------------Ruang Dosen--------------
Mona sedang melakukan bimbingan terakhirnya. Setiap mahasiswa punya kesempatan lima kali bimbingan sebelum di-acc sidang. Ada PAK TASRO(42 th), biasa dipanggil Paktas/Patas, sedang meneliti lukisan Mona di tangannya.
"Ini bagusnya kamu dapet sisi estetik, sisi milenialnya, sisi horrornya, dapet sih. Good Job, Mona."
"Jadi.. saya di acc buat sidang Pak?"
"Yah, tentu."
"Terimakasih Pak!!" Mona sumringah.
"Ya, good job.."
"Hmm.. Ada saran buat sidang Mas?"
"Siapa dosen penguji kamu?"
"Hmm.. Bu Salma sama Mas Arwan."
"Mas Arwan mah santai.. Kalo Bu Salma baru, hati-hati. Jangan terlalu filosofis dah! Dia jagonya."
"Hmm.. Oke Pak. Makasih."
"Yaudah, panggil temennya!" kata Patas. Mona pun pamit, keluar, memanggil Adren.
Adren masuk, ragu-ragu, takut. Belum punya karya tugas akhir.
"Punten Pak.." Adren sungkan.
"Siapa?" Patas berubah ketus.
"Adren Pak, temen satu kelompok Mona."
Adren membawa selembar kertas berisi absensi bimbingan. Adren memberikan kertas itu ke Patas.
"Baru satu kali!?" tanya Patas.
"Ehehe.. Iya."
"Kemana aja kamu?"
"Ehm.. Sibuk kerja, Pak."
"Kerja dimana?"
"Radio Sirih FM.
Tapi udah berhenti Pak.
Khusus untuk TA." kata Adren, beralasan.
"Aduuh.. Kamu tuh..
Terus mana karyanya?"
"Emh.. Belum ada Pak. Belum nemu ide.."
"Ya ampun! Dua minggu lagi lho sidang. Lagian kan kelompok kamu bikin film, temanya udah ada, lalu susahnya dimanaa?"
Adren terdiam, menunduk.
"Belum nemu yang pas aja Pak, yang saya seneng bikinnya."
"Enggak cocok sama temanya? Ya keluar aja dari kelompok. Sidang sendiri. Kasian temen-temen kamu yang lain."
"Cocok kok Pak.. Ini saya lagi mau mulai riset."
"Idenya juga belum ada, gimana mau riset!"
Adren keluar ruang Patas. Ia terlihat loyo, wajahnya tidak enak.
Mona dan Eren masih menunggu di lorong.
"Gimana?" tanya Eren.
"Menurut lo? Bimbingan enggak bawa apa-apa, malah dapet bimbingan moral gue!"
"Makanya kerjain." sahut Mona.
Adren berdiri sambil bersandar di tembok lorong. Mona dan Adren berdiri di depannya.
"Lusa kita ke Bandung. Wawancara Psikolog." kata Mona.
"Hadeh.. Terus kapan gue mikirin idenya.." kata Adren.
----------------------Rumah Adren------------------------
Adren sampai di rumah. Melepas kemeja dan tasnya, melemparnya sembarangan, lalu duduk di kursi. Dari rautnya ia terlihat lesu, tidak bersemangat. Lalu Adren mengambil HP-nya di saku celana, dan membuka aplikasi Radiocraft. Ia mengetik sesuatu, tentu saja untuk Liza. Bersamaan dengan itu senyumnya muncul.
Adren: Selamat siang..
Di layar HP-nya, terlihat lampu indikator di akun Liza langsung menyala, tanda Liza baruonline. Tak lama Liza membalas.
Liza: Siang juga, Adren..
Adren membalas,
Adren: Lagi sibuk enggak?
Liza membalas lagi,
Liza: Enggak. Habis nonton film. Hehe..
Adren langsung memulai siaran private dengan Liza di HP-nya.
"Hai.." sapa Adren, melihat Liza masuk ruangan siarannya. Liza langsung bergabung di fitur call.
"Hai juga.." jawab Liza, manis.
"Lagi apa... Pacar?" tanya Adren, ragu, sungkan.
"Hehe.. Kok manggilnya gitu, aneh."
"Lupa caranya manggil pacar gimana. Udah lama enggak pacaran." sahut Adren.
"Apalagi aku yang belum pernah."
"Enggak dijawab..?"
"Eh iya.. Lagi mau masak, Pacar.." jawab Liza.
"Uuutututu.. Masak apa, Car?"
"Masak ramen instan, Car.."
"Hmm.. Enak kayaknya.. Jadi laper."