"Udah baikan sama Eren?"
"Hmm.. Emang enggak ada apa-apa kok."
"Soalnya gue nyuruh Eren buat baikan sama lo."
"Oh.." Sial pantesan semalem baikan tapi ngajak ribut! Ternyata terpaksa disuruh Mona! kata Adren dalam hati.
"Agak aneh sih dia akhir-akhir ini.."
"Kalo gue emang enggak terlalu kenal dia kan, Mon. Gue enggak tau dia yang sedang normal dan tidak aneh itu gimana."
"Dia tuh..
Dia tuh ganteng.." kata Mona sambil melihat ke arah luar kaca. "Tapi.. Terlalu misterius. Kadang sweet, kadang kayak anak polos, kadang meledak-ledak. Kayak waktu di kafe, dia marah-marah begitu. Gue enggak ekspek sih!"
"Lo suka ya sama dia?"
"Apaan si kok tiba-tiba ngomong gitu!"
"Ya tiba-tiba aja gitu, lo masukin dia ke kelompok TA kita! Bukan keputusan yang buruk, tapi aneh aja."
"Kalo enggak ada dia, TA kita kan jadi biasa-biasa aja, Dre." Mona menunjuk wajah Adren, "Kenapa enggak suka? Cemburu lo ya perhatian gue terbagi!" goda Mona.
"Kalo ternyata dia marah-marah di kafe karena cemburu sama gue gimana Mon?" Adren mencoba mencari tahu reaksi Mona.
"Kayaknya sih iya! Eh tau enggak, dia bilang dia emang cemburu, tapi bukan ke arah yang romantik gitu, lebih ke kecemburuan sosial. Karena gue sama lo terlalu deket katanya, terus dia merasa enggak terangkul."
"Makanya harus adil! Lo tuh ibarat Emak-emak yang lagi ngasuh dua anak kembar cowo!"
"Ya kan emang gue deketnya ke elo, Dre."
"Ya tapi nanti kecemburuan sosial. Eh tapi kalo dia cemburu karena dia naksir sama lo, gimana?"
"Kayaknya sih enggak. Soalnya waktu itu dia liat gue tiduran di paha lo, dia biasa aja, enggak bahas apa-apa."
"Tunggu!" Adren merasa ada yang aneh. "Lo menggunakan gue untuk ngetes kecemburuan dia? Kenapa lo mau tau banget dia cemburu apa enggak?" tanya Adren.
"Ya enggak apa-apa, pengen membuktikan aja. Abis tingkahnya aneh. Ngajak gue nonton horror Korea lah! Eh ternyata enggak naksir. Padahal dia mungkin berpeluang lho.." Mona membuat pengakuan aneh yang membuat Adren mematung karena terkejut, sampai mulutnya terbuka.
Menyadari gelagat Adren, Mona langsung menatap tajam Adren sambil mengacungkan telunjuk.
"Eh bukan berarti gue naksir Eren yah!
Gue cuma bilang dia berpeluang!
Jangan bilang yang enggak-enggak!" kata Mona, mengancam.
Ya ampun.. DIA NAKSIR ELO MOOONNN!!!! Dia cemburu bangettt!! Adren menggerutu dalam hati, lalu mulai memilah-milih kata untuk memperjelas situasi.
"Jadi maksudnya, kalo Eren naksir sama lo, dia berpeluang besar jadi pacar lo?" tanya Adren, berbisik.
"Enggak gitu juga lah! Ya liat dulu, cocok apa enggaknya! Kalo ganteng sih ya buat gue dia lumayan."
"Kalo lo ngomong gitu namanya ngarep, Neneng! Itu namanya lo naksir!" omel Adren.
"Ih gue enggak bilang gitu! Salah menyimpulkan kamu mah! Woles dong!"
"Yailah Mon! Kalo naksir juga enggak apa-apa kali! Katanya sahabat?! Emang aing orangnya ember Mon? Kirain percaya sama aing.. Masa naksir cowok masih ngumpet-ngumpet!? Gue cuman butuh konfirmasi, lo naksir Eren apa enggak!?"
"Yaa... Si Eren ganteng buat gue mah, terus baik, orangnya rajin, tau tanggung jawab, ya..."
"Jadi naksir apa enggak?!" Adren memotong.
"Yaa.. Gue suka kok satu kelompok sama dia. Enak kerja bareng dia." Mona agak salah tingkah.
"Hadehh! You know that was not my question!" Adren menekan Mona.
"Gue jawab jujur tapi lo kasih tau cewek lo siapa! Oke?!"
"Lho kok??" Adren keberatan.
"Yailah Dreee! Katanya sahabat?! Emang aing orangnya ember Dree? Kirain percaya sama aing.. Masa sahabat ngumpet-ngumpetin pacar!" Mona membalikkan kata-kata Adren. Adren terlihat sebal.
"Kenapa lo pengen tau banget cewek aing?"
"Berarti bener lo udah punya cewek baru kan?! Hah.. Syukurlah!!!
Gue ikut seneng, Dree.. Setelah Maryam, gue enggak pernah liat lo deket sama seseorang, padahal ada aja temen-temen gue yang mau sama lo! Selama ini gue overthinking dan parno!
Jangan-jangan Adren enggak nganggap gue sahabatnya, makanya enggak terbuka lagi soal dia deket sama siapa!!!
Jangan-jangan Adren sekarang gay???
Atau jangan-jangan Adren selama ini naksir sama gue??? Kayak, ada sedikit ruang canggung diantara kita berdua!"
Adren sontak menatap Mona dengan tatapan Yang bener aja kali!?
"Enggak semuanya, Mon!" jawab Adren. "Gue straight dan ya iya lah gue nganggap lo sahabat gue! Cuman enggak semua bisa gue ceritain." jelas Adren.
"Tapi lo enggak naksir gue kan Dre?"
"Jih kok nanya gitu? Lo juga nyangka gue bersahabat sama lo buat modus ya?" tanya Adren, curiga.
"Juga? Emang siapa lagi yang nyangka lo sama gue sahabatan karena ada maksud lain?" Mona balik curiga. Adren salah ngomong.
"Emm.. It..tu, Veny!" jawab Adren, alasan.
"Nah! Lo tau enggak sih, Veny waktu malam tahun baru ngomong sesuatu!?" Mona tersenyum menatap Adren.
"Hah!? Bilang apaan dia?!" Adren cemas.
"Katanya lo mau pacaran sama gue, tapi takut kehilangan temen. Itu bener?"
"Ya ampun enggak! Veny pasti salah ngomong!
Duh..! Gini deh.. Udah enggak sehat nih! Bisa kita runtuhkan dinding kecil yang masih ada diantara kita enggak nih? Mari terbuka aja lah Mon! Straight to the point!" kata Adren.
Adren mengkepinggirkan mobil. Ia parkir di pinggir jalan, karena mereka akhirnya sampai di depan petshop tujuan. Namun, tidak lantas turun, mereka memilih membicarakan hal itu terlebih dahulu.
Mona menggoyangkan kepalanya, siap mendengarkan, "Okay?" katanya.