--------------------Kantin Kampus--------------------
3 Januari 2021.
Jam 11.00, Hari minggu.
"Adren.. Adren.. ke kampus jarang.. Besok kita bimbingan tapi dia belum bikin karya apa-apa." Eren bergumam di meja kantin.
Mona sedang makan rujak yang ia beli di depan kampus, sambil scrolling instagram.
"Mon.. ke Bandung tetep jadi kan?"
"Hmm.. Adren ikut enggak?" tanya Mona.
"Yaaa.. Harusnya sih ikut. Adren ikut atau enggak kita tetep harus berangkat dong?" Eren menatap Mona, harap-harap cemas. Eren mencari kesempatan untuk berduaan dengan Mona.
"Iya sih.. Tapi masa cuma berdua. Enggak asik.." jawab Mona. Matanya masih fokus ke HP.
"Lagi liatin apa sih Mon?"
"Ini.. IG psikolog yang bakal jadi narsum kita. Masih muda orangnya."
"Cewek apa cowok?"
"Cowok.. Ganteng juga."
"Hmm.." Eren cemburu.
"Ada alamat sama kontaknya nih! Gue telfon ya!"
"Jangan! Sini gue aja!" Eren mengambil HP Mona, lalu mencatat nomor kontak psikolog yang Mona bilang ganteng itu.
"Gue aja yang telfon." kata Eren. "Lo mending coba hubungin Adren lagi."
"Hmm.. oke."
---------------------Rumah Adren---------------------
Adren masih tiduran di kasur. Baru bangun, karena begadang dengan Liza semalam, sampai jam 3 pagi. Kokom sudah ngomel-ngomel di bawah kasur, memanggil-manggil Adren dengan bahasa kucing.
"Ya ampun udah jam sebelas!"
Adren loncat dari kasur.
"Maaf bos! Begadang semalem Bos!" Adren berlutut di depan Kokom yang kelaparan.
"Ayo.. Ayo makan ayo." Adren menggiring Kokom ke tempat makannya depan kamar. Ia menuang makanan agak banyak, sebagai kompensasi karena tidak memberi Kokom sarapan. Satu mangkuk penuh dryfood untuk Kokom, lengkap dengan air untuk minumnya. Kokom langsung meng"hantam" makanannya.
"Hmm.. Sorry ya Kokom.." Adren meminta maaf lagi. Setelah itu Adren melihat litterbox untuk tempat pup Kokom sudah kotor. Adren pun segera mengambil stok pasir baru untuk Kokom di halaman belakang, dan mengganti pasir yang lama yang sudah penuh kotoran Kokom.
Urusan Kokom, urusan tugas akhir, urusan beres-beres rumah, Adren mengesampingkan semuanya. Adren belum sadar saat itu bahwa banyak pekerjaan terbengkalai gegara ia kecanduan main aplikasi Radiocraft. Apalagi setelah Liza muncul, ia semakin sering memegang handphone.
TRUUUTT..
Baru saja Adren selesai cuci tangan, terdengar notifikasi di HP Adren, di kamar. Adren langsung jalan cepat dan melompat ke kasur, meraih HP-nya. Melihat nama Liza disana, Adren tersenyum.
Liza: Selamat siang, Nerd.
kata Liza. Adren langsung membalas.
Nerd: Siang juga Liza. Udah bangun?
Liza membalas lagi tidak lama setelah itu,
Liza: Udah, baru aja. Kamu kesiangan juga ya?
Nerd: Iya.. Aku sampe enggak ngasih makan Kokom tadi pagi. Ngambek-ngambek dia barusan.
Liza: Hehe.. Kasihan Kokom. Pasti lucu kalo lagi ngambek.
Adren melirik Kokom yang sedang sibuk menjilat-jilat tangannya sendiri, setelah makan. Adren lalu membuka kamera HP-nya dan memotret Kokom. Lalu ia mengirim foto Kokom pada Liza, via DM Radiocraft.
TRUUUTT..
Ada notifikasi bahwa Liza sedang membuka ruang siaran. Adren pun masuk. Ternyata itu ruang siaran privat, hanya untuk Adren masuk.
"Nerd.. Lagi sibuk enggak? Kalo enggak, call sini.." pinta Liza. Adren dengan senang hati meng-klik call.
"Hai.. Hehe.." sapa Adren.
"Nerd! Lucu banget siii itu Kokom! Gemuk gitu! Kamu yakin dia kucing kampung? hehe.."
"Eits! Jangan bilang dia kucing kampung nanti dia tersinggung!" canda Adren.
"Ups! Iya sorry.. sorry..." Liza bisik-bisik.
"Hehe.. Kamu kayaknya suka kucing ya?" tanya Adren.
"Dulu aku pernah punya piaraan, Nerd."
"Kucing? Kucing apa?"
"Bukan.. Guguk. Aku dulu punya guguk, tapi mati gegara diracun tetangga. Aku enggak berhenti nangis seminggu." jelas Liza denga nada berduka.
"Ya ampunn.... Teganya..." Adren mudah merasakan emosi. Ia ikut bersedih.
"Tetangga jahat emang!"