Radenta dan Bangkitnya Energi Spiritual

winda aprillia
Chapter #4

Chapter 4

"Pak Rohin. Riko sudah kembali. Tapi aku minta bantuan bapak untuk memindahkan jenazah Bu Dar. Beliau nanti dikuburkan disebelah makam suaminya dan mendoakan mereka agar tenang disana," kataku.


"Riko benaran sudah kembali Den. Syukurlah, berarti batu nisan ini tanda kuburan Bu Dar. Astaga, selama ini tidak ada yang tahu dia di kubur disini," kata Pak Rohin.


"Iya pak. Nanti aku ceritakan kenapa Riko dan Bu Dar sampai menjadi seperti itu," kataku.


"Iya Den, terimakasih sudah menolong Riko Den," kata Pak Rohin sambil menepuk pundakku.


Setelah selesai mengurus jenazah Bu Dar yang sudah menjadi tulang belulang dan menguburkannya disamping makam suaminya. Aku dan Pak Rohin mulai berdoa untuk ketenangan mereka. Di perjalanan pulang dengan Pak Rohin, aku bercerita banyak tentang kejadian itu. Pak Rohin terlihat syok apa yang dialami Ibu Dar. Sesampainya di pertengahan jalan. Pak Rohin pamitan pulang ke rumah untuk menemui anaknya dan aku kembali ke rumah. Aku melihat kakek muncul di sampingku.


"Gimana nak? lancar?" tanya kakek.


"Iya kek syukur alhamdulillah lancar. Sepertinya aku perlu memberitahu keluarga Bu Dar yang berada di kota. Mereka belum tahu kalau Bu Dar sudah meninggal dan sekalian untuk mengurus rumah kosong itu. Agar tetap terawat," jawabku.


"Iya nak, kasihan. Dulu aku cuma bisa melihat dan tidak bisa membantunya," kata kakek.


"Kenapa tidak panggil aku kek?" tanyaku.


"Aku tidak bisa dan belum waktunya. Diusia itu aku yakin kamu tidak bisa menahan kekuatannya. Jika sampai kamu melakukannya. Kamu akan menjadi gila karena kelebihan kekuatan. Makanya aku datang disaat usiamu sudah matang. Di hari pertama saja kamu sudah kelelahan," ejek kakek.


"Hehehe ... iya kek maaf aku mengerti," kataku sambil menggaruk-garuk kepala.


Setelah itu aku dan kakek mengobrol santai. Sesampainya di halaman rumah, aku melanjutkan aktivitas ku untuk menanam pohon ketela yang sempat ke tunda.




**********




Anggi selama menetap 5 tahun di kota untuk bekerja dan memiliki apartemen kecil. Dia belum menikah tapi dia memiliki seorang putri kecil kandung yang bernama Nina baru berumur 3 tahun. Dia bertanggung jawab untuk tetap merawat putrinya walaupun tanpa memberi kasih sayang. Ketika dia mengantar anaknya ke tempat khusus penitipan anak untuk bekerja. Tiba-tiba Nina diculik seorang pria memakai penutup wajah masuk ke dalam mobil. Anggi tidak bisa mengejar dan kehilangan jejaknya. Pria itu melihat Anggi sudah tidak mengejarnya. Dia membawa Nina mengarah ke rumahnya. Ketika dibawa masuk ke dalam ruangan di belakang halaman rumah, Nina memberontak memanggil-manggil mamanya. Pria itu membentak Nina dan membungkam mulutnya.


"Emm emmmm emmm ...," teriak Nina ketika mulutnya dibungkam.


"Ssst ... diam, kalau tidak diam. Mamamu tidak mau datang kesini," kata pria itu menipunya dan berbicara bisik-bisik.


Lihat selengkapnya