"Apa kamu baik-baik saja Nina?" tanya Radenta dengan sangat lembut dan mengusap kepalanya.
"Iyah, aku baik-baik saja ayaah," kata Nina dengan riang.
"Kok cara panggilnya ayah nak?" tanya Anggi bingung.
"Hihihi, tidak apa, aku suka," jawab Nina dengan riang.
"Gak papa mas dia panggil kamu begitu?" tanya Anggi ragu-ragu.
"Iya tidak apa-apa Nggi, sementara biarkan saja. Nanti aku yang akan menjelaskannya," jawabku dengan senyum.
"Terimakasih ya mas," kata Anggi. "Yasudah, kalau kamu suka ya nak," sambung Anggi menuruti anaknya.
"Ya ampun, imut sekali cucuku tersayang," kata Bu Rahma dan Pak Muhi.
Mereka terlihat buta cinta dengan cucu pertamanya.
"Nina, mereka berdua kakek dan nenekmu. Ayo sapa mereka," kata Anggi.
"Halo, kakek. Halo, nenek, aku Nina," sapa Nina dengan riang.
"Halo cucuku tersayang," jawab Pak Muhi dan Bu Rahma.
"Halo Nina. Aku tantemu," kata Arika sambil melambaikan tangannya.
"Halo. Tante, Tante cantik sekali," kata Nina.
"Ihhh makasih keponakanku sayang," sahut Arika dengan senang setelah dipuji.
Pak Muhi dan Bu Rahma rebutan ingin dipuji juga oleh cucunya.
"Oh iya, tadi Nina panggil kamu ayah ya, kamu mau nggak jadi ayahnya Nina?" tanya Pak Muhi berharap.
"Mohon maaf sebentar pak buk. Kami akan membawa tersangka di kantor dan kalian harus ikut juga untuk memberi kesaksian," sanggah Pak Nardi sebagai ketua kepolisian.
"Baik pak," jawab Pak Muhi. "Radenta, jangan lupa pertanyaanku sebelumnya," sambung Pak Muhi.
"Baik pak," jawabku sambil tersenyum.
"Hahaha, bisa-bisanya langsung dapat jodoh," sahut kakek tiba-tiba muncul begitu saja.