"Makanya cepat pergi. Jangan ketawa-ketiwi kamu ini," bentak Nyi Mas.
"Iya-iya ... hihihi," kata kuntilanak cekikikan bergegas pergi menjauh.
Kuntilanak itu tidak terbang tapi dia berlari. Dia memakai gaun panjang berwarna putih polos. Baju yang dia pakai sampai menyentuh tanah. Tiba-tiba kuntilanak itu jatuh tersungkur.
"Dasar kuntilanak, rasain itulah akibatnya ketawa doang," kata Nyi Mas jengkel.
Kuntilanak itu langsung berdiri dan bergegas kabur. Perlahan aku mulai mencium aroma anyir yang sangat pekat. Tiba-tiba ada suara orang-orang yang meminta pertolongan dan suara bayi menangis. Suara itu menggema dan sangat menyayat hati. Tiba-tiba air mataku keluar.
"Ugh, kek ayo kita kembali. aku tidak bisa melihatnya terlalu lama," kataku sambil menutup mulut karena seperti mau muntah.
"Bagaimana istanaku bagus kan. Ayo masuk sebentar. Tamu tidak boleh dibiarkan terlalu lama di luar," kata Nyi Mas itu dengan tersenyum lebar dan menyeringai.
"Cukup, sampai disini saja. Rumahmu dulu tidak sebesar ini Nyi Mas," kata kakek.
"Iya hahahaha, karena banyak manusia bodoh tergoda dengan urusan duniawi dan pada akhirnya jiwanya aku ambil sebagai syarat perjanjian," jelas Nyi Mas.
Tiba-tiba mataku melihat ada seseorang seperti yang ku kenal. Dia dicambuk oleh makhluk berjubah hitam dan ada tudung menutupi wajahnya.
"Astaghfirullahhaladzim, kek dia ayah Nina," kataku dengan kaget.
"Oh dia ya, dia gagal menyelesaikan syarat yang sudah ditentukan. Anak-anak kecil yang sudah dia bunuh, aku tidak mengambil jiwa anak-anak itu. Aku hanya mengambil jiwanya saja, karena syaratnya jika gagal jiwa anak-anak akan bebas. Aku tahu kau sudah menyelamatkan anak-anak itu nak ganteng," jelas Nyi Mas dengan menyeringai.
"Sepertinya kamu sudah lupa dengan janji yang diberikan oleh Ivory ya?" tanya kakek.
"Ah itu ya. Aku tidak lupa kok, masih proses. Aku hanya menghukum mereka yang salah jalan saja," kata Nyi Mas sambil melihat kuku-kukunya.
"Baiklah," kata kakek.
Setelah itu kita kembali ke dunia alam nyata. Suli tiba-tiba terduduk lemas dan pingsan. Sepertinya yang disebut Nyi Mas itu sudah kembali ke dunia asalnya. Aku mengangkat Suli ke tempat tidurnya. Tiba-tiba Suli mulai tersadar.
"Pak buk sepertinya Suli sudah sadar," kataku.
"Alhamdulillah. Hiks huhuhu, kamu tidak apa-apa kan nak?" tanya Pak Shukiren dengan menangis.
"Alhamdulillah," kata Bu Siti.
"Alhamdulillah," kata Miya.