Radenta dan Bangkitnya Energi Spiritual

winda aprillia
Chapter #3

Chapter 3

"Iya Den, dia lagi sakit. Sudah dibawa berobat kemanapun kata dokter dia tidak sakit lebih tepatnya sehat. Anehnya sudah 3 hari dia tidak bangun-bangun dari tidurnya. Dia bernapas tapi cara tidurnya seperti orang mati," kata Pak Rohin sedih.


"Sebelum dia mengalami itu, apa yang dia lakukan Pak?" kataku.


"Sebelumnya kita mancing di sungai daerah sini yang disampingnya ada rumah kosong. Setelah pulang mancing melewati rumah kosong itu. Dia tersandung batu ukuran sekepal tangan. Sesampainya di rumah dia tidak mengalami hal aneh. Tapi pada malam hari waktu tidur dia mengigau 'ayo main, ayo main' dia terus-terusan bilang seperti itu. Keesokan harinya ketika dibangunkan dia tidak bangun-bangun. Kira-kira kenapa ya Den?" kata Pak Rohin.


"Oh kejadiannya seperti itu. Baiklah tunjukkan dimana dia terjatuh," kataku.


"Baiklah, ikuti aku Den," kata Pak Rohin.


Setelah berjalan melewati jalan setapak dan jarang dilewati manusia. Tempat itu tidak jauh dari rumahku hanya berjarak 1 km tepat di pinggir hutan terdapat sungai. Setelah melewati rumah kosong.


"Rumah siapa ini Pak?" tanyaku.


"Ini rumah Bu Dar. Orangnya baik dan ramah. 10 tahun yang lalu suaminya sudah meninggal karena sakit terkena serangan jantung pada saat kerja. Bu Dar pada saat itu sedang hamil muda. Terakhir aku melihatnya lagi perut Bu Dar sudah membesar setelah kematian suaminya beberapa bulan. Pada saat itu setelah sepulang dari memancing aku melihatnya sedang menyapu halaman. Keesokan hari aku tidak melihatnya lagi. Rumah ini sudah kosong sejak itu. Mungkin dia pergi ke rumah orangtuanya yang ada di kota," kata Pak Rohin.


Tiba-tiba ketika aku mengamati rumah itu. Aku sekilas melihat ada gambaran. Gambaran itu memperlihatkan ku seperti terjadi ada penyerangan yang ada di dalam rumah itu. Ada wanita hamil besar berlari keluar rumah diikuti sekelompok pria mengejarnya. Penampilan mereka seperti perampok. Wanita itu jatuh tersandung batu. Tiba-tiba di sela-sela kakinya dia mengeluarkan banyak darah. Dia mulai lemas tak berdaya dan kesakitan sambil memegangi perutnya karena pendarahan. Pada akhirnya dia meninggal di tempat. Para perampok itu mulai ketakutan dan menguburkannya disana dengan tanda batu itu. Aku tidak tega melihatnya, batinku.


"Pak Rohin. Apa batu itu yang membuat Riko tersandung?" tanyaku.


"Iya Den, itu batunya. Kok tahu Den?" kata Pak Rohin.


"Iya pak, aku sudah melihat gambarannya. Baiklah, aku bantu langsung disini pak," kataku.


Lihat selengkapnya