Radio, Someone Still Love You

Jonem
Chapter #23

Impulsif

Hari itu Jam 03.00 Adren, Mona dan Eren sampai di Bandung sekitar jam 06.00, dan menghabiskan waktu di restoran di Bandung untuk sarapan. 10.00 mereka habis mewawancara psikolog, perihal fenomena Dating apps, sekarang sudah jam dua belas siang dan mereka sedang dalam perjalanan kembali menuju rumah orangtua Mona, yang mereka jadikan tempat menginap selagi di Bandung. Adren menyetir, Eren di sebelahnya, seperti biasa mengumpulkan footage, dan Mona duduk di belakang, bersantai sambil scrolling instagram.

Adren memarkir mobil di sisi jalan di komplek tersebut, depan rumah Mona. Rumah Mona cukup besar dan berada di tengah kota Bandung. Maklum, Ayah Mona kini adalah pejabat provinsi. Lalu Mona turun dari mobil, lalu berjalan ke pintu masuk rumah, dimana Ibunya sudah menunggu. Mereka berpelukan.

"Sehat De?"

"Sehat. Mama sehat?"

"Alhamdulillah.. Itu temennya suruh masuk."

"Guys!" Mona memanggil Eren dan Adren. Eren menoleh, sambil mengambil tas berisi kameranya di bagasi, sementara Adren masih di kursi supir, masih mencoba menghubungi Liza. Sejak terakhir bicara dini hari tadi, Liza belum membalas lagi. Adren mengirimi Liza beberapa pesan teks karena cemas.

Adren: Liz? Blm bngun ya? Aku baru bisa istirahat krn nyetir dr tdi.

Adren: Kabarin aku y

Adren: Love u..

DOK DOK!

Eren mengetuk kaca mobil.

"Dipanggil Mamanya Mona!" kata Eren. Adren hanya mengangguk, lalu mengambil tasnya dan keluar mobil. Eren dan Adren pun menghampiri Mona dan Ibunya.

"Hi Adren, apa kabar?" Ibu Mona menyapa Adren karena pernah bertemu sebelumnya.

"Baik Tante.." jawab Adren ramah. Adren salim pada Ibu Mona.

Eren merasa sedikit cemburu karenanya.

"Kalo ini siapa? Pacarnya Mona?" tiba-tiba Ibu Mona menggoda Mona sambil melirik Eren.

"Ma!" Mona mencubit lengan Ibunya pelan. "Ini Eren, baru pertama kali kesini. Dia temen satu kelompok TA juga, tapi dari prodi penyiaran." jelas Mona.

Perlahan Eren tersenyum, membungkukkan badan agar terlihat sopan.

"Apa kabar Tante..? Saya Eren."

"Kabar baik.. Ayo pada masuk!"

Muncul seorang laki-laki parubaya menuntun sepedanya, terlihat berkeringat. Sontak Mona berteriak.

"Pap!"

"De! Udah sampe? Ditungguin dari pagi." katanya sambil terngah-engah. Itu adalah Ayah Mona. Mona mencium pipi Ayahnya.

"Tadi shooting dulu Pap.

Oh iya Pap, ini Eren, teman satu kelompok Adek.." Mona memperkenalkan Eren.

"Om.." Eren menganggukkan kepala sambil tersenyum casual.

"Halo Eren! Orang Sukabumi asli?" Ayah Mona ramah.

"Asli Om, deket Situ Gungung."

"Oohh.. Objek wisata itu ya!? Kemarin sebelum pandemi kami kesitu sekalian jenguk Mona."

"Iya Om..Hhe.. Main aja ke rumah, Om! Kapan-kapan kalo kesana lagi."

"Siap..Siap!"

"Nah kalo ini Adren yang waktu itu nganterin Ade.." Mona melirik Adren.

"Hey Dren. Apa kabar?"

"Baik Pak. Rajin bener udah sepedahan.." kata Adren berusaha cair.

"Cari keringet, biasalah udah tua mesti banyak gerak." jawab Ayah Mona sambil menghentakkan alis. "Ngomong-ngomong.. Si Ade mah mirip si Mama, temennya banyak cowok. Heuheu.." ujar Ayah Mona.

"Enggak apa-apa supaya banyak yang jagain, ya nggak De?" sahut Ibu Mona.

Lihat selengkapnya