Radit & Dhita

Aji Najiullah Thaib
Chapter #4

Kencan Pertama

Radit memacu motornya di jalanan metropolitan Jakarta, diantara gedung bertingkat yang begitu pongahnya. Dhita yang berada diboncengan, memeluk erat pinggan Radit seakan tanpa sungkan, meskipun baru saja jadian.

Di belakang motor Radit, Ello setia mengikuti dengan vespa Dhita, meskipun dia merasa kurang pas pas diatas Vespa. Radit mengarahkan motornya ke sebuah Masjid, untuk menunaikan sholat dzuhur. Sebuah Masjid yang begitu megah dibilangan jalan Sudirman.

Sudah menjadi kebiasaan Radit, dalam kondisi sesibuk apa pun, dia tidak akan meninggalkan kewajiban beribadah. Ternyata, Dhita pun demikian. Dia selalu membawa mukena di dalam tasnya. Diluar dugaan Dhita kalau Radit adalah cowok yang taat ibadahnya, hal itu membuat Dhita tambah yakin untuk menjalin hubungan dengan Radit.

Mereka bertiga memasuki Masjid untuk mengambil wuduk, dan menunaikan sholat dzuhur berjama'ah. Dhita menuju ke shaf khusus perempuan, sementara Radit dan Ello sholat berjamaah. Seperti biasanya, Ello selalu menjadi imam, Radit makmumnya.

Selesai menunaikan sholat, Radit berdoa sejenak, begitu juga dengan Ello, tidak tergesa-gesa meninggalkan Masjid. Selepas itu mereka keluar dan menunggu Dhita yang masih belum selesai berdoa.

"Lu tadi doanya panjang banget Dit, lu bersyukur pada Tuhan ya, kalau cinta lu sama Dhita di Ridhoi-Nya"

"Ya iyalah, kita kudu bersyukur atas nikmat apa pun yang kita terima lo, lu juga harus bersyukur, karena hari ini lu bisa makan enak lagi sama gue" canda Radit untuk mengundang tawa Ello yang terlalu serius.

"Ya wajar dong lu traktir gue, konsep siapa dulu yang membuat lu jadian" ucap Ello dengan pedenya.

"Ssstt lu ngomong jangan keras-keras gitu, ntar Dhita dengar" terlihat Dhita baru keluar dari masjid.

"Panjang amat doanya Dhit" goda Ello pada Dhita

"Ya dong, gue harus doain nyokap gue yang sudah dua tahun meninggal" balas Dhita

"Innalillahi wainna illaihi rojiuan" Radit dan Ello serentak mengucapkannya

"Turut berduka ya Dhit, semoga almarhuma husnul khotimah" ucap Radit lagi

"Terima kasih ya Ra" Dhita gak mau panggil Radit dengan Dit, dia harus membiasakan memanggil Radit dengan Ara.

"Yuk kita cabut, kita cari restoran dulu ya, biar gak pada masuk angin, Ello kan penyakitan kalau telat makan"

Sambil ngedumel Ello menuju ke Vespa Dhita, Radit dan Dhita sudah siap diatas motor. Radit mengarahkan motornya menuju sebuah cafe di seputaran Setia Budi. Begitu sampai di depan cafe, Dhita membisikkan sesuatu ditelinga Radit dari belakang,

Lihat selengkapnya