------------07.30 pagi------------
Ibu Mona menyiapkan sarapan untuk Mona, Adren dan Eren. Ibu dan Ayah Mona sarapan lebih dulu, berdua. Setelah sarapan siap di meja makan, Ibu Mona berniat menyapu halaman dan menyiram tanaman di depan rumah, sementara Ayah Mona sudah siap dengan baju olahraganya, seperti hari sebelumnya akan pergi bersepeda. Mereka berjalan keluar rumah bersamaan. Ibu Mona menjinjing teko penyiram tanaman, Ayah Mona menjinjing sepasang sepatu.
Ayah Mona berangkat bersepeda, Ibu Mona menyapu halaman. Ketika menyapu halaman dekat jalan aspal, ia tidak sengaja melihat jendela mobil Mona terbuka. Ia mendekat lalu mengintip ke dalam, dan melihat Adren tidur di mobil.
"Dre..?" Ibu Mona menepuk-nepuk lengan Adren. Adren terbangung, kebingungan, kenapa ada di dalam mobil, kenapa ada Ibu Mona.
"Ehmm.. Tante.."
"Kamu kenapa tidur di mobil?" tanya Ibu Mona, heran.
"Ehh.. Enggak Tente, ketiduran.." jawab Adren, entah maksudnya apa.
"Masuk gih, sarapan. Tidur di dalam."
"Iyah."
Ibu Mona menutup pintu mobil lalu kembali menyapu halaman, masih dengan pertanyaan dalam benaknya kenapa Adren tidur di mobil. Begitu juga Adren, di mobil sambil megumpulkan kesadarannya mencoba mengingat lagi kenapa dia ada disitu.
"Semalalam dari bar, ketemu Reza.." kata Adren dalam hati.
Ia lirik kanan, kiri, melihat isi mobil. Lalu Adren keluar mobil, memastikan apakah mobil ada yang rusak.
"Emm.. Aman kok.."
Adren pun berjalan dengan lemas ke dalam rumah. Sudah ada Mona dan Eren sedang sarapan dan terlihat canggung satu sama lain. Mona dan Eren menoleh, menatapnya heran.
"Dren!?" tegur Mona. Adren duduk di sebelah Eren.
"Ari kamu dari mana semalem?"
"Emh.. Keluar sebentar."
"Keluar sebentar? Eren bilang dari malem sampe pagi lo enggak ada?"
"Gue pake mobil lo enggak sih semalem?"
"Enggak. Kuncinya ada di kamar gue."
"Hahh.. Syukurlah.."
"Dari mana lo semalem!?" kata Mona, seram.
"Enggak dari mana-mana kok.." Adren menggeliat.
"Lo nyari cewek open BO ya!? Ngaku siah!?" tanya Mona lagi.
"Ya ampun enggak lahh Mon.."
"Terus kemana?"
"Ketemu temen, di bar, di Setiabudhi."
"Ih mabok kamu ya?!"
"Enggak Mon, minum sedikit doang."
"Hari ini kita ada interview, udah lo pastiin belum partisipan kita dateng jam berapa?" tanya Eren, dingin.
"Oh iya.." Adren mengambil HP-nya di saku, namun ternyata mati. "Aduh, lowbatt."
"Yaudah makan dulu cepetan!" suruh Mona.
Setelah selesai makan, Adren pergi mandi, lalu setelah itu mencoba menyalakan HP-nya yang baru di charge, dengan handuk yang masih melingkar di lehernya. Adren masih teringat Liza, belum ada kabar sejak perdebatan semalam. Ia juga tidak menerima notifikasi apa-apa sejak HP-nya menyala. Tidak ada chat, tidak ada panggilan tak terjawab, yang mana membuat Adren kembali kalut. Adren pun mencoba menelfon Liza. Tiga kali ia menelfon, tiga kali juga tidak diangkat.
"Aduhh.. Kemana sih..!?" Adren mengeluh, gelisah.
Tiba-tiba kepala Eren muncul dari sela-sela pintu.
"Ayo jalan!" kata Eren, judes.
"Eh bentar-bentar! Belom gue telfon orangnya!"
"Ya ampun! Dari tadi ngapain sih!?" Eren ngomel kesal, lalu kembali ke ruang TV.
Menyikapi omelan Eren, Adren lantas menelfon partisipannya, dan mereka janjian bertemu di sebuah kafe bernama Foreste Cafe, di daerah Ciumbuleuit, Bandung.
----------Kafe Foreste Ciumbuleuit------------
Ada Dodi dan Meta, partisipan kelompok TA Adren, pasangan yang bertemu dari Dating Apps dan kini akan melangkah ke jenjang pernikahan. Konsep Feature yang mereka kerjakan memang mengumpulkan orang-orang yang gagal dan berhasil di online dating.
Dodi dan Meta sudah duduk di kursi mereka, di depan Mona yang akan melakuakn interview. Eren dan Adren sedang mensetting kamera. Ada dua kamera yang mereka pakai, satu kamera master di belakang Mona menyorot Dodi dan Meta sedang diatur oleh Eren, dan satu kamera menyorot Mona sedang diatur oleh Adren. Ketika Adren sudah menentukan posisi kamera yang menurutnya posisi terbaik, Eren tiba-tiba mengambil kamera Adren dan memindahkannya.
"Jangan disini, kurang bagus." kata Eren, dingin.
Adren yang sebetulnya agak kesal pun mengalah karena ia tahu Eren lebih ahli urusan itu.
"Eh! Coba cek zoom-nya, suara masuk apa enggak.." suruh Eren pada Adren.
Adren menggigit bibir, pertanda menahan kesal. Ia merasa perlakuan Eren agak kurang menyenangkan hari itu.
Adren mengambil mic zoom, terlihat alat itu menangkap suara sekitar.
"Udah, jalan ngerekam." kata Adren, menaruh lagi alat itu. Lagi-lagi Eren mencoba mengoreksi semua pekerjaan Adren. Kali ini ia merubah posisi mic yang baru Adren taruh. Adren membaca perlakuan menyebalkan itu sedari tadi. Dalam benak Adren, seolah Eren mengatakan,
Kerja lo selalu kurang!
Lagi, Adren mencoba meredam rasa tidak enaknya, setidaknya sampai interview selesai.
"Yo! Mulai.. Sound roll, camera roll.. Mulai!"
"Selamat siang guys, gue Mona. Boleh gue minta kalian buat perkenalkan diri?" Mona membuka interview.