Raden dan Elris

Ira A. Margireta
Chapter #3

2. Kesalahan

Gadis putih bersih, berwajah rupawan seperti seorang bangsawan. Tarian ballet swan lake. Swan lake secara internasional dikenal sebagai salah satu tari balet terbaik, karena swan lake terkenal sebagai gala terindah di dunia. Penonton yang menyaksikan ikut terbawa suasana yang tenang, nyaman. Mata mereka terhipnotis dengan mata yang bersinar itu.

"Sampai kapan ini selesai, aku sudah bosen," kata Raden dengan tangan dilipat. Perasaan tidak ada semangat sama sekali melihat pertunjukan ballet. Perasaan ingin pergi selalu menggebu.

"Ini sangat bagus, kamu kan diundang, dia akan kecewa jika kamu gak ada," kata Elris yang masih menyaksikan ballet.

"Cih! Bagus apanya!" kata Raden dengan tatapan kesal.

 

Acara selesai, semua penonton berangsur angsur keluar. Raden dan Elris berjalan bersama.

"Raden!" Panggilan dari seorang perempuan. Dia berlari ke arahnya yang masih memakai pakaian ballet. Memberikan sebuah undangan.

"Jangan lupa datang ya nanti malam, oh ya makasih udah nonton pertunjukanku," Katanya senang.

"Kok cuma satu?" tanya Raden dingin. "Kamu gak mengundang Elris?" tanyanya lagi.

"Dia sudah aku undang, teman satu kelas gak aku kasih undangan, hanya beda kelas yang aku kasih... Kalau gak percaya kamu bisa bertanya pada mereka," kata Mega gugup.

Raden berbalik tanpa mengatakan kata lagi, Mega langsung memegang tangan Raden. "Kamu pasti datang kan?" tanya Mega.

"Entahlah," kata Raden seraya melepaskan pegangan Mega.

Mega merasa marah dan kesal, ekspresi Raden begitu dingin terhadapnya. "Kenapa kamu gak bisa senyum sedikitpun padaku! apa sih kurangnya aku!" kata Mega kesal. "Lihat aja, aku akan membuatmu bertunduk padaku!"

 

***

 

Di lapangan yang luas, terdapat siswa kelas 10 ipa sedang melakukan sepak bola. Di bawah terik matahari pada jam istirahat. Mereka tidak pergi untuk mengantri makanan di kantin. 

“Woy! oper oper!” kata seorang siswa. 

Tak lupa sorakan penonton untuk mereka. Tapi, itu tidak semua, Raden adalah seorang junior yang dikagumi oleh banyak siswi di sekolah. Ketika sang ratu antagonis datang, penonton yang tadinya heboh menjadi hening. 

Mega dan dua temannya tengah menonton. Mata tertuju kepada Raden yang hujan keringat. Namun, wajah tampannya tidak teralihkan. Raden yang sebagai kiper akan menendang bola. Bola melambung tinggi, bola sepertinya akan keluar dari lapangan. 

“Minggir!” teriak Raden ke penonton. Para penonton minggir, kecuali Mega yang tengah sibuk bercermin di depan handphonenya. Bola akhirnya mengenai kepala Mega.

“Aaaa!!!” teriak Mega seraya memegang kepalanya. Dia merasa kesakitan. Raden dengan langsung lari menghampirinya.

“Kamu gapapa?” tanya Raden khawatir.

“Sakit!” jawabnya sembari memegang kepalanya.

“Aku antar ke uks,” kata Raden yang kemudian menggendong Mega. Raden dan Mega menjadi bahan perbincangan di lapangan.

 

 

***

 

“Maaf, aku gak sengaja,” kata Raden menyesal.

“Gapapa kok, itu juga kamu gak sengaja,” kata Mega senyum. Mega merasa senang, skenario yang dinanti-nanti akhirnya menghampirinya.

“Kalau gitu kamu istirahat aja, aku panggil temanmu untuk datang kesini,” kata Raden dingin.

Lihat selengkapnya