Turun dari mobil Joan, Radit langsung menyeberang ke arah Taman Menteng. Radit merasa sangat bersalah karena sudah menghianati cintanya terhadap Dhita. Sebelum ke rumah Dhita, dia sempat duduk terlebih dahulu di Taman Menteng, dia mengenang kembali cintanya sama Dhita.
Betapa sulit bagi Radit menyelami perasaan Dhita, yang dalam pandangannya Dhita tidak serius dengan hubungan yang sedang mereka jalin. Memang ada perbedaan pandangan antara Radit dan Dhita, bagi Radit hubungan mereka bukanlah sekadar hubungan para remaja pada umumnya. Sementara Dhita memandang sebagai percintaan yang biasa, tapi dia juga tidak rela kalau Radit dengan cewek lain.
Selama satu bulan pacaran, memang keduanya belum pernah berbicara yang serius tentang hubungan mereka, karena bagi Dhita memang tidak ada yang perlu dianggap serius, itulah makanya dia ingin Radit menganggap hubungannya dengan Rama pun hanya pertemanan biasa, dan tidak perlu di cemburui.
Yang membuat Radit bingung, Dhita sangat cemburu kalau Radit dekat dengan Joan, padahal dia sendiri menganggap hubungan dia dan Radit bukanlah sesuatu yang terlalu serius. Radit sudah berusaha untuk mencintai Dhita dengan dewasa, begitu juga dengan Dhita. Tapi pada kenyataannya, keduanya masih cemburu buta.
Radit bergerak menuju ke rumah Dhita, dia berjalan kaki dari Taman Menteng ke rumah Dhita, yang tidak jauh dari Taman Menteng. Sore itu cuaca kurang bersahabat, dilangit Jakarta, mendung menggantung disertai gemuruh kilatan petir yang mulai menyambar. Radit mempercepat langkahnya untuk sampai di rumah Dhita. Belum sampai di rumah Dhita, hujan pun turun dengan derasnya.
Radit berusaha mencari tempat untuk berteduh, dia menghampiri sebuah pohon yang cukup besar di depan rumah Dhita. Dia berteduh sejenak dibawah pohon tersebut, sekujur badannya kuyub karena diterpa hujan. Dia membayangkan disaat hujan tersebut, Dhita ada dalam pelukannya. Bayangan Radit hanyalah bayangan semu, yang jauh dari wujudnya.
Radit baru ingat kalau tasnya masih tertinggal di dalam Mobil Joan, untungnya Hape dan dompet sudah dipindahkan ke saku celananya. Dia memandang kearah pintu pagar rumah Dhita yang tertutup, Radit mencoba WA Dhita,
"Dhita..aku minta maaf, apa yang kamu lihat tadi, gak seperti itu sebenarnya, tadi aku mau jelaskan kamu, tapi kamu sudah keburu jalan..pliiis Dit maafkan aku..aku ada didepan rumahmu"
Radit menunggu jawaban dari Dhita, namun tidak kunjung dibalas. Sudah hampir setengah jam Radit hujan-hujanan di depan rumah Dhita, hari pun sudah menjelang maghrib, namun WA Radit belum juga di balas Dhita.
Karena merasa sangat bersalah, sehingga Radit berusaha terus untuk menunggu balasan dari Dhita. Radit akhirnya kembali mengirim pesan untuk kedua kalinya, sementara tubuhnya mulai kedinginan, karena hujan tidak kunjung berhenti,
"Dhita..kalau pun kamu mau marah, marahlah dihadapan aku, biar aku melihat seperti apa kemarahan kamu, aku rela Dit kamu marahi, karena aku memang pantas kamu marahi..asal kamu mau memaafkan aku..aku udah gak kuat Dit, hujannya gede banget, aku sudah basah kuyup sekujur tubuh"