"Oh iya boleh diceritakan bagaimana sampai kamu mengalami hal seperti itu?" tanyaku.
"Iya boleh. Tadi pagi aku dan Miya sudah berjanji ke pantai untuk mengambil beberapa kerang di bebatuan. Kita berangkat naik motor. Sesampainya disana ...," jelas Suli.
Suli bercerita dan mengingat kejadian itu ketika mengambil beberapa kerang yang menempel di bebatuan dengan adiknya di pantai, lalu memasukkannya di keranjang terbuat dari anyaman bambu. Dia melihat ada batu unik berwarna keemasan di samping batu besar. Batu itu menarik perhatiannya.
"Wah, apa itu? ... batunya terlihat cantik sekali. Aku bawa pulang sajalah buat hiasan di dalam kamar," kata Suli dengan mengambil batu lalu memasukkannya ke dalam saku.
"Mbak, sepertinya sudah cukup. Ayo pulang," ajak Miya.
"Iya ayo kita pulang," jawab Suli.
Sesampainya di depan rumah, Mereka membersihkan kaki dan tangan di pancuran samping rumah. Mereka langsung masuk ke dalam dapur dan kerang yang dibawa oleh Miya, dia menaruhnya di samping ibu yang sedang mengiris wortel.
Assalamualaikum," salam Suli.
"Assalamualaikum," salam Miya.
"Waalaikumsalam, kerangnya dapat banyak ya," kata Bu Siti.
Sreet...
Suara kursi yang digeser oleh Suli yang ada di ruang makan untuk duduk.
"Iya buk. Alhamdulillah kita dapat banyak," kata Suli.
"Buk, aku mandi duluan," kata Miya setelah menaruh kerang.
"Iya," jawab Bu Siti.
Bu Siti setelah selesai mengiris wortel dan memasukkannya ke dalam wadah. Lalu mengambil kerang untuk dicuci.
"Buk, aku ke kamar dulu ya," kata Suli.
"Iya," jawab Bu Siti.
Bu Siti melanjutkan memasaknya. Suli masuk ke dalam kamar dan duduk di kasur. Dia mengeluarkan batu itu di saku dan mengamatinya.
"Cantik ya warnanya," gumam Suli.