Radit, Dhita, dan Ello sudah sampai di Taman Menteng, Radit dan Ello memarkirkan motornya tempat parkir motor yang sudah tersedia disana. Radit dan Dhita langsung memisahkan diri dengan Ello, karena Ello tidak ingin mengganggu kencan pertama Radit dan Dhita.
Radit menggandeng tangan Dhita menuju ke sebuah kursi taman di sekitar lapangan basket, dibawah sebuah pohon yang sedikit rindang. Siang itu Taman Menteng agak sepi, cuaca Jakarta yang begitu panas, tidak berpengaruh bagi Radit dan Dhita yang baru saja jadian, Radit dan Dhita sangat menikmati suasana siang itu.
Radit membuka omongan duluan, dia menceritakan tentang dirinya yang baru pertama kali pacaran, Dhita sampai tidak percaya dengan ucapan Radit, namun Radit bisa meyakini Dhita.
"Aku mau jujur sama kamu Dit, aku tuh belum pernah pacaran, karena aku gak suka ditaksir cewek duluan, tapi anehnya selama ini gak ada cewek yang aku taksir"
"Awas lo kalau ngegombal, aku gak suka digombali"
"Aku gak ngegombal Dit, biar dikutuk tujuh turunan deh kalau aku ngegombal" Radit berusaha untuk meyakini Dhita
Dhita menatap Radit yang ada disampingnya, dan Radit berusaha untuk menatap mata Dhita, untuk meyakini Dhita, bahwa dia tidak sedang berbohong. Dhita percaya kalau Radit berkata jujur dan apa adanya, dan itu dia buktikan dengan tatapannya, sedikit pun Radit tidak menghindar dari tatapannya.
"Apa yang membuat kamu suka sama aku?
"Apa ya, susah untuk ngomongnya, karena itu soal rasa sih, kalau ibarat batu cincin, kamu itu ada sternya"
"Maksudnya gimana tuh Ra, aku kok gak mudeng ya? Tanya Dhita dengan penasaran
" Gini Dit, pertama ketemu kamu, aku merasa kamu "click" sama aku, dan aku kayak mabuk kepayang gitu deh"
"Ih lebay banget kamu Ra, aku tuh cewek yang biasa-biasa aja tauk, buktinya aku jomblo udah sekian lama"
Radit dan Dhita lama terdiam, Dhita mencoba untuk menatap kearah Radit, secara serentak, Radit pun menatap kearah Dhita, pandangan mereka bertemu, Dhita tersenyum pada Radit, hati Radit langsung berdesir melihat senyuman Dhita. Radit membalas senyuman Dhita dengan senyum juga.
Kedua insan remaja itu begitu menikmati kebersamaannya, ada keinginan Radit untuk memeluk Dhita, namun keinginan itu diurungkannya. Radit tidak ingin memperlihatkan pada Dhita, bahwa dia menganggap Dhita gampangan.