Mereka masuk kedalam rumah Aradhana dan menyuruh Ivory untuk membawakan air minum. Arya yang melihat luka Nino segera membawakan kotak obat.
"Ini minumannya," kata Ivory.
"Terimakasih nak," kata Bu Rina.
"Dek, boleh lihat lukanya sebentar," kata Arya.
"Hiks sakit," rengek Nino.
"Adek pasti kuat. Ditahan dulu ya," kata Arya menenangkannya.
"Kamu pasti kuat kok Nino," kata Devan
"Hiks iya," rengek Nino menahan sakit.
Arya mulai membersihkan luka pada kaki Nino. Setelah selesai membersihkan lukanya.
"Pasti terjadi sesuatu ya Buk. Baiklah, tolong kalian duduk di samping ku. Kita dengarkan bersama apa yang sudah terjadi," jelas Aradhana kepada muridnya.
"Singkat cerita suamiku dan para warga sudah hilang kendali. Desa kami tidak damai seperti dulu dan banyak penjahat merajalela. Mereka membunuh, mengikuti aliran sesat dan menyembah sesuatu yang tidak terlihat. Mereka berubah semenjak ada pendatang baru bernama Pak Yon. Tadi pagi aku baru mengetahuinya ketika diam-diam mendengar percakapan mereka di pondok. Mereka berencana akan membunuh kami saat ini. Makanya aku bergegas kabur. Sebenarnya, aku tidak diperbolehkan mendekati pondok itu. Tolong selamatkan kami, agar mereka kembali ke jalan yang benar, kasihan warga yang tidak tahu apa-apa hiks huhuhu," jelas Bu Rina dengan menangis.
"Baiklah, untuk sementara ibuk dan anak-anak istirahat disini saja. Kami akan menuju kesana dan membantu warga yang tidak terdampak," jelas Aradhana.
"Baik, Terimakasih ya Dhana," kata Bu Rina.
"Apa kalian siap?" tanya Aradhana.
"Kita sudah siap," jawab Yada, Abyasa, Ivory dan Arya dengan serempak.
"Baiklah, saatnya kita berjuang untuk bumi Pertiwi kita," kata Aradhana.
Dalam perjalanan menuju ke rumah Pak Doha melewati perbukitan dan hutan.
Pak Doha setelah selesai membantu Pak untuk menyelesaikan ritual. Dia keluar mencari istri dan anak-anaknya ke dalam rumah. Sesampainya di dalam rumah.
"Mah mamah, Nino, Devan. Kalian ada dimana?" tanya Pak Doha.
Pak Doha sudah mencari kemana-mana tidak terlihat batang hidung mereka. Dia baru menyadari alas kaki mereka tidak ada di dalam rumah. Dia bergegas berlari keluar memberitahu Pak Yon.
"Pak Yon, istri dan anak-anak ku tidak ada di dalam rumah," teriak Pak Doha dengan berlari di depan pondok dan terengah-engah.
"Apa? Mereka ada dimana?" teriak Pak Yon dengan marah.
Aradhana dan kawannya baru sampai di depan pondok itu. Pak Doha dan Pak Yon melihat mereka.
"Siapa kalian?" tanya Pak Yon dengan tatapan tajam.
Arya yang melihat Pak Doha seperti kenal.