dengan dia, aku gak mau nilaiku berkurang gara-gara dia!” kata Mega.

“Kenapa dia gak pindah aja sih dari sekolah!” kata Naya.

“Ayo, kita ke kantin, buat apa ngomongin dia. Toh, gak mempan sama sekali!” kata Mega.

“Ayo guys”! kata Fifi.

Semua siswa siswi keluar kelas. Kecuali, Elris yang masih melamun dengan kepala diatas tangan dilipat.

 

***

 

Semua mengantri untuk mengambil makanan seperti biasanya. Namun, para siswi teralih. Mereka memandang cowok yang duduk sendirian di dekat jendela. Yang mereka maksud adalah Raden.

“Kamu gak makan?” pesan Raden.

“Gak lapar” balas Elris.

“Nanti kalau asam lambungmu naik gimana? ayo makan udah aku ambilkan,” pesan Raden.

“Gak lapar,” balas Elris singkat.

Lihat selengkapnya