Jam 12 malam.
"If man had never used his hands..
Then he could never understand..
The joys of making this and that..
Like winning money from the slot.."
Senyap-senyap lagu reggae klasik berjudul Life milik Bob Andy berputar. Kamar Adren redup-redup hijau tosca, seperti biasa.
Kokom (nama kucing Adren) masuk kamar Adren lewat celah pintu yang tidak rapat. Ia menaiki dada Adren dan rewel mengeong, kelaparan karena belum dikasih makan malam.
"Kom.. Humm.." Adren terbangun karena dadanya sesak tertindih kucing gembul itu. Kokom kini diapit lengan Adren. Ia mengelus-elus si Kokom, sambil mengambil handphone yang ada di bawah bantalnya. Ada Whatsapp masuk dari Mona, menyuruh Adren agar lekas meluangkan waktu untuk membahas tugas akhir.
"Sekarang sudah tanggal..
Hmm.. Pendaftaran sidang ditutup dua minggu lagi."Adren memejamkan mata.
Tiba-tiba mata Adren terbuka, teringat sesuatu yang penting.
"Ya ampun!"
Adren loncat untuk melihat kalender kecil di mejanya, begitu juga Kokom yang ikut kaget. Tanggal 11 ia tandai sebagai tanggal pengumuman lolos Note Radio. Lalu Adren melirik kalender di Handphonenya, lalu mendadak lesu.
"Hmm.. Udah lewat sehari enggak ada kabar.. Gagal berarti." Adren kecewa. Mukanya anyep, langsung merayap ke kasur, menggulung diri dan selimutan, setengah telungkup. Kokom ikut naik kasur lagi.
"Ergghhh!!!!" Adren meringis.
"Gagal euy Kom.." Adren memeluk Kokom. "Padahal udah berharap banget.."
"Meong.."
"Hadehh..."
"Meong!!!" suara Kokom makin nyaring.
"Laper ya Kom?"
Adren bangun lagi, keluar dari selimutnya dan berjalan lesu ke depan kamar, ke spot makan Kokom. Ia menuang makanan Kokom di mangkuk, lalu melirik litterbox tempat Kokom buang air. Kotoran Kokom sudah memenuhi pasir. Adren berniat membuangnya. Ia menyiapkan kantung plastik, lalu dengan sekop kecil menyerok kotoran kokom.
"Huhhh..! Bau banget Kom! Besok ganti dry food ya!" omel Adren sambil melirik sebal si Kokom yang makan dengan lahap.
Adren mengikat kantung berisi kotoran kokom. Saat hendak membuangnya ke tempat sampah, HP Adren tiba-tiba berbunyi.
"Ck! Siapa sih malem-malem.."
Adren mengangkat telfon, dan ia berdiam, sampai si penelfon bicara duluan.
"Halo?" kata si penelfon, suara laki-laki yang tidak Adren kenal. "Halo selamat malam!"
"Ya, Halo..?"
"Ini betul nomornya.. Adren? Adren Suwarno?"
"Ini siapa ya?"
"Ini Reza."
"Reza?" Adren mengingat-ingat. Ada beberapa Reza yang ia kenal salam hidupnya. Dia tidak tahu pasti itu Reza yang mana.
"Ini Reza yang Note FM! Saya dapet nomer kamu dari CV lamaran kemarin!"
"Ohh.." Adren duduk di kursi dengan wajah tegang.
"Saya yang seleksi kamu kemarin waktu test tiga menit." kata Reza.
"Ya, saya ingat Mas! Sorry.. Sorry.. Saya kira siapa." kata Adren tersenyum canggung.
"It's okay Bro! Gue panggil Adre aja enggak apa-apa kali ya?" tanya Reza yang gaya bicaranya langsung berubah lebih santai.
"Enggak apa-apa Mas!" jawab Adren sambil merasakan degup jantungnya berdebar lebih kencang.
"Oke, dan enggak apa-apa kan ya gue ganggu malem-malem? Lo lagi enggak siaran kan?"
"Saya udah resign, Mas. Cuman kaget aja dikabarinnya jam segini, malem-malem. Tapi enggak apa-apa kok Mas!" jawab Adren dengan ramah dan terdengar antusias.
Adren melirik jam dinding di kamarnya. Jam 12:05 dini hari saat itu, ia agak heran. Kendati demikian Adren menganggap telfon itu adalah sebuah kabar baik, mengingat hanya peserta yang lolos yang akan dikabari.